-AA 3

74 28 4
                                    

Katanya wanita akan terlihat cantik jika berada di dapur. Itu fakta atau mistos? Dapur adalah tempat leluasa bagi kaum wanita, sudah hampir 3 jam Afikah membantu Acha membut kue untuk Acha jual besok pagi biasa nya Acha membuat nya sendiri di kos san karena permintaan Akifah untuk Acha datang ke rumah nya jadi ia akan membantu Acha.

"Selesai." Acha berteriak melihat ada banyak kue bermacam macam, kemudian ia merentangkan tangan nya yang pegal mengaduk aduk adonan kue untuk ia jual dan untuk di makan keluarga Akifah, Acha mengambil ponsel nya untuk memotret kuenya.

"Acha kamu itu berbakat banget ya udah cantik mirip Raisa pinter bikin kue lagi," ucap nya bangga pada diri sendiri. Tingkat percaya dirinya mulai muncul lagi. Akifah yang melihat nya itu hanya bisa menggeleng geleng kepalanya saja.

Acha membawa kue nya ke ruang tamu untuk membungkus nya dan akan di kirim besok untuk orang yang pesen kue nya itu. Ia berjalan di samping Akifah yang mengikuti Acha. Afikah senang bisa membantu Acha membungkus kue. Akifah melirik jam  sudah pukul 18.00 adzan magrib berkumandang.

Tok tok

"Assalamualaikum." seseorang datang dari arah balik pintu, masuk sosok pria paruh baya namun tetap terlihat masih muda pria itu yakni Adli reynand papah dari Abri.

"Waalaikumsalam pah."Akifah mencium tangan suami nya itu dan membawa tas kantor Adli.

"Acha kamu apa kabar?" papah Adli menanyakan sebab beberapa hari inj Acha tak ada di rumahnya.

"Baik pah."Acha mencium tangan Adli ia memang memanggil Adli dengan sebutan papah, Akifah dan Adli tidak keberatan jika Acha memanggil nya dengan sebutan mama papa untuk mereka berdua.

"Ya udh mama sama papah mau siap diap sholat dulu ya kamu mandi ya di kamar tamu tapi sholat nya berjamaah di sama kita," ucap mama Akifah lalu bergegas pergi. Acha tersenyum mengangguk. Ia berjalan masuk kamar untuk mandi di kamar tamu.

Byurr

Melelahkan sekali hari ini banyak kegiatan yang membuat Acha lelah. Acha segera menyelesaikan mandinya dan sholat berjamaah sesuai ucapan mamah Akifah, ia sekarang sudah memakai baju lalu mukenah kemudian masuk ke dalam ruangan untuk sholat berjamaah. Dalam kamus hidup Acha, walaupun ia itu bar-bar. Acha tidak pernah meninggalkan kewajibannya yaitu sholat.

"Sini Cha." Akifah menarik Acha.

"Abri cepet dong lo make sarung kok lama banget si! mau gue pakein apa?" tanya Acha.

"Heh!" Abri menyelesaikan melipat sarung nya takut Acha nekat melipat sarung nya ia ngeri jika Acha yang melakukan itu. Setelah sholat selesai di akhiri dengan doa.

Abri berdiri berjalan menuju kamar nya tanpa di ketahui ada yang mengikuti nya

Brugg

"Ck, lo kok berhenti tiba tiba si ahh." Acha mengomel lalu mengelus jidat nya yang kejedot punggung Abri.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya abri

Bukan nya menjawab Acha berbaring di kasur Abri dan memandangi Abri, ia suka melihat manik mata Abri.

"Gue colok juga lo liatin gue kaya gitu."

Acha menyengir tapi tetap saja masih ia memandangi nya. Abri berjalan ke arah balkon kamar nya. Acha yang melihat Abri, langsung saja mengikuti nya. mereka berdua melihat ke arah langit dan melihat banyak bintang hati Acha menghangat lagi lagi ia merindukan ibu nya. ia mengusap air matanya untuk yang kesekian kali nya, membuktikan ia sangat merindukan sosok ibu nya.

"Jelek kalo lo nangis Cha," ucap Abri mengejek Acha, tapi maksud dari Abri bukan mengejek melainkan ingin Acha tidak menangis.

Acha menyikut perut Abri

"Awss lo tuh KDRT sama suami sendiri." Abri memegang perut nya walaupun tidak keras Acha menyikutnya.

"Abri gue rindu ibu kandung gue," ucap Acha sendu.

Abri tersenyum ia sudah mengira Acha memang merindukan ibu kandung nya Abri memeluk Acha dari samping, Acha menerima pelukan itu bagi nya pelukan Abri itu candu bagi nya hangat dan wangi maskulin aLAbri tercium oleh Acha, mereka berdua berdiam selama 10 menit menikmati pelukan mereka.

"Gue tau Cha, lo merindukan ibu lo. Gue enggak tau keadaan saat ini yang lo rasain. Gue cuman nggak mau lo terus terusan menangis. Gue enggak suka liat lo nangis Cha, lo cukup doa in ibu loh dimana pun ibu lo berada pasti ia sama merindukan lo. Gue udah bilang lo itu enggak sendirian apapun masalah nya gue ada di samping lo cha gue enggak keberatan jika di anggap sandaran lo ketika rapuh." Abri mengeratkan pelukan nya sedangkan Acha masih tersentuh mendengar yang abri katakan.

"Makasih hiks lo selalu ada buat gue bri lo sahabat gue tapi lo mengerti gue dari siapapun hiks."

"Ingus lo nempel di baju gue lepasin Cha."

"Aws." Abri meringis, seperti nya acha suka sekali jika menyiksa dirinya, tuhan sabarkan lah hati orang ganteng ini.

"Sialan lo!"

Menikmati angin malam di tengah gelap nya malam bintang menjadi sinar bagi mereka berdua tak lupa angin berhembus membuat sang gadis kedinginan.

Duduk di kursi bersandar  pada tembok yang kokoh suara hening menyaps. Baginya sunyi adalah teman nya terbaik nya, memperhatikan manik hitam pekat yang di sukai nya dari dulu. sekilas senyuman menghiasi wajah sang gadis.

Abri bersender di kursi yang panjang Acha yang masih berkutik dengan dirinya sendiri masih sempat nya memperhatikan Abri yang menikmati angin malam.

Ia kini perlahan berbaring di paha Abri sebagai pengganti bantal ketika ia tidur. Baginya keadaan saat ini sangat nyaman terutama ada sosok orang yang selalu ia kagumi.

Abri terkejut dan membuka matanya melihat Acha yang berbaring di kaki nya. Mata Acha melihat ke atas begitu banyak bintang sembari masih berkutik dengan perasaan nya sendiri.

"Biarin kaya gini Bri," ucap Acha sendu ketika Abri ingin berdiri Acha menahan nya dengan cepat, ia tau Abri tidak nyaman jika mereka berdua berada di posisi seperti ini. Perasaan nya bergejolak menahan jantung yang kini berdetak begitu cepat.

Abri mengusap rambut Acha dengan halus, ia tidak akan bisa jika kehilangan sahabat nya itu.

Jika takdir yang menyuruh salah satu dari mereka untuk pergi dari hidup nya, maka Abri akan menahan nya. ia begitu menyayangi gadis nya itu. Namun jika takdir yang meminta mereka untuk berpisah maka mereka akan meminta pada tuhan satu kan lah kami terlebih dahulu sebelum engkau memisahkan kami.

Kenapa lo tuh cantik banget Cha kalo lagi diem gini batin Abri memperhatikan Acha ketika tidur.

Abri mencium kening acha sekilas, ia pun menyusul Acha di alam mimpinya dan memejam mata.

Achazia Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin