Duabelas

7.3K 547 11
                                    

Enjoy Readerss

Love youuuuu

Jangan lupa follow!!!!!!

Salam Authorr

******

Andre menghempaskan dirinya dikasur miliknya. Matanya selalu melihat gerak gerik Gavin yang sedang duduk sambil membaca buku miliknya dimeja belajar. Dalam hatinya, ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Gavin. Namun, Andre menunggu Gavin yang memulainya terlebih dahulu.

"ehem"

Andre terlonjak kaget mendengar deheman Gavin. Ini adalah saat saat yang Andre tunggu dari Gavin. Anak itu pasti akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Maka dari itu, Andre berusaha menjadi pendengar yang sangat baik hingga tak ada sepatah kata-pun yang Andre lewatkan dari Gavin.

"G-gue.. Donor darah"kata Gavin. Andre yang bingung hanya menyatukan alisnya.

"maksudnya?"

"kal-kalo gue cerita ini, lo janji ga bakalan cerita ke siapapun kan, terutama keluarga gue"lanjut Gavin yang semakin membuat Andre bingung.

"hah?"

"G-gue sakit ndre"lirih Gavin.

"Sakit apa? Perasaan lo ga demam, lo sakit hati atau sakit gigi?"Canda Andre.

"engga Ndre, ini lebih dari itu"Ujar Gavin sambil menundukan kepalanya.

"jadi...."

"Kanker paru-paru stadium 2 dan Anemia akut"ucap Gavin cepat sembari memejamkan matanya.

Hening, suasana kamar Andre seketika hening akibat satu kalimat menyakitkan yang tercap dari mulut seorang Gavin. Andre diam, berusaha menguatkan hatinya dan menghalau air mata yang hampir membuatnya terlihat lemah dihadapan Gavin. Tidak, Andre tidak boleh lemah untuk saat ini, dia harus kuat. Untuk Gavin.

"L-lo, lo bercanda kan Vin?, lo ga mungkin kena penyakit brengsek kaya gitu. Iyakan?"kata Andre. Ia lalu bangkit dan memeluk tubuh ringkih Gavin. Gavin hanya diam, matanya memejam merasakan pelukan hangat dari sahabat sekaligus kakak untuknya. Gavin membalas pelukan itu.

"gue tanya sekali lagi Vin, lo.. Bercanda kan sama gue tentang penyakit itu?"tanya Andre sekali lagi. Andre melepaskan pelukan dan memegang kedua bahu Gavin agar matanya bertemu dengan netra sendu milik Gavin.

"engga Ndre.. Gue ga bohong"jawan Gavin. Akhirnya pertahanannya runtuh, dia menangis dihadapan Andre. Andre-pun dengan sigap menarik tubuh Gavin kedalam pelukannya. Ia harus menjadi sahabat yang kuat untuk Gavin.

"Andree gue sakit Ndre hikd"tangis Gavin. Kalau boleh jujur, saat ini Andre juga menangis, namun tangisannya ia tumpahkan didalam hatinya.

"Gue disini Vin, lo tenang aja"ujar Andre seraya mengusap punggung Gavin yang bergetar. Pelukan itu terjadi selama beberapa saat, sampai Andre merasakan ada yang salah dari ucapan Gavin tadi. Andre memutuskan melepas pelukan Gavin, kedua tangannya berada dibahu Gavin. Ia menatap lekat Gavin yang menunduk dan menangis.

"maksud lo, donor darah ketika lo.. Anemia?"spantan Andre. Gavin mengangguk lirih. Detik itu pula, Andre tidak bisa menahan laju air matanya. Mengaga tak percaya lalu tertunduk. Andre menyandarkan punggungnya ditembok tak jauh dari Gavin duduk dan memejamkan matanya. Ia gagal melindungi sahabatnya.

"maaf"lirih Andre. Gavin menggeleng, dengan cepat ia lalu merengkuh lagi tubuh Andre yang sekarang menjadi sandarannya.

"ga, Ndre. Lo ga salah"

GAVINWhere stories live. Discover now