Kedelapan

7.3K 562 16
                                    

Gavin menatap jalanan lurus didepannya, sesekali dia menghela nafas kasar, menendang kerikil yang ada di depannya lalu mendengus pelan.

Setelah pembicaraannya dengan Kavin beberapa saat lalu, Gavin tersadar. Bahwa ia gagal menjadi anak yang baik untuk papahnya.

Gavin memandang langit, awan hitam mulai tercipta, disusul gemuruh yang menandakan sebentar lagi hujan. Lagi lagi Gavin mendengus, ia lalu mempercepat langkahnya.

Tujuan dari lari nya ini adalah rumah sakit, tempat dia memeriksakan diri dan dengan bodohnya meninggalkan sepeda satu satunya disana. Gavin sangat menyesali itu.

Setelah beberapa saat ia berjalan juga berlari, akhirnya dia sampai di tempat parkir rumah sakit. Gavin menengok sekeliling guna mencari pos satpam yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"permisi Pak " ucap Gavin. Satpam yang sedang duduk itupun menengok ke arah Gavin.

"iya dek, ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam itu.

"ehmm..bapak liat sepeda gunung warna biru yang dari kemaren parkir disana ga pak?"ujar Gavin sembari menujuk tempat kemarin dia meletakan sepeda miliknya.

"Oh, sepeda gunung itu punya kamu ya.. Dri kemaren saya bingung, ini sepeda kok gada yang ngambil, jadi saya mutusin buat naruh di gudang rumah sakit, yaudah.. Mari saya  antarkan"kata satpam itu.

Gavin mengangguk dan segera mengikuti langkah satpam itu, dan akhirnya Gavin menemukan sepedanya dan berniat pulang.

Gavin mengayuh pelan sepedanya menuju gerbang rumah sakit. Namun, berhenti ketika ia melihat mobil yang tak asing terparkir di sebelah pos satpam.

'itu bukannya mobil papah, kenapa ada disini?'batin Gavin

Tak berapa lama, Gavin melihat dua orang yang tak asing keluar dari gedung rumah sakit. Dengan cepat Gavin bersembunyi dibelakang pohon dengan sepedanya.

"itu bukannya papah ya.. Kok papah bisa kenal sama dokter zeus"Monolog Gavin.

Gavin memicingkan matanya seraya menajamkan telinganya guna berharap kalau Gavin bisa mendengar percakapan kedua orang itu, tapi usaha Gavin sia sia, Gavin sama sekali tidak mendengar apa yang ayahnya juga dokter zeus bicarakan.

Gavin melihat ayahnya pergi menuju mobil lalu meninggalkan area rumah sakit. Gavin keluar dari tempat persembunyiannya berniat menanyakan apa yang ayahnya lakukan disini kepada dokter zeus. Namun, niat itu ia urungkan.

Gavin menghela nafas, ia lalu mengambil sepedanya dan meninggalkan area rumah sakit. Ia harus sampai rumah sebelum ayahnya sampai agar ia tak mendapat hadiah indah dari ayahnya.

Gavin dengan semangat mengayuh sepeda itu, keringatnya bercucuran dari dahi, seragam sekolahnya juga basah dengan keringat, namun gavin tidak memperdulikan hal itu.

Akhirnya Gavin sampai dirumah namun dewi fortuna belum berpihak ke Gavin, di teras rumah terlihat ayahnya sedang menatap tajam dirinya yang masih berada di pintu gerbang.

Gavin was was, ia takut ayahnya memberikan hadiah lagi tapi.. Apa boleh buat, ini juga kesalahannya?

"Berani kamu pulang terlambat Gavinio Mahardika" suara bariton khas itu seperti suara malaikat maut ditelinga Gavin,

Jantungnya berdegub dua kali lipat, dan badannya gemetar, ia tak tau harus bagaimana kecuali menunduk.

"A-ampun pah, tadi Gavin habis.. "

" jangan banyak alasan kamu!!, sini ikut saya"ujar ayah gavin.

"maaf pah, gavin janji gavin ga akan mengulangi kesalahan gavin yah"mohon Gavin.

GAVINOù les histoires vivent. Découvrez maintenant