Ekstra Part 1

28 3 0
                                    

"Selamat siang, Kak. Mau pesan apa?"

"Saya Mochachino sama french fries satu, Mbak." Divka menatap Aneska setelah menyebutkan pesanannya. "Lo mau pesen apa, Nes?"

"Eum...." Aneska bergumam panjang sambil melihat-lihat beberapa makanan dan minuman dingin yang tersedia di buku menu saat Divka bertanya. "Saya milkshake strawberry sama cheese cake," putusnya kemudian.

"Baik, saya ulangi. Mochachino satu strawberry milkshake satu, french fries dan cheese cake. Ada tambahan?"

Aneska dan Divka kompak menggeleng. "Nggak ada, Mbak. Itu aja." Divka menjawab sementara Aneska menutup buku menu dan merapikan tatanan benda tersebut seperti semula

"Baik. Mohon tunggu sebentar."

Sepeninggal waiters tersebut, baik Aneska maupun Divka tak ada yang bersuara. Mereka berdua asik memainkan ponsel masing-masing.

Tak lama, waiters datang membawa pesanan mereka. Setelah mengucapkan terimakasih, waiters itu kembali berlalu. Aneska dan Divka menyudahi aktivitas bermain ponsel dan bersiap menyantap makanan mereka.

"Oh iya, ngomong-ngomong, gimana hari pertama sekolah lo?" tanya Divka membuka topik pembicaraan setelah menelan beberapa potong kentang gorengnya.

Aneska menggedikkan bahunya. "Not bad, lah," balasnya singkat karena mulutnya masih penuh dengan cheese cake.

Hari ini memang menjadi hari pertama bagi Aneska bersekolah di SMA Florencia setelah seminggu kemarin mengurus berkas-berkas kepindahan dan tetek bengeknya.

Dan sepulang sekolah tadi, Divka yang pulang lebih dulu memang sengaja menjemput Aneska—karena gadis itu tak membawa motor—dan mengajaknya untuk mampir dulu di kafe dekat SMA Florencia sebelum pulang ke rumah.

Saat Aneska bertanya untuk apa mampir ke kafe, Divka menjawab, "Anggep aja ini traktiran dari gue karena lo udah mulai masuk ke sekolah lo yang baru." Dan tentu saja, Aneska tak punya alasan untuk menolak.

Yaiyalah, siapa juga yang mau menolak gratisan?

Dan karena itu disinilah mereka berada sekarang.

"Lo udah dapet temen baru?"

Pertanyaan Divka tersebut Aneska jawab dengan anggukan. "Temen sebangku gue, cewek, karena kebetulan dia duduk sendiri. Anaknya receh, seru," ujarnya senang mengingat bagaimana sifat teman barunya tadi di Florencia.

Mendengarnya, Divka menghela napas lega karena itu artinya Aneska bahagia di sekolah barunya.

"Lebih asik duduk sama dia apa gue?" tanyanya iseng.

"Lo tau nggak, apa penyesalan terbesar di hidup gue?" Tak membalas, Aneska justru bertanya balik dan membuat Divka menggeleng polos karena memang tidak tahu.

"Yaitu punya temen sebangku kayak lo. Jadi jelas, jauh lebih asik duduk sama temen sebangku gue yang baru daripada sama lo."

Setelah mengatakannya, Aneska menyunggingkan senyum manis lalu meminum minumannya dengan santai.

Divka sendiri hanya bisa menatap Aneska tak percaya. Detik berikutnya ia mendengkus keras-keras lalu berseru, "Nyesel gue nanya!"

Aneska sendiri tergelak-gelak. Senang sekali rasanya bisa membuat Divka kesal karena biasanya ia yang dibuat kesal oleh cowok itu.

"Nggak ada yang ngata-ngatain lo, kan?" Melupakan kejengkelannya, Divka menatap gadis di depannya dengan sedikit khawatir.

"Yaaa, gitu, deh." Ada jeda sekitar tiga detik yang Aneska ambil sebelum memberikan jawaban demikian.

Unexpected Ending Where stories live. Discover now