Epilog

7.9K 404 47
                                    

7 tahun kemudian....

Seorang anak perempuan berambut panjang berumur 4 tahunan itu terus tertawa-tawa ceria, berlari mengitari seluruh penjuru rumahnya. "AAAAA ... AAAAA ... AHAHAHAHAH...!!!" ia terus-menerus tertawa dan berteriak-teriak dengan cerianya, sangat tidak bisa dikendalikan, membuat suasana rumah itu menjadi ramai sekali.

"WOOAAAHHH!!! I GOT YOU, MY CUTIE PIE!!!" sang Ayah yang bersembunyi di balik sofa kembali mengagetkannya, membuat anak itu kembali berteriak dengan suara melengkingnya.

"AAAAA!!! DADDY, YOU MAKE ME SCARED!!!" anak itu berteriak dengan suara imutnya, memukul-mukul sang Ayah dengan tangan-tangan kecilnya, lalu kembali berlari-lari bersama sang Ayah yang terus-menerus mengejar dan menggodanya.

Sementara itu, sang ibu yang sedang memanaskan air untuk membuatkan susu formula untuk anak keduanya—adik dari sang anak yang berteriak-teriakan itu, hanya menatap sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Daddy ... stop it! Ini udah malem, lekas tidur! Sharon, go to your bed now!" sang ibu mengomel sambil terus membuatkan susu.

Sang Ayah tertawa pelan, menjatuhkan dirinya di atas sofa empuk di ruang tamu. "Hhh..." sang Ayah menghela napas kelelahan. Sementara sang Anak segera menghampirinya dan terduduk di pangkuannya.

"Daddy ... I want to ask you something!" sang Ayah menoleh kepada anak pertamanya yang masih berumur 4 tahun itu, bernama Sharon.

"Yes, my little Princess? What is that?"

"Kenapa aku bisa ada di dunia ini? Mommy bilang aku lahir ke dunia ini lewat perut mommy, tapi perut mommy kecil sekali..." Sharon memajukan bibirnya dengan lucu, sembari memperlihatkan perut kecilnya kepada sang Ayah.

Sang Ayah tertawa lepas mendengar pertanyaan polos dari anaknya itu. Ia segera menurunkan baju sang anak yang diangkatnya, sementara sang Ibu yang mendengar itu hanya memutar kedua bola matanya, mulai menyusui seorang bayi berumur 24 bulan yang ada di gendongannya dengan susu formula.

"Ehm, okay. So, begini. Daddy akan jelasin prosesnya, Little Princess dengar baik-baik! Sebelum kamu lahir ke dunia ini—"

"Cel..." sang Ibu dengan wajah badmood akhirnya memanggil nama suaminya itu dengan gemas. Celmo.

"What? Am I wrong? Aku hanya jelasin ke dia bagaimana proses kita membuatnya sampai dia berada di sini bersama mommy and daddy-nya, Mack..." kilah ayahnya, Celmo.

"No, Cel ... nggak boleh! Dia akan mempelajarinya kalau udah sekolah nanti. Jangan bicara yang nggak-nggak sama Sharon!" omel sang Ibu yang bernama Mackenzee.

"Oh, come on, Baby ... jika kita mengajarkannya sekarang, saat udah besar nanti, dia bisa jauh lebih pintar dari teman-temannya!" Celmo masih saja beralasan.

"Cel!" Zee sedikit membentak sembari memelototkan kedua matanya.

"Alright, alright!" Celmo mengangkat kedua tangannya, menampakkan ekspresi pura-pura pasrah. Zee hanya mendesah pelan. Yah, ia sudah kenal sekali tabiat suaminya itu.

Sementara Sharon, anak pertama mereka itu hanya memandang orangtuanya dengan tatapan bingung. "What? Dibuat? Me? Bagaimana caranya membuat aku?" Sharon masih saja penasaran.

Sebelum Celmo sempat membuka mulutnya, Mackenzee yang baru keluar dari dalam kamarnya untuk meniduri sang Baby di box bayinya lebih dulu menyela. "Okay, Sweeties! Time is over! Let's go to sleep!"

"But, Mom ... you're not swag!" Sharon menatap ibunya, memohon dengan tatapan memelas sembari meniru kata-kata swag yang sering diucapkan oleh ayahnya.

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now