Dua Puluh Tiga

9.9K 740 179
                                    

Andre melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa menuju parkiran Cafe. Malam tadi, Tina, pacar Andre menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka, dan juga Gavin.

Andre mengusap wajahnya kasar. Terbayang diingatannya ekspresi Gavin setelah Andre memukulnya. Andre bodoh, seharusnya ia memberi kesempatan salah satu dari Tina ataupun Gavin menjaskan semua yang terjadi.

Namun, Andre hanyalah manusia biasa yang tidak bisa menahan amarahnya. Andre sadar dan Andre benar-benar menyesal akan hal itu.

Andre menancapkan gas mobilnya menuju rumah Gavin. Ia hanya ingin segera meminta maaf atas keegoisannya kemarin. Andre benar-benar menyesal.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok dengan postur tubuh mirip Gavin sedang berbincang dengan tukang sol sepatu depan komplek perumahan Gavin. Andre memicingkan matanya, menatap setiap gerak gerik Gavin yang membuat Andre heran.

Senyuman Andre merekah ketika Gavin berjalan menyebrangi jalan menuju arah mobilnya. Namun, ketika Andre melihat kaca spion belakang mobilnya, ada sebuah mobil sedan sedang melaju kearah Gavin. Dan sepertinya Gavin tidak sadar akan hal itu.

Andre lantas keluar dari mobilnya dan berlari menuju arah Gavin. Didorongnya tubuh Gavin sehingga terbentur pinggir aspal, sedangkan Andre tak menyadari jika sedan yang melaju dihadapannya sudah ada didepan matanya. Andre memejam merasakan tubuhnya melayang dan juga sakit yang teramat diperutnya. Andre jatuh dengan luka mengaga dikepala.

Orang orang yang melihat kejadian itu lantas berkerumun, ada yang menatapnya iba dan ada pula yang jijik. Seseorang berlari memecah kerumunan tersebut, menyerukan kedua nama korban dengan gemetar. Dia Kavin.

*****

Dua buah bankar didorong dengan begutu tergesa karena membawa dua tubuh yang sedang tak berdaya dengan darah yang terus keluar dari kepala keduanya. Lantas kedua bankar tersebut masuk ke ruang UGD.

Kavin kalang kabut sendirian, pikirannya sedang kalut sekarang, ditambah noda darah diseragam sekolahnya dan juga bunyi ponsel miliknya.

Kavin merogoh saku celana seragamnya dan mengambil benda pipih yang sedari tadi berbunyi. Disana tertera nama ayah tercintanya menelpon berulang kali.

Kavin melirik jam tangannya. Ia lantas memejamkan matanya, pantas saja ayahnya menelpon ternyata Kavin lupa jika hari ini sekolah. Tak apalah, yang terpenting ia harus mengetahui kondisi saudara kembarnya dan juga temannya.

Kavin menekan tombol hijau pada layar ponselnya. Ia bersiap menerima omelan dari sang ayah. Karena Kavin yakin gurunya sudah memberitahu ayahnya jika ia membolos sekolah.

"H-halo pah"ucap Kavin.

"......"

"K-kavin lagi dirumah sakit pah"

"......."

"Anu, bukan Kavin yang sakit, tapi Gavin. Tadi dia kecelakaan pah"

"......."

"tapi Gavin juga saudara kembar Kavin pah, kita ini sama"

"......."

"pahh, sekali aja papah peduliin Gavin kaya papah peduliin Kavin"

"......."

"Tapi gimana dengan Gavin pah, Gavin sendirian disini"

GAVINWhere stories live. Discover now