Chapter 30. Ceramah Ustadz Kondang

10K 1.5K 355
                                    

Emot buat Zoya?

Sebelum lanjut membaca beri vote dan komentarnya....

***

Instagram : unianhar

Selesai memungut dedaunan kering di belakang sekolah, Zoya memilih duduk di bawah pohon rindang berlindung dari sinar matahari terik. Angin sesekali berembus, rambut sebahunya melambai mengikuti arah angin, mata bulatnya terpejam menikmati waktu bersantainya setelah melaksanakan hukuman. Silvi duduk di sampingnya. Meluruskan kedua kakinya seraya menyeka peluh di keningnya. Pak Jay memberikan hukuman membersihkan halaman belakang gedung kelas dan akan kembali setelah jam istirahat tiba.

"Zoy, cowok lo dateng." Silvi melirik Orion berjalan ke arah mereka.

"Bilang aja gue nggak ada," sahut Zoya jutek. Bersamaan dengan datangnya Orion.

"Hukuman kalian sampai di sini. Lo bisa balik ke kelas." Orion melirik Silvi tanpa ekspresi.

Setiap Zoya menerima hukuman, cowok itu hanya akan memperhatikannya dari kejauhan. Bukannya tega, Orion ingin Zoya jera dan tidak berbuat seenaknya. Bahkan lebih parahnya Orion sendiri yang akan menghukumnya sambil menemani gadis itu mengobrol agar hukumannya tidak terasa. Namun, kali ini berbeda, Orion datang menyudahi hukuman Zoya dan Silvi sebelum Pak Jay datang. Orion ingin bicara serius dengan gadis itu.

Suara itu menginstrupsikan Zoya membuka mata. Zoya mendongak menatapnya. Silvi langsung berdiri meninggalkan keduanya dengan gembira. Jarang sekali Orion berbaik hati.

"Ayo ke kelas," ajak Orion mengulurkan tangan.

Sejenak Zoya memandangi tangan cowok itu. Tangannya yang terletak di atas permukaan rumput hendak bergerak menggapainya kala ingatannya semalam melintas di kepalanya. Zoya urung menggapainya, memalingkan pandangannya.

"Zoya, jangan kayak gini. Kita selesaikan baik-baik." Orion hendak meraih lengannya tetapi gadis itu menghindar. Orion tertegun menatap Zoya lekat.

Zoya memanyunkan bibir melirik Orion yang tak bergerak sama sekali. Lalu mendesah pelan. Zoya tidak tahu kenapa perasaannya sensitif sekali, padahal sebelum-sebelumnya kalau tamu bulanannya datang dirinya biasa saja.

Zoya terkesiap ketika Orion berjongkok di depannya, meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat tidak memberikan celah untuk lepas. "Biar aku jelasin sekali lagi. Aku sama dia nggak ada apa-apa. Kami cuma sebatas senior dan junior. Seperti yang kamu bilang kalau yang sahabatan cuma orangtua kami. Persahabatan mereka nggak berlanjut pada kami. Itu yang kamu omongin, kan?"

Orion memandangi Zoya yang setia memalingkan wajahnya. Gadis itu tak bergeming, matanya ia edarkan ke sekeliling, kali saja Pak Jay diam-diam mengintip mereka.

"Kamu tahu aku, kan, Zoya? Aku nggak mudah nerima orang lain buat dijadiin sahabat. Pertemuanku dengan dia nggak selama kamu, Arsyad atau pun Jason. Kamu nggak suka aku dekat-dekat sama dia, aku lakuin itu. Lagipula nggak ada alasan buat dekat sama dia." Kalau pun ada alasannya, Orion akan membentengi dirinya. Selain karena Zoya tidak menyukainya, Orion juga merasa tidak nyaman.

"Kejadian kemarin dan sebelumnya aku mengaku salah, aku salah sampai ninggalin kamu karena nganter dia, aku salah karena biarin cuty disentuh orang lain dan aku salah banget sampai biarin kamu ngerasa tersisihkan saat makan malam. Aku salah. Aku nggak akan bela diri atas kesalahanku." Terlepas dari kesalahannya, tak satupun yang Orion inginkan. Semuanya terjadi begitu saja.

"Apa yang buat kamu nggak nyaman sampai harus diamin aku kayak gini?" tuntut Orion. Wajah tampannya terlihat gundah dengan sorot resah menatap Zoya. Pagi ini dirinya sengaja menjemput Zoya namun gadis itu lebih dulu berangkat bersama Arsyad.

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now