5

88 20 38
                                    

Okay, just 3 random questions before you start reading.

1. Pandangan kalian ke skincare abal?

2. Kalo ketemu orang baru, kalian tipe yang diem atau langsung ngobrol?

3. Film favorit kalian?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Aneska keluar kafe dan berjalan dengan tatapan kosong. Jiwanya serasa melayang ke awang-awang. Dia menghela napas, matanya menatap nanar paper bag di tangannya yang berisi skincare abal yang baru saja ia beli.

Semalam Aneska benar-benar menghubungi si pemilik akun sekaligus penjual skincare abal yang tak sengaja dilihatnya. Dan entah pergi ke mana otak di kepalanya, karena kemudian ia bertanya-tanya paket apa saja yang ditawarkan skincare tersebut beserta harganya.

Dan begitulah, masih dengan memiliki kepala tanpa otak ia lalu membeli satu paket lengkap yang berisi fasial wash, toner, day cream, dan night cream dengan harga yang cukup terjangkau. Berhubung lokasi penjual skincare itu cukup dekat dengan daerah rumahnya, mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe yang letaknya di tengah-tengah. Jadi, dia maupun penjual skincare itu sama-sama tak merasa kejauhan.

Tadinya Aneska sempat ragu, tapi Clara—nama wanita penjual skincare —meyakinkannya kalau semuanya akan baik-baik saja. Karena meskipun abal, kandungan mercury di dalamnya hanya sedikit sekali.

Hal itu tidak menjadi masalah, karena setimpal dengan keuntungan yang di dapat. Murah dan cepat menghilangkan jerawat.

Sekali lagi gadis itu menghela napas. Hatinya yakin bahwa yang ia lakukan ini sudah benar, tapi beda dengan otaknya yang terus memberontak bahwa ini salah.

"Duh, gue mesti gimana, ya? Ck. Ah udah ah, biarin. Udah terlanjur juga. Lagian kan abis ini jerawat di muka gue ilang semua. Setelah ini nggak bakal ada yang komentarin gue. Dan yang paling penting, ini murah jadi gue nggak bakal ngerasa rugi."

Terus merasa gundah, Aneska mensugesti dirinya bahwa membeli skincare abal ini adalah keputusan yang paling tepat.

Lelah akan rasa gundah yang tiada ujung, Aneska berhenti di depan sebuah restoran Jepang dan berniat mengambil ponsel dan memesan ojol berhubung sudah dua hari motornya rusak dan mendekam di bengkel. Gerakannya yang ingin memencet aplikasi berwarna hijau urung karena tiba-tiba ada pesan masuk.

Gadis itu mengerenyit, ternyata dari Bu Nana—wali kelasnya—yang memberitahu jika untuk dua minggu ke depan seluruh murid SMA Pancadharma belajar di rumah terlebih dahulu berhubung agenda perbaikan sekolah belum selesai sejak liburan tiba. Hal itu dikarenakan banyaknya yang diperbaiki serta ada pembuatan lab yang baru.

Meskipun tidak berangkat, tapi kegiatan belajar mengajar masih tetap berjalan semestinya melalui grup kelas.

Aneska tertegun. Apa ini? Kenapa harus libur dua minggu lagi sekarang? Kesannya jadi seolah-seolah semesta mendukung tindakan gilanya untuk memakai skincare abal dan akan langsung jadi cantik saat masuk dua minggu lagi nanti.

Dan tentu saja hal itu membuatnya makin yakin jika dirinya tak salah langkah.

****

Tak langsung pulang, Aneska justru jalan-jalan di taman kota untuk menenangkan pikirannya. Toh lagipula ibunya juga sedang tidak ada di rumah, jadi ia merasa sedikit bebas.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang