Dua Puluh

8.9K 711 99
                                    

"Shhhh"

Gavin meringis merasakan tubuhnya yang ia rasa remuk setelah menyelesaikan hukuman dari guru BK karena Gavin tidak memakai sepatu ke sekolah. Gavin melihat sekelilingnya, ruangan berchat putih dengan bau khas obat obatan menyapa indra penciumannya. Gavin rasa ia sedang berada di UKS sekolah.

Gavin mencoba duduk dari berbaringnya, dalam hati Gavin heran kenapa Andre tidak menunggunya seperti biasa. Namun pikiran buruk itu Gavin sanggah dengan cepat, mungkin Andre sedang sibuk dengan urusan pribadinya.

Gavin menghela nafas, kejadian tadi pagi sungguh membuat hati Gavin teramat sakit. Padahal ia hanya meminta dibelikan sepatu baru oleh ayahnya. Gavin tersenyum miris, ia lalu beranjak dari ranjang uks menuju sebuah cermin besar disamping lemari obat.

Gavin melihat pantulan dirinya sendiri, dengan kantung mata yang menghitam serta seragam yang sebenarnya sudah tidak layak pakai. Pantas ia tidak mempunyai teman selain Andre. Disamping ia yang pendiam juga penampilannya yanh seperti pengemis. Gavin menyadari itu.

Gavin mengamati pantulan dirinya dicermin. Sungguh berbanding terbalik dengan kondisi kakak kembarnya yang memiliki tubuh ideal. Tidak sepertinya yanh malah seperti lidi. Hanya tinggal tulang.

Brakkkk

Dobrakan pintu tersebuy membuat Gavin seketika menolehkan pandangannya kearah pintu UKS. Disana terlihat Andre dengan rahang mengeras dan muka memerah. Gavin tau Andre sedang marah saat ini.

"A-ada apa Ndre?"tanya Gavin. Ia mendekat kearah Andre.

Bugh

Bugh

Bugh

"GUE KIRA LU SAHABAT GUE GAVINIO, TAPI TERNYATA APA? LO MALAH NUSUK GUE DARI BELAKANG BANGSATT?!!!!"maki Andre. Ia melayangkan pukulan ketubuh ringkih Gavin yang membuat Gavin tersungkur.

Gavin menggeleng, ia tak mengerti apa yang sedang dibicarakan Andre, sahabatnya. Apa maksudnya menusuk dari belakang?.

"Gu-gue ga maksud Ndre lo ngomong apa"lirih Gavin.

Andre menyeringai, ia lalu menarik kerah baju Gavin yang membuat Gavin susah untuk mengambil nafas.

"cihh gausah sok lugu lu didepan gue anjing. Gue tau lu kemaren nginep dihotel bareng cewe gue kan?jawabbb!!!!!!!?"teriak Andre didepan muka Gavin.

"gue ga ngerti apa yanh lu maksud Ndre beneran. Gue juga gatau kalo lu punya cewe, gue mohon Ndre pasti ada yang ngefitnah gue. Gue mohon lu percaya sama gue, gue mohon Ndre"Sahut Gavin.

"Gue gabakal percaya sama lo, lo bukan sahabat ataupun adek gue lagi. Bagi gue, lo udah jadi musuh gue, dan jangan harap gue mau mengasihani lo lagi"ucap Andre yang kemudian menghempaskan tubuh Gavin kelantai lalu pergi dari UKS meninggalkan Gavin dengan tangisnya yang ia tahan.

Gavin melihat bayangan Andre yang menjauh dari tempatnya tersungkur. Setelah ini tidak ada lagi sandaran yang Gavin miliki. Tidak ada bahu yang rela Gavin sandari. Gavin merasakan paru parunya sesak, ia menahan tangisnya agar tak pecah saat itu juga.

Gavin mengumpulkan sisa tenaganya yang ia punya lalu berdiri mengambil tas lusuhnya dan memakai sandal japit miliknya. Gavin memutuskan untuk membolos sekolah sekarang.

*****

"Bunda.. Gavin kangen bundaa"lirih Gavin.

Saat ini ia memutuskan untuk membolos sekolah dan menuju TPU tempat ibu dan kakaknya dimakamkan. Bermodalkan satu tangkai bunga mawar yang ia petik dijalan tadi. Gavin menghampiri peristirahatan terakhir ibunya itu sendiri.

GAVINWhere stories live. Discover now