Chapter 39. Sekali Menyelam

6.9K 1.5K 307
                                    

Selamat malam....kembali lagi bersama Zoya si gadis shalehah. Emot buat Zoya dong???

Sebelum lanjut kuy beri vote dan koment sebanyak-banyaknya!!!

Instagram : @unianhar

@niniu_nni

***

Bolpoin hitam diletak di atas permukaan kertas HVS yang penuh dengan coretan. Lalu kertas itu terdorong ke samping menyita perhatian cowok yang berkutat dengan kertas yang berbeda. Dengan alis terangkat pandangan cowok itu menyapu tiap angka yang terterah, lalu melirik gadis yang kini bertopang dagu, wajahnya tertekuk dengan pandangan malas ke depan.

"Ini udah semua?" tanyanya.

"Lo nggak liat?" balas cewek itu dengan desahan kasar.

"Gue nanya baik-baik." Rio mendelik lantas melanjutkan aktivitasnya mengabaikan helaan napas kasar gadis di sampingnya.

Tidak bisa lagi memandangi tembok putih di depan, akhirnya gadis itu memalingkan pandangannya ke samping---ke arah Rio, kedua tangannya dilipat di atas meja lalu merebahkan kepalanya di sana. Dilihat dari dekat Rio seperti Orion. Wajah cowok itu kerap kali berubah tanpa sadar, seperti alis bertautan atau kening mengkerut karena berpikir.

Orion? Wajah Zoya berubah masam. Sekarang pacarnya itu bersama Felli. Pikiran Zoya melanglang buana memikirkan apa yang sedang Orion lakukan. Semoga saja Felli cepat sadar dan mengatakan kebenarannya agar Orion berhenti menemuinya. Tapi kalau misal Felli belum bangun-bangun bagaimana? Kalau sampai setahun atau dua tahun belum sadar juga itu berarti Orion akan tetap ke sana.

Bugh!

"Innalillah!" Rio mengeram dengan gigi bergemelatuk. Wajahnya memerah padam merasakan asap keluar dari telinga dan hidungnya.

"Hei." Rio menoleh dengan pandangan tak suka. Bukannya melihat gadis itu dengan ekspresi bersalah malah melihat gadis itu bermonolog, mengabaikan dirinya yang jadi korban tabokannya.

"Kak Ori udah janji ini yang terakhir." Zoya mengangguk meyakinkan dirinya. Tawa gelinya terdengar di ruangan itu.

"Nggak mungkin Kak Ori ngingkarin janjinya. Zoya harus percaya," katanya menepis pikiran negatifnya. Sebagai gadis shalehah tentunya Zoya harus berpikir positif, ini demi kebaikan hatinya.

"Kayaknya dia belum sembuh....gue rasa jin gedung tua bermigrasi ke dalam tubuhnya," decak Rio hendak mengabaikan Zoya.

Namun, tanpa Rio duga Zoya meremas lengannya dan sedikit mendekatkan wajah membuat Rio reflek mundur. "Kenapa tiba-tiba mendekat kayak gini?! Bikin kaget aja," protesnya frustasi.

Bukannya menanggapi, Zoya malah menanyakan hal lain. "Menurut lo cantikan gue apa Felli?" tanyanya dengan ekspresi tak sabar. Orang bilang dirinya cantik, dan Rio juga pasti mengatakan demikian.

"Lo ngomong apa, sih?" Rio menyentak tangan Zoya dari lengannya lalu mundur memberi jarak bagi keduanya. Zoya yang tidak peka atau Rio yang terlalu berlebihan menganggap posisi mereka terlalu dekat.

"Gue cantik nggak?" tanya Zoya serius.

"Biasa aja."

Bugh!

"Nabok sekali lagi gue panggil Isco buat godain lo!" ancam Rio kembali menjauhkan dirinya dari jangkauan Zoya.

"Abis lo ngeselin jawabnya kayak gitu!"

"Ngeselin dari mananya?! Lo nanya ya gue jawab."

Zoya mencebik dengan wajah dongkol setengah mati. Bisa-bisanya ada orang yang mengatakan dirinya biasa saja. Padahal di luar sana banyak yang memujinya karena cantik, bahkan Orion saja mengakui kecantikannya. Ck, manusia sejenis Rio benar-benar menyulut kekesalannya.

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now