Chapter 29. Box Brownies

8.9K 1.5K 471
                                    

Emot buat Zoya?

Sebelum lanjut membaca beri vote dan komentarnya....

***

Instagram : unianhar

Mobil Ferrari kuning masih terparkir di depan toko, sang empunya berdiri di luar seraya bersandar membelakangi mobilnya. Ia mengedarkan pandangannya menyapu situasi di sana. Helaan napas lega keluar kala suasana terlihat aman, lalu ia mengetuk pintu mobilnya.

"Udah belum?" tanyanya masih dengan posisi yang sama.

Kaca pintu terbuka, kepala menyembul dari dalam menoleh padanya.

"Udah. Tapi gue mau ice cream," sahutnya membuka pintu, hendak keluar tapi kepalanya ditahan lalu terdorong masuk sebelum pintu ditutup kembali.

"Sebaiknya lo diam di situ kalau mau nebeng pulang!" peringatnya lalu mengitari mobil ke arah kemudi. Ia tidak punya banyak waktu berlama-lama di sana.

Zoya mencebik mengikuti pergerakan Rio sampai masuk ke dalam mobil. Padahal Zoya butuh ice cream menyegarkan gerah hati dan gerah body-nya. Andai saja Zoya tidak butuh Rio, tentunya ia sudah keluar dari mobil cowok itu. Tidak mungkin Zoya pulang jalan kaki dengan perut masih agak nyeri.

"Duduknya jangan banyak gerak nanti bendungan lo bocor di mobil gue," ujar Rio sebelum menyalakan mesin mobilnya.

Rio telah berbaik hati membelikan gadis itu pembalut dan meminjamkan mobilnya agar gadis itu bisa memasang pembalutnya.

Zoya mendelik. "Itu di luar kuasa gue."

"Seenggaknya lo bisa cegah."

Zoya menggeleng tersenyum kalem. "Nggak mau. Biarin aja mobil lo banjir."

Rio menatap Zoya tak santai. Zoya menjulurkan lidah seraya mengedikkan kedua bahunya. Tanpa aba-aba Rio mencondongkan tubuhnya membuat Zoya terbelalak menahan napas. Tatapan tajam Rio serasa menembus sarafnya sampai membeku. Wajah Zoya memerah kala wajahnya menyentuh bahu Rio ketika cowok itu membuka pintu mobilnya. Aroma parfumnya menusuk indera penciuman Zoya dan merangsang jantungnya untuk berdegub lebih kencang.

"Kalau gitu turun."

Pikiran Zoya yang sempat melayang kembali. Menatap Rio yang kini duduk di bagian kemudi mempersilakan Zoya keluar.

Bibir Zoya mengerucut. Wajahnya kembali tertekuk hendak menangis. Bisa-bisanya ada orang setega Rio di dunia ini. Perutnya masih agar nyeri, mana bisa ia berjalan sampai ke rumah. Tidak mungkin ia menelepon Arsyad atau papanya. Zoya tidak mau merepotkan mereka meski dirinya sering melakukannya. Setidaknya kali ini ada orang lain yang bisa Zoya repotkan.

"Kan, gue sakit." Zoya merajuk.

"Gue bodo amat."

"Nggak boleh setega itu sama or---"

"Mau gue tendang, nggak?"

"Kejam!" teriak Zoya. Hendak menangis namun tertahan kala Rio bersuara.

"Gue nggak suka cewek cengeng."

"Gue nggak cengeng!" elak Zoya. Kalau dia menangis Rio pasti benar-benar akan menendangnya keluar.

"Pastikan mobil gue bersih."

Zoya mengangguk. Itu berarti Zoya harus memastikan bendungannya tidak bocor di mobil Rio.

"Tutup pintunya."

Dengan gerakan cepat Zoya menutup pintu mobil menatap Rio polos. Kenapa ia menurut seperti kucing?

"Gue mau ice cr---"

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now