-AA 10

26 12 15
                                    

Abri menatap wajah Acha,  tidak ada bosan-bosan nya iya memandangi gadis nya seraya menopang dagu memfokuskan matanya pada mata indah milik Acha. Merasa Abri memandanginya membuat Acha berdehem berusaha tidak salah tingkah di depan Abri.

"Jangan liatin gue kaya gitu,"ucap Acha menabok wajah Abri.Ia hanya terkekeh melihat Acha salah tingkah gara-gara dirinya.

"Lo beneran udah enggak sakit lagi kepalanya?" tanya Abri memegang kening Acha.

"Is gue tuh udah sembuh." sewot Acha. Abri terkekeh melihat wajah Acha yang kesal.

"Jangan begitu muka lo udah asem makin asem!" Abri tanpa rasa berasalah, apa tadi yang Abri bilang muka gue asem. ia mendekatkan wajahnya dan melihat di kaca spion motor.

"Muka gue enggak asem ya mungkin mata lo yang enggak bener."

"Buruan masuk kelas telat baru tau rasa nanti kena hukum gue yang repot." Abri melangkah mendahului Acha yang masih diem dari tempatnya berdiri. Sadar orang yang ada di sampingnya berjalan memasuki kelas nya segera ia berlari mengejarnya.

"Kenapa sih lo selalu saja berubah ubah sifatnya kadang baik kadang nyebelin. Sifat loh tuh berubah-ubah layak nya bunglon," cerocos Acha tidak perduli banyak siswi yang melihatnya beranggapan bahwa ia seperti orang yang tidak waras berbicara sendiri.

"Gue denger Cha." sekali lagi Abri terkekeh, Acha mendengus melewati nya.

"Acha, lo udah sembuhkan tadi malam kan lo bersin bersin lo sakit Cha." Nashi menarik Acha untuk duduk di kursinya, ia sangat mengkhawatirkan sahabat nya.

"Bukan acha kalau tidak keras kepala," ucap Abri menyentil kening Acha seraya duduk di depan nya, lebih tepatnya di tempat duduk temen nya bukan tempat duduk Abri.

Huam Acha bangun dari tidur nya semalaman ia demam, kepala nya masih terasa pusing namun tetap saja ingin berangkat sekolah.

Di kursi tempat cowok itu tertidur sangat pulas, kursi nya  berada di luar kamar Acha. Bahkan jam sudah menunjukan pukul 05.10 dia masih saja tidur. Acha berusaha bangung dengan kepala yang masih saja membuat nya mengumpat karena pusing. Acha berjalan mendekati cowok yang kini di yakini masih di alam mimpinya. Dengan sengaja Acha menyentil kening Abri.

Bri bangun udah mau siang suara toa dari mulut Acha menggelegar di ruangan. Namun nampak nya Abri masih belum terusik karena dirinya.

"Ab..." ucap nya terpotong dengan sengaja Abri memasukan kain ke mulut Acha.

"Sialan lo!" maki Acha, Abri terkekeh.

"Cha gue mau tanya" Abri berfikir apakah harus menanyakan soal mimpi Acha? apa Acha mengingatnya?

"Iyah." menunggu ucapan Abri.

"Enggak jadi deh." sebaik nya Abri tak menanyakan soal mimpi itu dulu kepada Acha.

"Bikin penasaran aja deh ih cepet dong aku mau tau." Acha berbicara dengan bibir yang sengaja ia maju majuin membuat Abri salah fokus dan mengalihkan pembicaraan.

"Jijik Cha, mandi sono gue mau pulang dulu abis itu gue kesini lagi," ucap Abri mendorong tubuh Acha tanda dia mengusir Acha untuk segera mandi.

Achazia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang