28

38 8 0
                                    

Sebelum lanjut baca, aku mau bilang sebentar. Aku nggak tau ini feel nya bakal dapet atau nggak. Tapi jujur, nulis ini bikin emosi aku capek karena bener-bener ikut ngerasain apa yang mereka rasain. Selain itu, aku juga bolak-balik pratinjau untuk sekedar ngecek apakah sesuai atau nggak kata-katanya.

Dan harapan ku, semoga kalian juga ikut terlarut beberapa emosi yang ada di dalamnya. Kalo gagal sebab hambar, nggak papa. Berarti aku emang harus lebih banyak belajar untuk ke depannya :D

****

Aneska berjalan dengan cepat, bermaksud menemui pelaku penyebaran video sialan tersebut setelah terjadi adegan tragis antara dirinya dengan Findi dan Rula tadi. Yang sekarang ia tidak tahu di mana keberadaan kedua temannya saat ini.

Meski yang menyebarkan nomor tidak dikenal, tapi benaknya membisikkan satu nama. Dan ia yakin, bahwa orang tersebut lah pelakunya.

Sepertinya, semesta mendukungnya untuk terus dipermalukan karena mendadak di kelasnya terjadi jam kosong.

Seperti saat berangkat tadi, orang-orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dan mengatainya terang-terangan. Dan Aneska tidak bodoh untuk langsung tahu bahwa video sialan itu tak hanya menyebar di grup kelasnya saja, melainkan ke satu sekolah.

Aneska tak akan menyangka ini akan terjadi. Dimana dirinya akan di-bully satu sekolah. Tapi ia tak terlalu memikirkan itu, karena fokusnya sekarang adalah mencari orang itu.

Si pelaku penyebaran video.

"Divka!" Ia berseru lantang, saat melihat cowok itu baru saja keluar dari ruang BK. Sepertinya cowok itu terlambat dan harus mengurus surat pernyataan mengapa bisa terlambat.

Karena suaranya yang lantang membuat orang-orang yang kebetulan lewat menoleh dengan penasaran. Tapi sekali lagi, Aneska tidak peduli.

"Ya ampun, lo kenapa teriak-teriak begitu, sih? Dipikir gue budeg apa? Manggil mah manggil aja, nggak usah pake teriak." Divka menggerutu kesal dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Hal itu membuat Aneska naik pitam, sudah berbuat keji, tapi cowok itu masih bisa-bisanya bersikap santai?! Keterlaluan!

Tak ingin membuat keributan di koridor, maka dengan cepat Aneska menarik lengan Divka dan menyeretnya. Divka sendiri meronta-ronta.

"Heh, apaan sih lo? Ini gue manusia, bukan kambing! Kenapa lo tarik-tarik begini?" protes Divka sambil terus berusaha melepas cekalan Aneska yang teramat kuat.

Tapi Aneska tidak menyahut dan terus menyeret cowok itu dengan tatapan lurus ke depan. Hingga kemudian mereka tiba di sebuah taman belakang yang menjadi saksi atas ribut hebat antara dirinya dan Divka hingga akhirnya mereka baikan.

Tapi persetan dengan baikan itu karena sekarang Aneska merasa terkhianati. Dengan kencang ia menghempaskan lengan Divka yang langsung meringis kesakitan.

"Aww, gila lo, Nes! Lo kenapa, sih? Kesurupan?" tanyanya sebal sambil mengusapi lengannya yang memerah.

Aneska yang melihatnya seketika berdecih. Sikap dan tingkah Divka yang sok polos ini sangat membuatnya muak.

"Lo masih berani tanya kenapa daritadi, Div? Wah, akting lo hebat banget, ya."

Sementara Divka mengerenyit bingung. Ia memang tidak tahu apa-apa mengapa Aneska mendadak besikap begini.

"Aneksa, sumpah gue nggak tau apa-apa. Gue bangun kesiangan, dan gue dateng telat. Terus tiba-tiba lo bersikap kayak gini, gue salah apa?"

Tak tahan dengan semua sandiwara yang Divka lalukan, tangan Aneska melayang ke pipi cowok itu dan menamparnya keras.

Unexpected Ending حيث تعيش القصص. اكتشف الآن