Chapter 45. Harapan Untuk Kembali

9.9K 1.3K 203
                                    

Hai hai gadis shalehah kembali 😜😜😜 Kemarin yang ngerasa kena prank siapa? Acungkan tangan! Kemarin aku salah pencet, maunya pencet simpan tapi malah ke publis padahal partnya belum selesai jadi alhasil aku unpub lagi hehehe

Masih setia baca cerita Zoya dan kisah cintanya yang nggak jelas? Yuk! Langsung aja baca, pastikan kalian vote dan komentar sebanyak-banyaknya ya! Terima kasih 😗

Typo-nya tolong dikoreksi ya!🙄

****

Gerakan tangan Zoya terhenti kala hendak membuka seatbelt yang melintang di tubuhnya. Ia menoleh ke samping dengan alis mengkerut melihat Orion turun dari mobil lebih dulu. Cowok itu mau apa? Padahal Zoya sudah memintanya untuk tetap di dalam mobil tanpa harus membuka pintu seperti saat mereka masih pacaran.

Mata bulat Zoya mengikuti pergerakan Orion sampai pintu terbuka dari luar. Zoya menoleh, ingin membuka mulut untuk menegurnya, dia harusnya tidak perlu melakukan itu. Kalau Zoya khilaf meminta aksi break-nya dicancel lagi bagaimana? Dirinya sudah tidak punya malu untuk menatap Orion.

Malu? Untuk sesaat Zoya Adiara lupa jika dirinya sudah tidak mengenal malu jika bersama cowok itu. Segala tetek bengeknya sudah ditunjukkan pada Orion.

Sebelum pacaran mereka sudah jauh saling mengenal. Zoya yang masih burik sebelum mengenal skincare, cengeng kalau maunya tidak dituruti, usilnya sampai mengganggu penghuni apartemen--tempat tinggal mereka dulu sebelum pindah---bahkan bekas ingusnya yang habis diseka asal masih menempel di wajahnya juga sering Orion lihat dari gadis itu.

"Nggak mau keluar?" tanya Orion melihat Zoya tidak bergerak sama sekali.

"Ini mau kelu----eh!" Zoya hendak keluar, tetapi tubuhnya tertahan oleh benda panjang melintang dibagian depannya. Refleknya melihat seatbelt-nya masih terpasang, ia lupa membukanya.

Diraihnya kuncian seatbelt-nya itu, menekannya lalu menariknya dengan bibir komat-kamit. Harusnya Orion membantunya bukan malah diam saja melihatnya kesusahan.

"Meski nggak pacaran harusnya Kak Ori tetap bantu bukain seatbelt Zoya dong....jangan cuma diam aja," omelnya turun dari mobil, Orion menggeser tubuhnya ke samping, memberi Zoya jalan seraya meletakkan sebelah tangannya di  atas kepala gadis itu.

"Kenapa harus bukain? Kamu kan bukan pacar aku lagi?" balas Orion telak. Dengan wajah tenang dan santai kembali menutupi pintu mobilnya. Zoya menatapnya tak santai.

"Zoya kan....sa--sahabat Kak Ori." Zoya agak sulit mengatakan demikian.

"Sahabat bukan alasan lakuin itu. Kalau dijadiin alasan berarti aku juga bisa bukain pintu buat Arsyad dan Jason."

"Bukan gitu!"

"Lalu?"

"Zoya kan cewek."

"Tapi kamu bukan pacar aku."

Skakmat. Zoya tersentak menyadarinya. Lagi-lagi Zoya merutuki dirinya. Break adalah jalan buntu baginya. Mestinya dengan adanya break, Orion akan menyesali perbuatannya tapi faktanya dirinya lah yang menyesal.

Tanpa sadar Zoya mengerang frustasi, mencak-mencak meremas tas pinknya yang sedang ia jinjing. Zoya ingin marah, memaki dan berteriak sekencang-kencangnya. Sebentar lagi Zoya akan berubah gila. Tidak adil! Sebelum Zoya yang gila maka Orion harus gila lebih dulu. Zoya tersenyum licik, membayangkan Orion gila karena dirinya tanpa sadar membuatnya terkekeh.

Orion yang merapikan anak rambut gadis itu menghentikan gerakan tangannya, senyum gelinya tertahan melihat sikap Zoya yang tiba-tiba berubah dalam hitungan detik. Sebenarnya apa yang dipikirkan iblis menggemaskan di depannya?

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang