25

40 11 10
                                    

Free random question :D

****

"Yuk masuk," ajak Arza setelah mengamankan motornya. Aneska mengangguk. Keduanya lantas berjalan beriringan masuk ke dalam mal yang cukup ramai.

Mereka berdua baru pulang sekolah. Dan sesuai yang sudah mereka sepakati, mereka akan jalan-jalan di mal terlebih dahulu. Anggap saja first date mereka. Maklum lah, pasangan baru. Pengennya bersama terus, tak mau terpisahkan.

"Eh, ada yang kelupaan." Arza tiba-tiba berhenti melangkah membuat Aneska juga ikut berhenti.

Cewek itu mengerenyitkan keningnya. Sedikit merasa panik. "Emang apa yang ketinggalan? Hp? Kunci motor? Atau dompet? Ayo kita ambil dulu."

Arza menggeleng. "Bukan itu. Tapi ini." Tangannya bergerak menggandeng tangan Aneska. "Kelupaan nggak digandeng." Di akhir kalimat, Arza nyengir kuda.

Aneska langsung merona, tapi kemudian ia pura-pura berdecak sebal. "Dih, apaan, sih? Bikin panik aja deh, kirain kenapa."

Arza tertawa renyah. "Sori. Yuk lanjut jalan," ucapnya yang diangguki Aneska. Keduanya lantas melanjutkan langkah sembari bergandengan tangan. Membuat perasaan Aneska terasa berkembang-kembang.

"Kita mau ke mana dulu?"

"Ke toko buku dulu yuk. Aku mau cari novel." Tanpa memberi kesempatan untuk Arza mengiakan atau menolak, Aneska langsung menarik tangan cowok itu untuk ikut dengannya.

"Pelan-pelan, Aneska." Arza pura-pura menggerutu karena kesusahan berjalan sebab tarikan Aneska yang cukup kuat.

"Ups, sori." Aneska meringis, yang dibalas gelengan oleh Arza.

Toko buku cukup sepi saat mereka tiba. Dan Aneska bergegas menuju rak tempat novel-novel remaja. Meninggalkan Arza di depan karena cowok itu menolak diajak masuk. Matanya memilah-milih kira-kira buku mana yang akan ia beli.

Hingga kemudian tangannya meraih sebuah novel berjudul 'One Thing She Really Needs.' Sekilas ia membaca blurbnya. Hingga sebuah suara menyapa saat ia baru membaca setengah.

"Itu novelnya bagus banget loh, Kak, aku udah baca dari lama karena itu terbitan lama."

Dengan cepat Aneska menoleh ke samping dan mendapati ada seorang gadis dengan seragam putih biru.

Namun, bukan itu yang menarik perhatiannya. Melainkan kondisi wajah gadis itu yang mengingatkannya akan kondisi wajahnya dulu. Penuh sekali jerawat. Aneska meringis.

"Kak?" panggil gadis itu karena Aneska terdiam.

Aneska tersadar lalu meringis lagi. "Ah, eh, oh, eum, iya,  makasih."

Gadis itu mengangguk. "Sama-sama. Boleh aku kasih spoiler dikit? Novel itu bercerita tentang cewek yang nggak sengaja kena HIV gara-gara kesalahan medis. Gara-gara itu, dia jadi ditinggalin pacarnya, di-bully satu sekolah, dan akhirnya ketemu sama dokter ganteng tapi nyebelin yang mau nebus kesalahan ayahnya yang menyebabkan cewek itu kena HIV," paparnya.

Aneska manggut-manggut. Menarik, sepertinya cerita ini betulan bagus. Baiklah, ia akan membeli novel ini.

"Makasih banyak, ya. Aku bakal beli novel ini." Aneska menyunggingkan senyum ramah.

Gadis itu mengangguk. "Sama-sama. Kalo gitu aku duluan ya, Kak," pamitnya lalu beranjak. Namun baru sebentar melangkah, gadis itu berhenti dan berbalik. "Btw, Kakak cantik banget hehe. Semoga kita bisa ketemu lagi," pujinya tulus lalu benar-benar pergi dari situ.

Aneska kembali meringis. Andai gadis itu tahu kalau dirinya memakai skincare abal.

****

Unexpected Ending Where stories live. Discover now