-AA 25

16 6 1
                                    

Fikiran Acha kini terfokuskan pada pelajaran kimia. Begitu banyak hitung-hitungan yang ia tidak sukai. Salut sekali dengan orang yang menyukai kimia. Jika ingin menyukai pelajarannya sukailah gurunya dahulu.

"Achazia adira kelas xi ipa 3 harap ke ruang guru sekarang,"  suara seorang guru dengan mik  yang menempel pada sisi tembok kelasnya.

Sesaat Acha menghentikan menulisnya, segera Acha bangkit dari kursi yang menimbulkan bunyi kursi kayu. Acha meminta izin untuk pergi ke ruang guru. Sudah Acha duga kejadian seperti ini di ketahui oleh gurunya. Saat Acha berjalan melewati koridor sekolah bel sekolah sudah berbunyi, menunjukan sekolah sudah waktunya pulang. Helaan nafas keluar dari mulut Acha.

Semirik angin menyapu rambut panjang miliknya. Sesampainya di depan ruang guru, Acha menarik nafas dan membuangnya dari mulut. Lafalan doa yang keluar dari mulutnya agar tidak di hukum atas kejahilannya terucapkan.

Ceklek

Suara knop  pintu kayu yang nyaring membuat sesisi ruangan mengalihkan perhatiannya tertuju pada Acha. Senyum kikuknya ia tampakan untuk menyapa guru-guru yang memperhatikannya. Ah bukan memperhatikannya lagi namun sepertinya kali ini ia akan di interogasi dan jam pulangnya pasti akan telat.

Acha melangkah mendekati pak Yono, guru yang memanggilnya. Acha membungkukan badan saat melewati guru-guru yang lain sebagai sopan santun yang melekat pada dirinya. Saat berhadapan dengan pak Yono, Acha menampakan gigi putih rata sebagai cengiran andalannya. Namun pak Yono kini sedang bersidekap dada di depannya menampilkan sorot mata tang tidak bersahabat dengan dirinya.

"Kamu tau salah kamu apa Acha?" pertanyaan Pak Yono keluar dari mulutnya.

"Saya minta maaf pak." mohon Acha dengan pipi eyyes nya untuk membujuk pak Yono agar memaafkannya. Berulang kali Acha membuat orang jengkel dan berulang kali juga pak Yono selalu memaafkannya. Hari ini giliran pak Yono yang terkena keisengan Acha.

"Kejailan apalagi selain ini yang bapak tidak ketahui Achazia adira." Pak Yono menekan kalimat terakhirnya.

"Oke pak, saya akan jujur tapi bapak jangan marah ya." pak Yono pun mengangguk.

"Serius." ulangnya, untuk memastikan gurunya itu tak akan marah padanya.

"Iya."

"Saya akui saya salah karena telah menggantungkan kolor bapak pada toilet sebelah." Acha menutup mulut pak Yono yang ingin memotong pembicaraannya. "Yang nyembunyiin kabel dan leptop bu Ani itu saya, yang numpahin jus jeruk pada kertas ulangan pak Ridwan itu saya yang rusakin motor bapak itu saya karena tergores sepeda saya." dengan sekali helaan nafas ucapan itu keluar dari mulut Acha. Pak Yono hanya memijit pelipisnya saja. Namun yang berbuat salah hanya menyengir kuda tanpa rasa bersalah.

"Acha," geram pak Yono seraya menatap Acha tajam.

"Kenapa kamu ambil kolor saya dan gantungin di toilet sebelah!" sambung pak Yono. Jika di ingat kejadian beberapa menit lalu Acha menggantungkan kolor pak Yono ke toilet sebelah itu sangat memalukan. Pak Yono harus naik ke atas toilet untuk memastikan tidak ada orang yang lewat baru pak Yono mengambil kolornya.

Perkara mengapa Acha bisa mengambil kolor pak Yono dan menggantungkannya di toilet sebelah? Karena toilet yang pak Yono masuki adalah toilet guru yang ada di kantor. Saat Acha ingin memasuki ruang guru karena di suruh guru lain untuk mengambil buku biologi, Acha kebelet ingin pipis, akhirnya ia gunakan toilet guru. Ketika Acha melihat kolor yang menggantung pada pintu toilet karena  gantungan celanannya sedang rusak jadi pak Yono gantungkan kolornya pada pintu. Sifat jailnya berpacu untuk mengerjai guru yang ada di balik toilet tersebut. Siapa menyangka ternyata Acha salah target.

Achazia Where stories live. Discover now