-AA 2

92 31 9
                                    

Percayalah merindukan seseorang yang tidak tau wajah nya itu menyakitkan. Apalagi merindukan kehangatan yang selalu orang lain dapat kan.
.
.
.
.
.
.

-Achazia adira

Tingg

Jam pulang adalah jam yang paling di nantikan murid sekolah begitupun dengan Acha. Rasanya capek sekali ia hari ini memikir kan rumus rumus yang tidak memikirkan nya, sudah pusing bergulat dengan angka-angka.

Acha melihat Nashi yang merapihkan buku-bukunya, Ada satu buku yang membuat Acha bingung, Nashi kenapa suka sekali membaca novel? tanya Acha dalam hati. Nashi begitu mendiamkan nya jika sudah ada novel di tangan nya. Acha melipatkan kedua tangan nya pada meja kepalanya di letakan di meja pusing sekali ia hari ini.

"Nashi nya enggak bisa di makan liat gue deh," ucap Acha  menyuruh Nashi untuk memperhatikaan nya.

"Apa?" Nashi menengok ke arah sahabat nya itu.

"Lo liat gue baik-baik, gue cantik banget ya," ujarnya dengan percaya diri. Nashi jengah memutar bola matanya ingin sekali ia menggigit tingkat kepercayaan diri dalam Acha itu. Sudah sewajar nya jika sekolah tingkat SMA membawa cermin kecil ke sekolahnyya.  Kebiasan yang di lakukan oleh para kaum hawa.

"Ya ampun kok lo cantik banget si Cha. rambut lurus, wajah putih bak model luar negeri, badan langsing kaya biting sapu. siapa sih yang enggak pengen jadi pacar nya Achazia adira yang cute mirip Raisa ini," ucap Acha pada dirinya sendiri pada kaca kecil nya . Bentar deh wajah Acha sekarang tidak terlihat di kaca melain kan di usap kasar dengan tangan kekar seorang cowok. Siapa lagi kalau bukan Abri, sahabat dekat nya itu yang berani mengusap wajah nya dengan kasar.

"Lepasin anjir tangan lo bau." Acha menyingkirkan tangan Abri.

"Gue mempermudah lo supaya tidak lagi mempuyai sifat sombong, badan kaya biting kaya gitu di banggain." Abri duduk di depan tempat duduk Acha.

"Kaya biting kaya gini tapi lo terpesonakan." tunjuk Acha pada wajah Abri. Abri menelan salivahnya. Acha menggoda Abri agar pria itu tak menghinanya seperti biting.

"Sudah lah lupakan. Mama mau lo datang ke rumah jadi lo harus pulang sama gue."

"Lo mau pulang bareng apa nebeng di sepeda gue." selidik Acha. Pasal nya iya tau jika Abri nebeng sepeda nya berarti dia tidak membawa motor dan tadi pagi Acha tak mendengarkan suara motor Abri.

Abri yang sudah tau Acha mencurigainya ia cungar cungir menampakan gigi-gigi yang rata itu.

"Emang sahabat gue yang mirip Raisa tuh tau aja ni," ucap Abri jijik. Acha memutar bola matanya.

"Gue tau gue itu cantik, lo itu orang yang kesekian kalinya yang bilang gue cantik." Acha mengibaskan rambutnya ke depan wajah Abri, jika saja Abri membawa motor dan tidak di suruh mama nya untuk membawa Acha ke rumah ia pasti tidak akan mau menebeng di sepeda acha berwarna hitam.

"Lu pulang sama siapa Nashi tapi enggak bisa di makan?" tanya Acha.

"Emang kalo gue sendirian lu mau boncengin gue juga?" bukan nya jawab Nashi malah balik nanya.

"Ya enggak lah lo itu berat" tawa Acha meledak.

"Duluan aja gue di jemput sama abang gue," ucap Nashi.

Achazia Where stories live. Discover now