Chapter 43. Keputusan Terbaik

10.9K 1.6K 326
                                    

Zoya kembali setelah hampir sebulan nggak update👋 kangen? Kangen orangnya atau kangen dengan segala ketengilannya?

Sebelum lanjut membaca jangan lupa tekan tanda bintangnya di pojok kiri bawah dan pastikan untuk komentar. Karena dengan itu authornya semangat buat update lagi 😋

***

Zoya masih duduk tanpa tenaga di kursinya. Air matanya merembes keluar mencerna ucapan Orion. Cowok itu menerima permintaannya mengakhiri hubungan mereka dengan harapan kembali bersahabat. Sahabat? Bagaimana bisa mereka kembali seperti dulu disaat hubungan mereka pernah lebih dari itu.
Zoya tidak bisa bertingkah tidak pernah ada yang terjadi diantara mereka.

"Nggak." Suara dalam penuh penekanan itu menusuk indera pendengaran Zoya yang terpaku meratapi hubungan mereka.

"Aku nggak bisa. Bayanginnya aja aku nggak sanggup. Kita udah jauh, aku nggak mau kembali apalagi berpisah ditengah jalan, aku mau kita terusin apa yang kita mulai, jadi kumohon bantu aku. Seenggaknya jangan lepasin aku, biarin aku berjuang kali ini." Orion duduk meraih tangan Zoya, menggenggamnya lalu meraih sisi wajah sebelah kanan Zoya menoleh padanya.

Ibu jari Orion menyeka air mata Zoya. Meski Zoya kukuh ingin putus, Orion yakin jauh dilubuk hati gadis itu tidak ingin melakukannya, sama sepertinya. Mereka sama-sama saling mencintai. Berakhir memang sakit, tapi lebih sakit jika harus berakhir disaat mereka masih saling cinta.

"Beri aku kesempatan, ya?" pinta Orion. Orion menyadari kesalahannya. Dirinya bukanlah pacar yang baik, dirinya kadang mementingkan hal lain dibanding Zoya. Orion hanya abai lalu menganggap Zoya akan baik-baik saja.

Bibir Zoya gemetar menatap Orion. Ada rasa haru dan bahagia kala mengetahui Orion tidak ingin putus dengannya. Namun, Zoya sendiri bimbang. Beberapa hari terakhir berat untuknya, ia capek dan muak mengenai apa pun yang berhubungan dengan Orion, tetapi Zoya tidak bisa menampik jika ia tidak ingin kehilangan Orion.

Samar-sama Zoya mengangguk. Sebelum Orion tersenyum dibalik rasa leganya, Zoya tiba-tiba bersuara, "Zoya mau istirahat dulu. Zoya nggak mau pacaran."

Senyum Orion yang belum sempat terbit bersamaan dengan sinar matahari sontak menghilang, dengan perasaan gelisah dan takut ia bertanya akan maksud Zoya. "Kamu nggak benar-benar mau put---"

"Break aja, boleh?" tanya Zoya dengan tatapan penuh harap. Setidaknya break tidak seburuk dengan kata putus.

"Kalau aku bilang nggak boleh kamu tetap kukuh, kan?" sahut Orion lemas, "Apa boleh buat," desah Orion, setidaknya Zoya benar-benar memberinya kesempatan.

"Zoya."

"Ya?" Zoya membiarkan Orion mengelus wajahnya yang basah.

"Maafin aku. Aku minta maaf."

"Zoya....cemburu." Zoya mendorong tangan Orion menjauh, "Zoya cemburu Kak Ori nemuin Felli...meski Zoya sendiri yang minta Kak Ori ke sana tetap aja Zoya nggak bisa....Zoya juga nggak suka Bunda sama Ayah dekat sama keluarga Felli. Zoya takut mereka jodohin Kak Ori sama Felli dan...."

"Zoya."

"Zoya nggak suka." Entahlah, keegoisan macam apa yang ada pada diri Zoya sampai ia setakut ini. Kedekatan keluarga mereka membuat isi pikiran Zoya melanglang buana. Seperti di film, kalau keluarga mereka sangat dekat kemungkinan besar mereka akan menjodohkan anak-anak mereka.

"Kamu ngekhawatirin hal mustahil."
Tentang dirinya bersama Felli bukan kehendak Orion, setiap pertemuannya bersama gadis itu benar-benar diluar kuasanya. Satu kesalahan Orion menyangkut Felli ketika mengantarnya pulang dan meninggalkan Zoya sendiri.

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now