Part 15

4.7K 328 6
                                    

Zee dan Celmo sama-sama terduduk di bangku panjang taman sekolah. Mereka tengah menikmati kue sus bagian masing-masing. Lumayan untuk mengganjal perut, rasanya juga nikmat. Mr. Ronald memang pandai sekali memasak.

Zee teringat kejadian tadi. Celmo ... ah, dia tidak boleh memikirkannya! Zee berusaha membuang jauh-jauh pikiran itu. Dia tidak boleh memikirkannya berlarut-larut, karena jika Celmo sampai tahu, ia akan malu berat. Zee mencoba memulai obrolan. "Cel, Dimmy sama Ray ke mana? Nggak keliatan dari tadi."

"Mana gue tau," jawab Celmo datar setelah ia menelan kue bagiannya. Zee hanya mengangguk, tak tahu harus menjawab apa lagi. Celmo selalu bisa membuatnya diam, dan pikirannya menjadi buntu seketika.

"Oh iya, tangan lo—"

"Gak usah dipikirin. Luka kecil kok," Celmo memotong ucapan Zee tanpa sedikitpun menatap gadis manis itu. Zee lagi-lagi terdiam. Padahal ia berniat berbasa-basi saja supaya keadaan tidak menjadi canggung, tetapi akhirnya malah begini. Sebetulnya Zee sedikit khawatir dengan keadaan tangan kanan Celmo yang tadi digigitnya. Walaupun sudah tidak mengeluarkan darah, tapi lukanya cukup jelas terlihat dan sedikit membengkak.

Mereka lagi-lagi terdiam. Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi nyaring. Celmo langsung bangkit dan melenggang pergi, dan Zee berjalan di belakangnya. Ketika mereka hampir tiba di kelas, Celmo membalik tubuhnya dan menatap Zee dengan tatapan serius seraya berkata, "Jangan sampe Dimmy tau tentang kejadian hari ini. Kalo bisa lo lupain aja semuanya, gak usah dipikirin lagi."

Zee hanya terdiam sambil menunduk, lalu mengangguk pelan. 'Gue gak akan bilang Dimmy, tapi semua yang udah terjadi hari ini nggak mungkin bisa gue lupain, Celmo.'


Malam itu di kamar asrama nomor 117 alias kamarnya Dimmy, Celmo, Ray, dan King....

"Tangan lo kenapa tuh?" Dimmy menunjuk tangan Celmo yang terdapat luka bekas gigitan dan agak membengkak.

Celmo hanya menggeleng. "Gapapa."

"Gapapa gimana sih? Kok bisa sampe luka gitu? Itu luka gigitan siapa, eh?" Dimmy dengan kasar menarik tangan kanan Celmo, sontak saja anak itu langsung menjerit.

"ADAW! Sakit, Bego!" maki Celmo. Dimmy langsung melepaskan tangan Celmo begitu Celmo menatapnya dengan tajam.

"Hehehe, sakit ya? Sorry! Lagian tangan lo kenapa sampe begitu sih?" Dimmy terus bertanya. For your information, Dimmy itu keingintahuannya akan sesuatu sangat besar. Jika dia sudah penasaran atau curiga, dia akan bertanya terus-menerus sampai mendapatkan jawabannya.

Celmo memutar otaknya. Aha! "I-ini digigit kucing! Di ... di ... ah! Di kantin! Iya, di kantin tadi gue digigit sama kucing!"

Dimmy mengernyitkan keningnya, tak percaya. Celmo merutuk dalam hati. 'Celmo ... yaelah, lo bego banget sih! Walaupun Dimmy oon, bego, tapi dia kan gak sebodoh itu! Hadeh....'

"Ngapain sih lo maenan sama kucing segala? Digigit kan tuh." Jleb. Celmo menghembuskan napas lega dalam hati melihat raut wajah khawatir Dimmy. Celmo berkata dalam hati, 'Untung Dimmy bego, percaya juga dia akhirnya.'

"Nggak gitu ceritanya, Dim. Kurang kerjaan amat gue maenan sama kucing! Tadi gue lagi mesen jus jeruk di Bu Rumi, eh ada kucing lewat depan gue. Dia ngelus-ngelusin kepalanya ke kaki gue, ya gue elus aja kepalanya. Eh dia malah ngegigit gue, sompret kan?" Celmo sok kesal bercerita dengan semangatnya agar terlihat makin meyakinkan. Dimmy hanya menganggukkan kepalanya, sok mengerti.

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now