Chapter 48. Tiga Langkah Sebelum Berakhir

9.7K 1.4K 310
                                    

Selamat sore, apa kabar semuanya?

Setelah lebaran ini pertama kalinya aku update jadi aku mau ngucapin minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir batin 🙏

Nah, kaya aku bilang kemarin kalau sebentar lagi cerita ini selesai, jadi tetap dukung ZORION dan nantikan part terakhirnya. Sebelum lanjut membaca pastikan kalian vote dan komentar sebanyak-banyaknya 😉 makasih...

********

Senyuman tertahan terlihat di kedua sudut bibir Orion, kedua tangan mengendalikan stir mobil, mata tajamnya tidak sepenuhnya fokus dengan jalan raya yang ditempuhnya, perhatiannya teralihkan oleh gadis yang mengoceh di sampingnya.

Dengan bersungut-sungut serta suara yang menyiratkan dendam kesumat, gadis itu duduk menerawang kejadian kemarin. Harga dirinya jatuh dan belum sempat  dipungutnya, itu semua gara-gara papa-nya.

"Seumur-umur baru kali ini ada yang berani ngejambak Zoya," gumamnya dengan kilatan emosi.

"Mungkin Oma Lidya khilaf, jangan dipikirin lagi, yang penting kamu nggak terluka," kata Orion melirik kaca spion sebelum menyalakan lampu sein untuk putar arah menuju Atlanta.

Zoya memikirkan ucapan Orion. Benar, omanya juga kemarin sudah meminta maaf, katanya dia tidak bermaksud. Dari pada mengomel atau menaruh dendam, sebaiknya Zoya melupakan kejadian itu. Biar bagaimana pun tidak ada untungnya untuk mengingatnya.

"Benar. Harusnya Zoya mikirin yang lain." Zoya mangguk-mangguk setuju. Orion tersenyum mengelus kepala Zoya.

Interaksi keduanya kini baik-baik saja seperti mereka masih sebagai pasangan. Zoya terus mengoceh, membicarakan banyak hal, seperti langit tampak cerah padahal mendung, atau udara Jakarta bersih padahal polusi di mana-mana. Sebagai pendengar yang baik, Orion cuma bisa diam, mengangguk, dan menanggapi jika gadis itu meminta.

"Hari ini aku agak sibuk, jadi nggak bisa ikut makan siang bareng kamu. Nggak apa-apa, kan?" Selain mengurus persiapan turnamen basket, Orion juga disibukkan dengan pentas seni beberapa hari lagi.

Sesaat Zoya diam menimbang-nimbang, lalu beberapa detik setelahnya mengangguk. Kalau Orion tidak makan bersamanya, kan ada kakak tirinya. Jason sudah pasti tidak bisa, cowok itu sangat sibuk dengan tim-nya.

Mobil hitam dikendarai Orion memasuki area parkir Atlanta, mencari lahan kosong yang sudah dipadati kendaraan lain. Kaki Orion menekan rem, lalu kembali menekan pedal gas seraya memutar stir kemudinya dengan sebelah tangan, sebelahnya lagi terlampir di sandaran kursi Zoya yang menatap Orion terkesima. Orion yang fokus melihat kaca depan tak menyadari tatapan gadis itu. Setelah mobilnya terparkir lurus, dengan gesit ia membuka seatbelt-nya lalu membantu melepaskan seatbelt Zoya.

"Ayo, keluar." Orion keluar mobil, berputar ke pintu samping hendak membuka pintu untuk Zoya tapi gadis itu menahannya dari dalam.

Kembali Orion menarik gagang pintu. Kaca jendela mobil turun, gadis yang ada di dalam sana meletakkan kedua tangan di antara dagunya yang terletak di atas kaca jendela mobil.

"Kak, coba ulangi lagi parkir mobilnya pakai satu tangan!" serunya menaikkan satu jari.

Melihat Orion parkir mobil seperti itu membuatnya takjub, ternyata cowok kalau parkir dengan satu tangan damage-nya nggak main-main.

Kendati Zoya memelas seperti anak kucing minta makanan, Orion malah bingung dengan permintaan yang tidak-tidak gadis itu. Ia sangat mengenalnya, permintaan yang tidak masuk bukan lagi hal tabu baginya, tapi kali ini? Masa minta parkir ulang?

"Sekali lagi," rengeknya lagi masih menaikkan jari telunjuknya. "Zoya baru liat Kak Ori parkir pakai satu tangan, itu keren banget, pengen liat lagi, sekali aja, huh?" pintanya mendongak menatap Orion yang tak tahu harus bereaksi seperti apa.

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now