Part 7

6.3K 431 4
                                    

Zee dan Dimmy berjalan berdampingan menuju asrama sambil membicarakan sesuatu.

"Jadi, lo anak tunggal?" tanya Dimmy kepada Zee. Yang ditanya hanya mengangguk. "Enak, nggak bakal ada yang gangguin di rumah!" komentar Dimmy. Zee menyeringai.

"Nggak enak lah! Gue selalu sendirian di rumah kalo temen-temen pada nggak maen. Gue gak suka suasana yang sepi," balas Zee.

"Kenapa nggak minta adek aja sama orangtua lo?" ujar Dimmy, sambil menatap Zee yang berjalan di sampingnya. Angin malam berhembus pelan. Mereka kembali pulang kemalaman.

Zee sedikit tertawa mendengar perkataan Dimmy. "Hahaha ... ngapain juga? Orangtua gue udah terlalu tua buat punya anak lagi ... lagian kan nanti jarak umur antara gue sama adek gue bakal jauh banget, 15 taun!" ucap Zee. Dimmy hanya ber-oh ria, membenarkan ucapan Zee. "Lo sendiri? Enak gak punya kakak perempuan plus laki-laki?"

Dimmy langsung menggeleng begitu Zee bertanya demikian. "Nggak sama sekali! Lo tau keluarga gue keras banget. Kakak perempuan gue suka ngomel-ngomel gak jelas, tapi gue akuin dia begitu karena sayang dan peduli sama gue. Dia juga gka pernah maen fisik. Kalo kakak laki-laki gue ... capek gue digebugin mulu! Salah dikit dibogem sama dia," jelas Dimmy.

"Pantesan adeknya jadi kayak gini! Hahaha..." Zee sedikit menggoda sambil tertawa garing, yang membuat Dimmy melotot menatapnya.

"Yeuh! Maksud lo apa?" protes Dimmy, pura-pura ingin memukul. Zee hanya mengulurkan lidahnya, tampang mengejek. "Melet lagi! Jelek lo begitu jelek!" ejek Dimmy. Zee melotot seketika.

"Bodo amat! Mending gue, yang sebenernya cakep tapi dibilang jelek! daripada lo, sok cakep! Padahal mah aslinya..." Zee menggantung kalimatnya, membuat Dimmy semakin geregetan.

"Kenapa emang aslinya, hah?" balas Dimmy. Zee sedikit menjauh, menghindari tangan Dimmy yang ingin mengacak-acak rambutnya sambil tertawa lebar. Dimmy yang melihat tawa itu hanya tersenyum kecil, merasa sedikit bangga bisa membuat Zee banyak tertawa hari ini karena candaan-candaan konyol dan tidak penting mereka.

"Oh iya, lo ulang tahun kapan?" tanya Dimmy tiba-tiba saat tawa Zee mulai mereda. Zee menoleh.

"Hah? Ngapain nanya-nanya? Kepo!" Zee membalas perkataan Dimmy dengan nyolotnya.

"Nanya doang gue elah! Jangan berharap gue bakal kasih kado," tukas Dimmy. Zee hanya menyeringai jahat.

"Sapa juga yang apeng dikasih kado, hah?"

"Apaan tuh apeng?" tanya Dimmy dengan polosnya.

"Aaaa pengen! Yah jadul sih lo, gak gaul!" jawab Zee, kembali mengejek. Dimmy hanya senyum-senyum masam mendengar itu.

"Dasar anak alay. Jawab elah, tanggal berapa bulan apa?" Dimmy kembali membalikkan pertanyaan semula.

Zee sedikit terdiam, lalu menjawab, "28 September ... kalo lo?" jawab Zee, sembari bertanya balik.

"Wih, 2 bulan lagi tuh. PU bisa kali! Gue 9 Desember," ujar Dimmy.

"Apa sih PU-PU? Lagian masih lama keles," balas Zee. FYI, PU itu adalah singkatan dari Pajak Ulang tahun. Jadi kita memberikan traktiran kepada orang lain jika kita sedang ulang tahun. Dimmy hanya tertawa kecil sambil menatap Zee dari samping, tak menyangka Zee yang awalnya terkesan dingin dan amat cuek plus galak, bisa seasyik dan seseru ini. Dan menurutnya, Zee itu lucu juga, enak diajak ngobrol, apalagi bercanda. Yah, kita memang tidak boleh menilai buku dari sampulnya saja.

Mereka terus berjalan menuju asrama sambil membicarakan hal-hal yang tidak penting. Sampai di persimpangan antara asrama perempuan dan lelaki, mereka berpisah, saling melambaikan tangan.

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now