12

56 13 24
                                    

Okay, just 3 random question before you start reading.

1. Pernah sengaja ngasih sesuatu spesial ke orang spesial nggak?

2. Kasih tau dong penulis favorit kalian siapa. Boleh lebih dari satu.

3. Pas lagi baca ini, perasaan kalian lagi gimana?

Only that, bisa di skip kalo kalian males atau nggak mau jawab.

Yeah, here we go.

****

"Divka brengsek!" umpat Aneska dengan napas terengah. "Apa coba maksudnya tadi? Dia ngancem gue gitu? Mentang-mentang dia tau gue pake skincare abal?" lanjutnya masih dengan nada penuh amarah.

Waktu istirahat telah tiba. Setelah dua puluh menit lamanya ia merasa seperti di dalam rasa neraka dengan Divka yang menjadi setannya.

Selepas mengancamnya dengan kurang ajar seperti tadi, Aneska hanya melengos lalu berjalan cepat. Sama sekali tak menghiraukan cowok itu. Pun saat mereka akhirnya duduk berdampingan.

Aneska diam dan tetap fokus ke depan di mana ada guru yang menerangkan pelajaran. Sama sekali tak menoleh pada Divka karena ia menganggap cowok itu adalah makhluk tak kasat mata.

Dan kini, ia sedang berada di toilet. Menumpahkan segala kekesalan yang sudah ia tahan-tahan sejak tadi. Untung saja keadaan toilet sedang sepi, jadi tak akan ada yang mendengar amukannya.

Menenangkan diri sejenak, Aneska jadi teringat ia punya misi saat istirahat kali ini. Maka dari itu dia harus bergegas.

Keluar dari toilet, Aneska bertekad untuk tidak menanggapi segala ancaman Divka. Persetan dengan semua itu. Dirinya yakin seratus persen bahwa itu hanya ancaman saja.

Dan menurutnya, daripada lelah menghadapi Divka terus-terusan, lebih baik ia fokus ke misinya. Yaitu membuat Arza jatuh cinta. Sejatuh-jatuhnya.

****

Sekarang, Aneska telah berdiri di depan kelas sambil menentang sekotak kue coklat yang ia buat untuk Arza tadi malam. Gadis itu sengaja melakukan ini sebagai ganti bekal yang selalu ia bawa.

Meskipun terkadang Aneska pesimis kalau Arza tidak memakannya, setidaknya cowok itu tahu kalau ada seseorang yang memeperhatikannya.

Dan berhubung sudah ada komunikasi antara dirinya dengan Arza, maka mulai sekarang Aneska akan bersikap secara terang-terangan.

Bunyi bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat lalu. Keadaan kelas XI IPA 1 sudah cukup sepi. Di dalam sana masih ada satu cowok. Jika waktu itu dia menggerutu karena cowok itu tak kunjung keluar, maka beda dengan hari ini yang memang sengaja menunggunya.

Bibir Aneska merekah kala Rezky keluar. Cowok itu sendirian, mungkin Prima dan Arza sudah berada di lapangan Dengan cepat ia menghadangnya. "Eh, tunggu!"

Rezky mengerenyit. "Lo yang waktu itu berdiri lewat sini sambil nenteng kotak bekal bukan?"

"Nah iya." Cepat-cepat Aneska mengangguk.

"Kenapa nyegat gue?"

"Eum ini." Aneska mengulurkan kue coklat buatannya. "Tolong kasih ke Arza."

Tak langsung menerima, Rezky menatap Aneska dengan menyelidik. "Lo siapanya Arza?"

"Ah, bukan siapa-siapa. Gue temennya kok," balas Aneska cepat dan meyakinkan. Sementara Rezky masih menatapnya curiga.

Unexpected Ending Where stories live. Discover now