-AA 1

142 30 10
                                    

Seorang gadis yang memiliki rambut panjang hitam menggoes sepeda nya. Sesekali mengusap peluhnya, Achazia adira seorang gadis yang di besar kan di panti asuhan. Gadis yang mandiri namun juga menjengkelkan.

"Hos hos."

Deru nafasnya semakin cepat walaupun jarak sekolah nya tidak terlalu jauh dari tempat nya tinggal, namun tetap saja membuang tenaga untuk menggoes. sekolah sambil bekerja adalah rutinitasnya.

karena tidak mau merepotkan ibu panti nya ia pindah dari panti asuhan ke kos-san walaupun masih duduk di bangku SMA. Gadis itu  bekerja keras dan menghasilkan uang untuk membiayai kehidupan sehari hari nya.

Walaupun tidak seberapa hasil nya yang ia dapatkan dari menjual kue di rumah dan menjual kue lewat online, ia mempunyai olshop baju tapi hanya untuk stok sedikit saja. Hasil nya untuk membayar uang sekolah. Memang tidak banyak keuntungannya namun setidak nya ia lebih bersyukur karena masih bisa membiayai hidup nya sendiri.

Acha mempercepat goes sepeda nya untuk mengejar waktu untuk tidak terlambat ke sekolah dan nyampe di sana dengan selamat.

Ia kira akan telat hari ini tapi malah datang masih pagi, hanya butuh waktu 30 menit gadis itu tiba di perkarangan sekolah nya. Ia turun dari sepedanya. Jika kalian beranggapan gadis itu masuk ke kelas kalian salah. Gadis itu melangkah menuju kantin untuk menititipkan jualan kue nya di kantin untuk di jual. Ia memberikan kue nya itu pada ibu kantin. Teh was itu tersenyum melihat keberadaan Acha. Teh was itu nama panggilan orang orang untuk penjual yang ada di kantin. Bukan orang yang tewas ya, awas lo beda kata beda arti.

"Acha ini jumlah nya 20 kue yah." teh Was bersuara

"Iya teh, Acha nitip ya."

Teh Was mengangguk

Acha melangkah kan kaki nya memasuki kelas xi ipa 3 lalu duduk kursi kesayangan nya itu.

"Gue ngantuk banget Nas."

" Nashi tapi enggak bisa dimakan."  sambungnya, seraya berpura-pura menguap.

"Cha, lu bisa enggak si enggak usah manggil gue Nashi enggak bisa di makan? nama gue Nashi! bukan nasi untuk lu makan!" sewot nashi.

Yang di pelototin malah cengar cungir

"Ya sama aja aelah lu mah sensi aja masih pagi juga," kekeh Acha seraya melihat ke jendela. Ia melihat seorang cowok yang kini ia kenal sahabat nya dari smp saat ia masih tinggal di panti asuhan tapi satu sekolahan. Acha melangkah kah kaki nya mengindik-ngindik di samping jendela seperti maling ingin mencuri ayam tetangga pada malam hari.

Nashi yang melihat Acha mengindik-ngindik sudah tau Acha akan bertingkah membuat orang marah atau mengganggu orang. Acha memang orang nya tidak bisa diam. kalaupun Acha diam, pasti ia mempunyai masalah Nashi sudah tau sifat sahabatnya itu.

Di luar jendela ada seorang cowok yang akan menjadi korban Acha pagi ini cowok itu berjalan dengan gaya cool nya. Kata tampan memang sudah melekat pada diri cowok itu. Acha berdiri dengan cepat membuka jendela tersebut.

Brug

Karena cowok itu berjalan di dekat jendela akhirnya dia menabrak jendela yang di buka oleh Acha. Cowok yang menabrak jendela tersebut meringis menahan sakit karena wajah nya memerah yang di sengajakan seseorang.

"Ya ampun gue sengaja maaf ya, tapi gue lihat udah jelek makin jelek aja muka lu nabrak jendela uwahaha." Acha puas sekali menjaili teman yang satu nya ini ia masih tertawa menahan perutnya yang mau meledak akibat tertawa.

"ACHAAAAA." teriak cowok itu.

Acha hanya terkekeh seru sekali jika melihat sahabat nya itu marah

"Diem enggak lo, kalau enggak diem gue sumpal nih mulut loh. Lo kurang kerjaan banget si buka jendela pas gue lagi jalan sakit bego, awas l kalau gue jailin balik sampe lo nangis juga gue enggak perduli," cerocos cowok itu lalu berjalan memasuki kelas.

"Ya ampun Cha kasian itu muka nya pasti merah banget," ucap Nashi.

"Gue suka Nash kalau dia marah." Acha masih sempat sempat nya tertawa. Namun orang yang di tertawain menahan amarah. Bagi Acha, dia itu tidak pernah marah pada nya hanya saja dia kesal pada Acha. sekurangajar apapun yang di lakukan  Acha tapi dia tetap masih mau berteman dengan Acha yang jail nya di luar batas kepala.

Adelio abrisam reynand  nama pemuda itu orang yang menjadi sahabat Acha dan Nashi sejak smp. Abri orang yang berada tapi Abri tidak masalah dimanapun ia sekolah mau sekolah mahal atau tidak bagi Abri itu tidak penting. Bukan karena orang berada harus sekolah yang mahal mahal. Abri anak satu satu nya dari keluarga Adli  reynand dan  Akifah naila.

Abri dengan wajah marah nya duduk dan  menatap tajam sang gadis yang menjahilinya. Gadis itu bukannya takut menatapnya datar. Iamelangkahkan kakinya ke tempat duduk Abri. Belum sempat ia sampai ke tempat duduk Abri, guru pelajaran pertama sudah masuk saja.

"Acha ngapain kamu berdiri di situ mana tempat duduk kamu," ucap pak Yono, pak Yono adalah salah satu guru yang dekat dengan murid nya. Jadi murid pun tidak sungkan untuk berbicara dengan guru nya itu.

"Bapak si kenapa datang nya sekarang Acha kan mau ke calon suami eh..." Acha membekap mulut nya sendiri yang sudah terlanjur keceplosan.

"Maksudnya saya mau ke Abri hehe." sambung Acha dengan cengiran kudanya.

"Ada ada saja kamu ini Cha, jangan bandel-bandel jadi cewek nanti kalau ada yang bales dendam dengan cara lain gimana?"

"Hah" Acha tidak mengerti atas ucapan pak Yono, perlu di garis bawahi ya seringkali gadis itu mempunyai sifat lemot, bodoh, ngeselin, jail, dan satu lagi terkadang ia juga dengan percaya dirinya memiripkan wajahnya seperti Raisa.

"Kamu kira mukanya Abri memerah dan meringis kesakitan bukan karena kamu?" tanya pak yono.

"Kok bapak tau Acha  yang lakuin itu pada Abri," cicit Acha.

"Ya kalau bukan kamu siapa lagi yang bikin kesel orang di kelas ini, cuman kamu yang suka bikin orang kesel. kamu juga temen dekat nya Abri, ya jelas itu pasti kamu yang menyebabkan wajah Abri memerah," ujar pak Yono. Acha merasa apa yang di bicarin pak Yono itu benar ia pun mengangguk-angguk.

"Acha ngapain kamu masih di situ? tanya pak yono. Acha berjalan menuju tempat duduk nya.

"Acha."  pak Yono kembali memanggilnya. Acha menoleh, kalau bukan guru ingin sekali ia menenggelamkan di kolong kasur batin Acha

"Ada apalagi pak!"  Acha geram sekali sama tu guru kampret.

"Siapa suruh kamu jalan ke tempat duduk kamu."

"Kan bapak yang nyuruh astagfirullah," jawab Acha. Siswa lain hanya mendengarkan interaksi mereka berdua.

"Kan saya tidak menyuruh kamu duduk di tempat duduk kamu, Saya belum selesai bicara. kasian Abri kamu minta maaf,  lalu habis istirahat kamu obatin wajahnya."

Acha berjalan menuju tempat duduk Abri.

"Gue minta maaf Bri gue beneran minta maaf sebenarnya tadi tuh gue gak sengaja" Acha bersuara sedih tidak lama Abri menahan tawa melihat sahabat nya dengan muka berpura-pura sedih itu. Menurut dia, Acha tidak pantas jika  memiliki raut wajah yang sedih ia lebih senang jika melihat Acha tertawa.

Follow: Nurlaela721
Warning: Jangan jadi silent readers!

Achazia Where stories live. Discover now