Part 30

3.5K 287 9
                                    

"Zee ... maafin Cogan ya?" Ray nampak merayu dengan genit sembari mengedip-ngedipkan sebelah matanya tepat di hadapan Zee yang masih terduduk di atas ranjang UKS. Dimmy yang juga ada di sana bersama anak-anak lainnya langsung menyenggol lengannya dan melemparkan tatapan horror. Ray langsung nyengir ke arah Dimmy seakan tak punya dosa.

Zee tersenyum menatap Ray. Anak bermata sipit itu tengah memelas wajahnya, bahkan kini ia mengedip-ngedipkan kedua matanya, tidak peduli lagi dengan tatapan seramnya Dimmy. Lucu sekali! "Hahaha ... udah, gapapa kok Ray. Gue tau lo gak sengaja," ucap Zee sembari tersenyum manis.

Ray langsung menegakkan tubuhnya, tersenyum penuh kemenangan. "Tuh kan, apa gue bilang? Zee aja ngerti kalo gue tuh gak sengaja! Makasih ya, Cantik ... eh, tapi serius kan, lo udah gapapa?" tanya Ray lagi. Ia sempat mendapat sorakan dari teman-temannya. Memang dasaran playboy, tukang gombal.

Zee mengangguk meyakinkan, tidak peduli dengan gombalan basinya Ray. "Iya. Cuma mimisan biasa aja kok. Nggak kenapa-napa," jawab Zee.

Ray tersenyum puas. "Yes! Oke deh, sekali lagi makasih ya, Bae ... woy, kantin yok!" dasar anak tidak tahu diri memang. Mentang-mentang sudah dimaafkan langsung melenggang pergi begitu saja. Sebagian teman-temannya yang ada di sana langsung mengekorinya menuju kantin.

Mereka semua mengobrol ringan dan bercanda-ria. Zee mulai merasa ragu akan keputusannya. Apa ia bisa menjauhi mereka? Iya sendiri tidak yakin. Tanpa sengaja, tatapan matanya tertuju kepada Dimmy yang juga menatapnya. Dimmy yang tadinya sedang bercanda-ria dengan yang lain langsung tersenyum manis ke arah Zee, yang membuat Zee sedikit berdebar. Apa ia tidak salah lihat? Dimmy tersenyum padanya? Padahal di lapangan tadi, Dimmy selalu menghindari tatapannya dan mengalihkan pandangannya. 'Syukurlah ... apa gue bener-bener bisa ngejauh dari mereka semua?' entah apa yang ada di perasaan Zee sekarang ini. Haruskah ia senang? Ia sungguh bingung. Ini semua membuatnya amat terbebani.

Zee membalas senyuman itu. Tak lama kemudian, Dimmy kembali bercanda-ria dengan yang lainnya. Zee mengalihkan pandangannya. Tak sengaja, tatapannya tertuju kepada Celmo yang hanya diam. Lelaki itu melirik sekilas kepada Zee dengan kedua mata indahnya, membuat Zee sedikit terpaku. Celmo buru-buru mengalihkan pandangannya dengan cepat, tetapi entah mengapa Zee merasa dunia ini kembali bergerak slow motion, sama seperti ia melihat Celmo dan Dimmy kecelakaan saat menolong King, lebih tepatnya saat mereka berdua bersusah-payah mencari kalung Zee yang terjatuh di markas para mafia berengsek itu.

Zee terus menatap Celmo. Entah mengapa Celmo semempesona ini. Zee benar-benar jatuh padanya. Entah ia benar-benar suka atau tidak, tetapi pesona Celmo berhasil menarik perhatiannya. Lelaki itu menyisir rambut hitam legamnya dengan jari-jemarinya, menaiki jambul rambutnya ke atas. Melihatnya begitu saja sukses membuat jantung Zee berdebar keras. Walaupun sorot matanya tajam dan menusuk, wajahnya sama sekali tidak bersahabat dan jarang tersenyum, entah mengapa Zee selalu penasaran dengannya, selalu tertarik dengan segala yang Celmo punya.

Deg! Zee langsung mengalihkan pandangannya lagi, sekilas melirik Dimmy yang sedang tertawa lebar. Entah mengapa Zee merasa seperti hanya ada mereka bertiga di sana. 'Hayo ... siapa yang akan kamu pilih?' Zee langsung terdiam, seakan mendengar suara asing yang menggodanya. 'Si Cowok ceria yang selalu berusaha melindungi kamu, atau si Cowok dingin dengan pesonanya yang selalu membuat kamu berdebar?' Zee menoleh ke kanan dan kirinya. Suara siapa itu? Apa itu hanya halusinasinya saja? Apa itu adalah suara dalam pikirannya sendiri? Atau karena terlalu ramai di sini, jadi Zee bisa saja salah dengar? Ini semua membuatnya gila!

'Siapa yang akan kamu pilih?'

'Kamu tidak mungkin menyakiti keduanya bukan?'

'Dimmy ... atau Celmo?'

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now