Chapter 34. Bukan Salahmu

7.7K 1.4K 165
                                    

Ketemu lagi bersama Zoya si gadis shalehah dan tentunya dengan cerita absurdnya. Emot buat Zoya mana?

Info : Untuk pembelian buku ZOYA dan SISTER COMPLEX kalian bisa langsung ke Shopee ulfhashopbooks, keduanya ready dan stok terbatas. Dan untuk buku INCREDIBLE BROTHERS masih bisa dipesan diberbagai toko buku online, dapatkan buku Keluarga Thomas !!!

***

Kehebohan terjadi di Atlanta ketika Ketua OSIS berlari di tengah lapangan sambil menggendong seorang gadis yang tak sadarkan diri. Sepanjang jalan sampai memasuki UKS, semua pasang mata tertuju padanya, bahkan depan UKS dipenuhi oleh mereka yang ingin tahu siapa dan apa yang terjadi setelah melihat darah menetes di lantai.

"Tolong panggil Ambulans!" titah Orion panik lalu menjauh agar petugas memberikan pertolongan pertama pada Felli.

Setelah memastikan Felli mendapatkan pertolongan, Orion bergegas meninggalkan tempat itu secepat kilat hingga menubruk siswa lain yang berkerumunan di pintu. Seragam putihnya berlumuran darah tidak ia hiraukan, larinya semakin ia pacu kala bayangan kekasihnya terlintas di kepalanya.

Decitan sepatu berpadu dengan ubin terdengar memekik kala Orion spontan berhenti. Ia menoleh ke arah pintu yang dilewatinya lalu berbalik arah memasuki pintu itu. Kaki panjangnya melangkahi empat anak tangga sekaligus. Keringat bercucuran disertai napas ngos-ngosan tidak membuatnya berhenti hanya untuk mengambil napas sejenak.

Dilantai tiga, tepatnya di tangga di mana kejadian yang baru saja terjadi, Orion berhenti sesaat sebelum mendongak ke atas. Ia menghela napas beberapa kali sebelum kembali melangkah menelusuri satu persatu anak tangga sampai berhenti di anak tangga ketiga dari atas----di depan kekasihnya yang duduk meringkuk seraya menunduk.

Orion masih berdiri, menunduk menunggu reaksi dari gadis itu tapi tampaknya gadis itu tidak menyadari kehadirannya. Orion mundur beberapa tangga, membungkuk lalu mencondongkan wajahnya pada gadis yang meringkuk ketakutan, tubuhnya terlihat gemetar, bibirnya bergumam dengan pandangan kosong. Orion sontak kalap merengkuh kedua bahu gadis itu.

Orion mengguncang bahunya. Tidak ada respon.

"Zoya....ini aku. Liat, di depan kamu!" katanya panik.

Masih tidak ada respon. Ditangkupnya wajah pucat gadis itu. Bibir membiru, keringat dingin membanjiri wajahnya, tatapan masih kosong, napas tidak teratur bahkan kulit pucatnya terasa dingin ditelapak tangan Orion. Gadis itu masih dalam mode syoknya setelah menjadi saksi nyata kejadian beberapa saat yang lalu.

"Zo---Zoya ini aku, sadarlah!" pintanya dengan suara sedikit lantang.

Bukannya tersadar, Zoya malah menggigit bibir seraya memegang dadanya yang tiba-tiba sesak.

"ZOYA SADAR! INI AKU ORION!" bentak Orion meremas kedua bahu gadis itu sedikit kasar.

Entah karena suara bentakan Orion yang menggema di penjuru gedung atau karena rasa sakit dikedua bahunya membuat Zoya bergeming, mengerjap-erjap seakan baru saja kembali dari dunia yang berbeda. Mata bulatnya memandang Orion beberapa lama seraya mengumpulkan nyawanya yang sempat meninggalkan raganya.

Orion tersenyum di dalam kekalutan dan ketakutannya melihat Zoya menghela napas berkali-kali tanpa memutuskan pandangannya pada Orion.

"Kak Ori."

Orion mengangguk gamang, matanya berkaca-kaca mendengar Zoya memanggil namanya dengan suara lirih. Rasanya ada sesuatu yang menyayat hati Orion.

"Iya, ini aku, Sayang. Aku di sini," bisik Orion hendak meraih tangan Zoya yang masih bergetar.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang