Dua Puluh Empat

9.6K 745 133
                                    

Aldo dan Sinta masih setia menunggu didepan pintu ruang operasi milik anaknya dan juga sahabat anaknya. Andre dan Gavin, pasangan sahabat itu sedang berjuang dari maut. Awalnya kedua orang tua Andre tidak mengijinkan Gavin mendonorkan ginjalnya untuk Andre. Namun, Gavin tetaplah Gavin, baik hati namun keras kepala.

Aldo dan Sinta berulang kali menelpon Mahardika selaku ayah dari Gavin. Akan tetapi, yang didapat hanyalah cacian dan sumpah serapah agar Gavin mati saat itu juga. Ahhh sungguh orang tua yang membagongkan.

Aldo mengusap rambutnya kasar lalu duduk disamping istrinya yang terlihat sangat kacau dengan bekas air mata yang mengering dikedua pipinya. Aldo yang kelewat peka lantas memeluk istri tercintanya dan menyuarakan kalimat kalimat penenang.

Klik

Lampu ruang operasi yang padam mengalihkan pandangan mata keduanya. Disusul dengan seorang dokter dengan pakaian khas untuk operasi keluar dari ruangan itu. Aldo dan sinta beranjak menghampiri dokter tersebut, berharap tidak ada kabar buruk dari anaknya dan juga Gavin, yang mereka anggap sebagai anaknya sendiri.

"Ba-bagaimana keadaan mereka dok?"tanya Sinta, sembari menahan tangisnya.

Dokter ber-name tag Zico menghela nafas pelan lalu menatap pasangan suami istri didepannya yang terlihat sangat kacau dengan pakaian kusutnya.

Zico memandang keduanya sendu, mau tidak mau, ia harus menyampaikan kabar baik maupun kabar buruknya kepada keluarga pasien. Walaupun ia sendiri tidak ingin menyampaikan kabar buruk apapun.

"Ehm, sebelumnya mari ikut ke ruangan saya saja"

*****

Disisi lain, Kavin tengah melamun dibelakang rumahnya dengan perasaan gelisah. Entah bagaimana, ada sesuatu yang kosong dihatinya dan Kavin tidak tahu itu apa.

Kavin menatap kolam ikan didepannya dengan pandangan kosong, pikirannya melayang kala ia dan Gavin bermain dikolam ikan tersebut, diakhiri dengan kekesalan ayahnya karena ikan kesayangannya mati akibat Gavin dan Kavin juga ikut berenang dan menangkap ikan ikan kesayangan ayahnya dengan tidak berperikeikanan.

Kavin tersenyum simpul, rasanya.. Mengingat kenangan bersama keluarga lengkapnya dulu sangat menghangatkan hatinya. Dalam hati, Kavin tidak benci dengan Gavin, karena bagaimanapun Gavin adalah saudara kembarnya. Akan tetapi, jika Gavin muncul dihadapan Kavin, terbayang olehnya kejadian mengerikan yang menjadi trauma sendiri untuk Kavin, dan Kavin sangat membenci itu walaupun keduanya wajahnya sama tapi tetap saja dia tidak suka dengan wajah Gavin.

Tepukan dipundak kirinya menghentikan lamunan Kavin. Kavin menoleh kearah ayahnya yang tadi menepuk bahunya.

"ehh papah, ngapain disini pah?"tanya Kavin.

Mahardika tersenyum simpul lalu duduk disebelah Kavin. Tanganya merangkul tubuh anak kesayangannya itu.

"Lagi mikirin apa Vin?, tumben banget duduk disini"tanya Mahardika.

"gapapa pah, lagi pengin aja. Oh iya pah, soal The Eshtray, gimana?"tanya Kavin takut takut.

"Oh soal itu, papah udah jeblosin mereka kepenjara atas tuduhan mencemarkan nama baik papah"terang Mahardika yang dibalas anggukan oleh Kavin.

"yaudah, yuk masuk, udara malam ga baik buat kamu"lanjut Mahardika sembari melangkahkan kakinya menuju masion mewah miliknya.

******

"Kondisi pasien terdonor baik-baik saja, tapi..kondisi pendonor tidak baik-baik saja"

"m-maksudnya dok?"tanya Aldo.

"Terdapat banyak penyakit ditubuh pendonor, seharusnya ia tidak melakukan tindakan berbahaya itu"ujar dokter Zico dengan raut wajah seduhnya.

"dan sekarang kondisi pendonor sedang kritis, tubuhnya sudah menolak alat alat yang kami berikan untuk menunjang hidupnya, dan saya harap bapak ibu sekalian bisa memotivasi pendonor, karena dalam kondisi seperti ini, pasien bisa mendengar suara disekitarnya, jadi saya mohon motivasi pasien agar dapat bertahan hidup walaupun dengan tubuh yang bisa dikatakan tidak baik baik saja"lanjut dokter Zico panjang lebar.

Kedua orang tua Andre mendengarkan dengan seksama dan dengan perasaan yang campur aduk, antara senang dan juga sedih. Senang karena anak tunggalnya selamat dari maut dan sedih karena Gavin yang tak lain adalah pendonor Andre dalam kondisi kritis.

Pasangan suami istri itu lantas keluar dari ruangan dokter menuju ruangan tempat anaknya dipindahkan. Jujur,dalam hati mereka sedang dalam keadaan gekisah luar biasa. Entah bagaimana jika nanti Andre bertanya tentang kondisi Gavin.

*****

Dalam tidur lelapnya Gavin merasa tubuhnya ringan seperti tak ada beban apapun. Ia merasa damai ditempat yang satu ini, disebuah taman yang penuh akan bunga bunga indah. Gavin senang disini, tapi disisi lain ia rindu dengan ayah dan juga saudara kembarnya. Tapi disisi lain juga ia ingin kedamaian menghampirinya, seperti ia berada ditempat ini.

Tiba-tiba Gavin melihat siluet dua orang yang sangat Gavin rindukan. Dia adalah ibu dan juga kakak perempuannya. Gavin terpaku, dua sosok dihadapannya sangat cantik, lebih cantik dari terakhir kali Gavin melihatnya.

Gavin tersenyum lebar lantas menghampiri dua sosok itu yang juga tersenyum ke arahnya. Namun, ketika ia ingin menggapai tangan ibunya, suara lantunan ayat Al-Quran masuk ke pendengarannya, membuat dengung yang sangat hebat dikedua telinganya. Pandangan matanya memburam diiringi dua sosok ibu dan juga kakaknya yang perlahan menghilang.

Namun Gavin tau, sebelum sosok itu benar benar menghilang, Gavin menangkap kata yang membuat hatinya kembali menghangat kata tersebut ialah.

'bunda sayang Gavin'

Dan sosok yang mirip kakaknya tersebut seperti mengucap.

'belum saatnya dek'

Dan akhirnya Gelap.

"BUNDAAAAAAA!!!"

TBC

DETIK DETIK SEBELUM .....

OH IYA JANGAN LUPA CEK IG AUTHOR...

DISANA NANTI BANYAK SPOILER PART SELANJUTNYAAAA

AYO BURUAN CEK WWKKWKWKWJ

SEKALIAN MITUALAN JUGA HM..

@agstnmda_

GudNight!!!!!!




GAVINWhere stories live. Discover now