20

41 11 19
                                    

Okay, just random question before you start reading.

1. Pernah ngerasa kehilangan seseorang hanya karena dia nggak ngasih kabar?

2. Kalo pas istirahat sekolah/kuliah/kerja, kalian seringnya jajan apa?

3. Setuju nggak kalo mulut cowok itu emang manis banget? Dalam artian hobi banget bikin cewek baper.

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

"Beuhh nggak kira-kira Pak Hendri ngasih soal. Dikira otak kita sebelas duabelas sama Albert Einstein apa."

Gerutuan Rula menjadi awal perbincangan mereka berempat setelah sampai di kantin. Aneska, Rula, Findi, dan Divka yang tiba-tiba minta ikut. Ketiganya baru saja menyelesaikan ulangan dadakan Matematika yang tentunya langsung membuat otak keriput.

Dengan cepat Divka menimpali gerutuan Rula. "Bener tuh. Sumpah ya tadi pas ngerjain soal nya tuh kepala gue rasanya kayak berasap banget."

"Berasap? Lo kira kompor?" sahut Aneska seraya geleng-geleng.

"Yee lo sih enak, Nes, pinter. Jadi nggak perlu berpusing-pusing ria. Apalah daya kita bertiga yang bego." Divka bersungut-sungut, wajahnya tampak sekali masih kesal karena ulangan dadakan yang diadakan yang baru saja mereka laksanakan.

"Kita? Lo aja kali, gue sih nggak ya. Gue, kan, nggak sebego lo," celetuk Findi menolak satu kubu dengan Divka.

Divka mendengkus kesal. "Wah, sialan lo."

Padahal tidak ada yang lucu, tapi entah kenapa Rula, Findi, dan Aneska tergelak. Mungkin karena ketiganya sama-sama punya selera humor yang rendah.

"Udah udah, mendingan sekarang kita pesen makanan. Biar nggak pada stress lagi karena ulangan dadakan barusan. Buru deh, mau pesen apa lo bertiga? Biar gue pesenin," tawar Rula dengan baik hati.

"Gue mi ayam, siomay, gorengan empat, pempek, sama es teh," pesan Divka kalap.

Rula cengo mendengarnya. "Busettt, lo laper apa maruk?"

"Dua-duanya," tanggap Divka tak acuh.

"Gila, itu di perut lo cacing apa naga?" Aneska ikut berkomentar atas pesanan Divka yang terlalu banyak dimakan satu orang.

"Nggak tau. Piton kali ah." Kembali Divka menanggapi dengan tak acuh.

"Nggak sekalian anaconda?" cibir Findi.

Divka terdiam sebentar. "Nah, bener juga lo. Kayaknya yang di perut gue anaconda deh," ucapnya menyetujui.

"Kayaknya Divka lagi sarap, udah nggak usah diladenin." Aneska menghentikan obrolan unfaedah itu. "Oh iya, kalo gue mau pesen soto sama es teh aja," imbuhnya pada Rula.

Rula mengangguk. "Lo, Fin?"

"Samain kayak Aneska aja," balas Findi membuat Rula kembali mengangguk. Lantas cewek itu berlalu memesankan makanan untuk teman-temannya.

"Eh gue juga ke toilet dulu deh," pamit Findi yang ikut berlalu. Aneska sudah menawarkan diri untuk mengantar, tapi Findi menolak. Jadilah gadis itu pergi seorang diri dan tinggalah Aneska dan Divka yang tetap disitu.

"Lo nggak ke Arza lagi?" tanya Divka yang dibalas gelengan oleh Aneska.

"Kenapa? Masih bad mood?"

Unexpected Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang