22

36 11 16
                                    

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Pernah digodain temen karena ketahuan suka atau disukai seseorang nggak?

2. Kasih tau dong nama guru olahraga di sekolah kalian.

3. Punya kakak atau adik? Kandung apa sepupu?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

Aneska, Rula, dan Findi tiba di lapangan setelah selesai mengganti seragam sekolah mereka dengan pakaian olahraga juga membenahi penampilan.

Terlebih Aneska, yang harus selalu tampil cantik dan girly. Sampai saat ini, ia masih tetap menggunakan skincare abal. Persetan dengan larangan Divka meski sekarang mereka sudah berteman. Kalau misal ia berhenti, bagaimana nasib wajahnya? Pasti ia akan kembali ke bentuk semula. Dan tentu saja Aneska tidak ingin masa kelamnya terulang kembali.

Pun dengan penampilannya yang terus ia jaga agar tetap feminim. Meski kadang terasa sedikit melelahkan karena jika dipikir Aneska tidak menjadi dirinya sendiri. Kepribadiannya sedikit tomboy, tapi ia harus berubah menjadi feminim.

Tapi tak apa, asal ia dekat dengan Arza, semuanya tak menjadi masalah.

"Loh, kok ada anak IPA 1 juga? Bukannya jam olahraga mereka abis kita selesai, ya?" Rula bertanya-tanya dengan heran. Matanya menyorot sekelompok murid kelas XI IPA 1 yang berdiri tak jauh dari gerombolan IPA 4.

Aneska dan Findi ikut menatap murid-murid XI IPA 1. Mereka juga tampak kebingungan.

"Iya juga, ya. Kok mereka gabung di jam olahraga kita?" Aneska menimpali dengan heran. Netranya mencari-cari keberadaan Arza yang sedari tadi tak terlihat. Kemana cowok itu? Dia murid IPA 1, kan?

"Oh ini, kata Pak Deni anak IPA 1 disuruh gabung sama kita karena beliau mau ada urusan pas jam nya ngajar IPA 1. Makanya biar nanti IPA 1 tetep dapet materi, digabungin deh sama kita," jelas Findi seraya menatap ponselnya. Setelahnya, ia menyodorkan ponsel tersebut ke dua temannya.

"Nih, barusan Pak Deni kasih info di grup."

Aneska dan Rula manggut-manggut. "Wah, seneng dong lo, Nes. Ada si ehem," goda Rula sambil menyenggol pelan bahu Aneska.

"Iya nih. Ciee Aneska, jadi bisa ketemu si ehem." Findi tak mau kalah dan langsung ikut menggoda.

Seketika Aneska tersipu malu. Semenjak mereka tahu kedekatannya dengan Arza, mereka jadi sering menggodanya.

"Udah ih, apaan, sih, kalian. Gue biasa aja deh perasaan," elak Aneska yang tampak sia-sia karena setelahnya Rula dan Findi makin semangat menggoda dan meledeknya.

Untunglah, kemudian Pak Deni menyuruh semuanya berkumpul dan baris. Kelas XI IPA 1 disisi kanan dan kelas XI IPA 4 disisi kiri yang hanya di beri spasi satu langkah. Mungkin memang sudah jodoh, Aneska dan Arza tak sengaja baris sebelahan di deretan belakang.

"Cieeeeeeeee." Rula dan Findi yang baris di samping Aneska kembali menggoda cewek itu dengan bisik-bisik menyebalkan. Sebagai respon, Aneska hanya memelototi keduanya. Menyuruh mereka untuk diam.

Tak menurut, Rula dan Findi justru semakin menjadi. Membuat Aneska pasrah, tak mau lagi menanggapi mereka meski hatinya kesal luar biasa.

Untung teman.

"Hai, diem aja daritadi." Sebuah suara dari samping kanan membuat Aneska menoleh. Dilihatnya ada Arza yang menatapnya bingung. Huh, merasa kesal dengan kedua temannya membuat Aneska lupa bahwa ada Arza sekarang.

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang