Tujuh Belas

7.8K 594 49
                                    

Dengan bantuan asisten rumah tangga keluarga Mahardika. Akhirnya Gavin berhasil keluar dari dalam gudang. Gavin berjalan dipapah seorang satpam rumahnya menuju kamarnya. Beruntung sekali, ART-nya menemukan kunci cadangan gudang rumahnya.

"Makasih pak-shhh"lirih Gavin saat ia telah sampai dikamarnya.

"ga mau dibawa rumah sakit aja den?"tawar sang satpam.

"enghhh, engga usahh pak"jawab Gavin.

"yaudah kalo gitu, bapak keluar dulu ya, itu bi inah lagi buatin bubur buat den Gavin"ucap pak satpam lalu keluar dari kamar Gavin.

Gavin beristighfar didalam hati, semoga ia masih bisa membuka matanya besok pagi. Hari sudah sore, namun Gavin belum menemukan tanda tanda Kavin ataupun papahnya pulang ke-rumah. Ahh Gavin lupa, Kavin pasti akan menginap diApartemen pribadinya sedangkan ayahnya akan bermalam dikantor seperti hari hari biasanya.

Gavin meringis menahan sakit, dihati dan juga ditubuhnya. Tak terasa buliran air bening menganak sungai dipelipis Gavin karena ia sedang berbaring menatap langit langit kamarnya yang kusam.

Tok

Tok

Tok

"Den Gavin, ini dimakan dulu buburnya"ucap bi inah.

Gavin menyeka air matanya lalu perlahan mencoba duduk dengan pelan. "Makasi bi"

"mau bibi suapin den?"tawar bi inah.

"ga perlu bi, gavin makan sendiri aja"sahut Gavin.

"kalo gitu bibi keluar dulu ya den"ucap Bi inah yang diangguki Gavin.

Suapan ketiga, Gavin tak dapat menahan rasa mualnya. Dengan segera ia menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Gavin meringis, tubuhnya sangat lemas namun dengan sekuat tenaga ia menuju ke ruang tamu, untuk meminta bantuan kepada bi inah agar ia dibawa ke rumah sakit. Masa bodo jika bi inah mengetahui penyakitnya, yang terpenting sekarang ia harus bisa melihat cahaya matahari esok hari.

****

Disisi lain, Kavin gusar ditengah tidurnya. Ia merasa mual namun tak bisa memuntahkan makanan apapun. Dadanya juga terasa sesak tanpa sebab. Kavin terbangun lantas terduduk. Memijit pangkal hidungnya pelan lalu mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Seketika Kavin terdiam, ia terbengong ketika ingat kata suster uks sekolahnya. Apakah rasa mual, sesak dan juga pusing yang kini dirasakannya ada sangkut pautnya dengan Gavin. Atau tubuhnya hanya kelelahan biasa? Entahlah.

Namun, entah dorongan apa Kavin menyambar kunci motornya dinakas lalu bergegas menuju rumahnya. Ya, Kavin memang jarang tidur dirumah karena ia sudah memiliki apartemen sendiri. Tapi bukan itu alasan sebenarnya. Kavin hanya terlalu malas melihat drama Gavin yang menurutnya sangat menjijikan. Ia pulang jika ayahnya pulang. Dan beberapa hari ini, ayahnya sedang keluar kota.

Kavin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tak peduli klakson klakson pengendara lain serta makian dari pengemudi lain menipiskan nyalinya. Tidak, Kavin tak sepenakut itu.

*****

"Jadi, kapan kita bawa Gavin pergi bos?"tanya Bimo.

Semua anggota Eshtray hanya terdiam, memikirkan cara agar Gavin keluar dari neraka itu. Entah bagaimana caranya.

"Gue belum dapetin caranya, karena.. Lo tau sendiri sifat Mahardika gimana kan?"Ujar Tian.

"mending kita pergi ke rumah Gavin. Gue denger denger si Mahardika pergi keluar kota"Sahut Agung, semua mengangguk setuju lalu mereka pergi menggunakan mobil menuju kediaman Mahardika.

****

Gavin terduduk, memegangi dadanya yang sesak, pasokan udara yang Gavin rasakan kian menipis, menyisakan rasa sakit yang teramat dalam dirongga dadanya, berkali kali Gavin memukul dadanya, berharap rasa sakit itu hilang dari Gavin.

Gavin memejamkan matanya, tangannya tak henti hentinya mengusap bagian dadanya sembari membayangkan wajah serta suara lembut sang ibu.

"Shhhh sakit bunda"rintih Gavin.

"bunda, sakitttt shhh"

Brakkkkk

"Den Gavin!!!!!!!"terriak bi Inah.

"Aduhh den Gavin gapapa den?"tanya bi Inah cemas. Gavin hanya meringis menahan sakit didadanya.

"Shhhhakitthh bi, shhhh"rintih Gavin.

"Aduhh sebentar ya den, bibi minta bantuan dulu sama yang lain"ucap Bi Inah,lalu keluar dari kamar Gavin untuk mencari bantuan.

Disisi lain, The Eshtray yang baru saja tiba dirumah Gavin, seketika menghampiri asisten rumah tangga keluarga Mahardika yang terlihat panik.

"Aduh tolongin saya atuhh kalian"ujar Bi inah dengan nada panik kepada para anggota the Eshtray yang baru saja turun dari mobilnya.

"kenapa bi, kenapa?"tanya Boby.

"itu, si den Gavin.. "

"Gavin kenapa bi?"tanya Doni.

"den Gavin kesakitan dikamarnya, tolong bibi atuhh, bawa den Gavin ke rumah sakitt"ujar Bi inah.

The eshtray terkejut, dengan cepat mereka menuju kamar Gavin yang terletak dilantai dua. Tak butuh waktu lama, akhirnya tian menggendong tubuh ringkih Gavin dan membawanya menuju rumah sakit dengan menggunakan mobil.

****

"gimana keadaan Gavin, Zeus?"tanya doni setelah Zeus yang menjadi dokter Gavin keluar dari ICU.

Dokter zeus menggelengkan kepalanya, terlihat dari raut wajahnya sudah pasrah akan kondisi Gavin.

Zeus memegang kedua bahu Doni, berusaha menguatkan sahabatnya ini. Perlu kalian tau, sebenarnya, Zeus juga dahulu mantan anggota the eshtray yang keluar bersamaan dengan Mahardika. Sungguh dunia yang dijalani Gavin begitu sempit.

"Udah ga ada harapan don, Gavin, koma"lirih Zeus dengan berlinang air mata.

Anggota the eshtray yang mendengarnya mematung seketika. Niatnya membawa anak itu agar tak terjadi apa apa, namun semuanya justru terlambat.

Pikiran doni seketika kosong, kakinya melemas, ia tak kuat menopang beban dari Gavin yang satu ini, Sungguh Doni menyayangi Gavin.

"Ga mungkin, Zeus. Gavin kuat, Gavin ga mungkin koma"ucap Doni dengan nada yang bergetar.

"Berdoalah, Hanya gavin satu satunya harapan kita"lanjut Zeus.

"Maksudnya?"tanya tian.

Zeus memandang tian dengan mata yang berair "ya.. Kalau Gavin mau berjuang lebih lama, Gavin akan selamat, jadi... "

"jadi apa zeus?"

"motivasi Gavin agar ia mau bangun dari tidurnya, gue pergi dulu"ujar Zeus lalu pergi meninggalkan the eshtray yang berusaha mencerna perkataan Zeus.

Sedangkan tanpa diketahui siapapun, Kavin mendengar percakapan itu dengan jelas tanpa tau arti yang sebenarnya.



*****

Tbcc

Jangan lupa followw

GAVINWhere stories live. Discover now