Chapter 24. Penjelasan dan Kekesalan

8.8K 1.7K 426
                                    

Emot buat Zoya?

Sebelum lanjut membaca kuy beri vote dan komentarnya....

***

Instagram : unianhar

Suara mesin hair dryer menghilang setelah Moza mematikannya, meletakkannya di meja rias lalu menyentuh rambut sebahu putrinya yang sejak tadi duduk di depannya, termenung dengan pikiran melanglang buana entah ke mana, pasrah rambut basahnya dikeringkan oleh sang mama.

Moza menatap lekat pantulan putrinya di cermin lalu berkata, "Anak Mama bisa cerita." Pulang sekolah sampai gadis itu selesai membersihkan diri, ia tidak banyak bicara. Seandainya Moza tidak menyusulnya ke kamar gadis itu langsung berbaring tanpa mengeringkan rambutnya.

Zoya mengangkat tatapannya, melihat mamanya dari kaca lalu menggeleng, "Orang tua nggak boleh tahu urusan anak muda."

"Orang tua?" Moza hendak mengarahkan cubitan di pinggang Zoya kalau saja putrinya tidak gesit berlari ke arah Reihan yang memangku Aqsa di atas ranjang milik Zoya.

"Papa Tiri, Mama mau cubit Zoy!" tunjuknya duduk memeluk lengan Reihan.

"Za," tegur Reihan terkekeh.

"Zoya ngatain mamanya orang tua," lontar Moza pura-pura kesal.

"Benar, Nak?" Reihan beralih menatap Zoya. Zoya mengangguk membenarkan, "Emang anak Papa yang salah, gini-gini Mama sama Papa masih tujuh belas tahun loh," kata Reihan.

"Berarti Zoy ini masih setahun dan serangga ini harusnya belum muncul dipermukaan bumi." Zoya melirik sinis Aqsa yang duduk anteng di pangkuan Reihan, membalas tatapan Zoya dengan wajah polos bercampur bingung, apa salahnya kali ini?

Tidak punya mood menanggapi candaan kedua orangtuanya, Zoya meminta mereka keluar dari kamarnya dan meninggalkan serangga itu bersamanya. Zoya bungkam mengenai alasan pulang telat, kenapa Orion meninggalkannya dan Arsyad keluar rumah dengan alasan ingin menjemput Zoya. Bahkan sampai sekarang kakaknya itu belum kembali.

Setelah kepergian kedua orangtuanya, Zoya menatap Aqsa yang hendak merangkak melambaikan tangan pada papa dan mama, meminta untuk tidak meninggalkannya bersama Nenek Lampir. Zoya menatap lurus dengan bibir mengerucut sebal. Aqsa ingin meninggalkannya juga. Tidak Orion, tidak Aqsa, mereka sama saja. Sama-sama mengecewakannya.

"Hei, Serangga!" panggilnya datar.

Merasa namanya benar-benar serangga, Aqsa berbalik menatap Zoya polos, mengerjap-erjap sebelum tersenyum lebar. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan agar terhindar dari amukan Nenek Lampir.

"Jangan senyum!" tegur Zoya jengkel.

Aqsa semakin tersenyum dengan menyalah artikan teguran Zoya. Melihat itu hati Zoya tersentil, disaat hatinya dilanda kekecewaan serangga menyebalkan di depannya malah tersenyum mengejeknya.

"Gue bilang jangan senyum!" tegurnya semakin lantang. Aqsa malah tertawa cekikikan.

"Hoh! Malah ketawa, diam sebelum gue masukin ke laci?!" Zoya mendesis.

Tawa Aqsa semakin kencang, Zoya tidak bisa menahan kekesalannya hingga menabok kening Aqsa sampai bayi itu terhuyung ke belakang. Bukannya menangis Aqsa semakin tertawa. Niat Zoya ingin membuatnya menangis harus ia urungkan karena gemas. Zoya menggelitiknya sampai tawanya bersama Aqsa mengisi kamar.

Pintu kamar terbuka mengintrupsikan Zoya untuk berhenti, menarik kedua tangan Aqsa membantunya bangun sambil menoleh. Zoya melepaskan kedua tangan Aqsa sebelum bayi itu benar-benar duduk, alhasil membuatnya kembali terhuyung ke belakang dengan kedua kaki terangkat ke atas. Zoya merentangkan tangan hendak menyambutnya tetapi Arsyad malah meraih tubuh Aqsa dan meletakkannya di lantai, di atas karpet berbulu, setelah itu melompat ke ranjang Zoya.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang