Part 18

3.8K 315 5
                                    

"MAU KE MANA KALIAN?!" keenam anak itu pias seketika melihat salah satu bodyguard Mr. Henry yang mereka kenali wajahnya. Namanya ... kalau tidak salah adalah Luis. "SAYA TANYA SEKALI LAGI! MAU KE MANA KALIAN?!" sentaknya, semakin menjadi-jadi. Dimmy, Celmo, dan Ernest yang sudah berada di luar gerbang mundur beberapa langkah.

"Kita—"

"HEH, NGAPAIN KAMU BERTIGA DI LUAR SANA! MAU KABUR YA?!" teriak Luis, menunjuk Dimmy, Celmo, dan Ernest. "Setelah saya buka gerbang ini, kalian berenam ikut saya ke ruangan Mr. Henry!" ujarnya, tanpa menghilangkan sedikitpun tampang galaknya.

"NGGAK AKAN! KITA NGGAK AKAN DIEM AJA DI SINI SEMENTARA TEMEN KITA LAGI MENDERITA DI SANA! KITA AKAN NOLONG DIA MALEM INI JUGA!!!" Elle dengan berani menantang Luis. Baru saja lelaki paruh baya itu ingin membuka mulutnya, Elle kembali melanjutkan kalimatnya, menepis tangan Luis yang hendak mencengkeram lengannya. "WALAUPUN DIA BUKAN TEMEN SEKELAS SAYA, SAYA SAMA YANG LAIN BAKAL TERUS BERUSAHA NYELAMATIN DIA! Emangnya kalian, cuma bisa diem ngejeplak doangan di sini nggak ada usahanya sama sekali untuk King?!" Elle dengan berani memelototi Luis. Zee menyenggol lengannya, mengisyaratkan agar Elle tenang sedikit, tetapi nampaknya tidak akan bisa.

"APA KATA KAMU?! Kalian ingin menyelamatkan anak pecandu itu ya? HAH! USAHA KALIAN AKAN SIA-SIA! SEKARANG IKUT SAYA KE KANTOR!!!" dengan paksa, ia menarik-narik lengan Zico, Zee, dan Elle, lalu menatap tajam ke arah Dimmy, Celmo, dan Ernest. "Heh, kalian bertiga! Saya akan urus kalian setelah ini," Luis mengeluarkan walky-talky-nya, lalu berbicara dengan seseorang lewat sana.

"Gimana ini..." Ernest mencengkeram erat lengan atas Dimmy. Dimmy hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

"Ray!" Celmo mencicit. Dimmy dan Ernest sontak menatapnya.

"Hah? Ray?" Dimmy menatap Celmo tidak mengerti.

"Test 1, 2, 3! Di sini Luis, dan saya menemukan...."

DUUUUGGGHHH!!! BRUUGGHH!!!

"Ow..." Zee meringis menatap Luis yang jatuh pingsan seketika karena pukulan dari sebuah benda tumpul. Raynald! Anak itu berhasil memukul tengkuk Luis hingga ia tidak sadarkan diri. Yang lain masih terpaku dengan kejadian barusan.

"Untung gue yang bawa tongkat baseball-nya!" celetuk Ray.

"Hhh ... bagus deh! Ayo, lebih baik kita pergi sekarang! Orang yang tadi ngomong sama Luis pasti curiga dan nyari ke seluruh sekolah," ujar Dimmy. Yang lain mengangguk. Joy segera membuka kunci pintu gerbang itu dan menutupnya kembali. Mereka semua langsung berlari ke pinggir jalan raya yang tak jauh dari Achilleo Academy dengan tas ransel di punggung masing-masing. Waktunya beraksi!


"Hadeh ... kenapa jadi gini dah?" Dimmy memijit dahinya dengan tampang frustrasi. Kini, mereka tengah berdiri di pinggir jalan, mencari kendaraan. Mereka semua bingung ingin naik apa ke Dusun Jatigiri tersebut. Celmo, Ernest, dan Ray yang berjongkok, dan sisanya berdiri.

"Kita gak mungkin kan jalan kaki ke sana? Udah hampir jam sembilan nih. Ngaret banget dari rencana awal gara-gara tu orang, eh sekarang ditambah masalah kendaraan," ujar Elle. Yang lain menyetujui.

"Gila aja ke sana pake kaki!" Ray protes. Yang lain tidak menanggapi. "Udah, kita numpang mobil bak aja dah! Masa iya gak ada yang tujuannya ke Dusun Jatigiri?" lanjut Ray setelah dirinya terkacangi.

"Ya masalahnya mana sekarang kendaraannya?" Elle geregetan sendiri.

"Ya cari lah! Tungguin aja, nanti juga ada yang lewat."

"Tapi ini udah malem, pasti jarang! Mau tunggu sampe kapan?!"

"Pasti ada! Percaya sama gue!"

"Tapi Ray—"

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now