Part 20

3.7K 309 5
                                    

Satu sekolah gempar seketika saat para penghuninya mengetahui ada 9 orang anak yang hilang, khususnya Mr. Henry yang kini tengah berjalan mondar-mandir frustrasi di ruangannya. Ia menatap beberapa lembar kertas di atas mejanya. Kertas yang berisi daftar anak-anak yang menghilang sejak malam tadi. Luis, salah satu anak buahnya, ditemukan tak sadarkan diri di taman belakang, dan yang lebih parah, semua CCTV di sekolah itu rusak sehingga tidak bisa dengan jelas mengidentifikasi siapa pelakunya. 'Pasti anak-anak itu!' pikir Mr. Henry. Kini yang sedang ia pikirkan, bagaimana caranya ia menjelaskan semua ini kepada para orangtua murid? Ditambah anak perempuan satu-satunya, Vallen, juga menghilang!

"Dimmytri Axendra Julian, Celmo Rachiesa Crown, Raynald Flavio Pallas, Ernest Kenley Andrean, Zico Verresta Lunar, Mackenzee Claudya Vesta, Joy Olivia Natures, Elleanor Amanda Ceres, dan Vallen Catherine Zwarts..." Mr. Henry mengeja nama-nama anak yang menghilang. "Apa mungkin anak-anak itu pergi ke tempat Thomas? Bisa jadi mereka ke sana untuk menyelamatkan Kingstone! Tetapi ... apa mungkin Vallen anakku juga bersama mereka? Hubungan Vallen dan teman-teman sekelasnya tidak berjalan dengan baik selama ini. Ya Tuhan ... apa yang sebenarnya mereka pikirkan?" Mr. Henry tak habis pikir. Ia segera menghubungi salah satu bodyguardnya.

"Siap, dengan Anthony di sini. Ada yang bisa saya bantu, Tuan Zwarts?" terdengar suara Anthony, salah satu bodyguard kepercayaan Mr. Henry.

"Ya. Siapkan mobil dan beberapa anak buah. Kita ke tempat para mafia itu sekarang juga. Jangan lupa, hubungi polisi setempat untuk membantu menyelamatkan anak-anak dan menangkap Thomas beserta antek-anteknya!" perintah Mr. Henry tegas.

"Baik, Tuan!"


Sementara itu di dalam gedung besi bekas pabrik di Dusun Jatigiri, nampak Dimmy dan Celmo yang masih sibuk mencari kalung berliontin bintang milik Zee.

"Cel, lo tau kan kalungnya kayak gimana?" tanya Dimmy memastikan.

Celmo mengangguk. "Tau lah, kan gue yang ngebantuin lo milih-milih kalungnya waktu itu," jawab Celmo datar. Ia tengah menelusuri tempat yang tadi ia dan Zee lewati, sementara Dimmy kembali ke ruangan tempat King dikurung sebelumnya. Di dekat pasungan itu Dimmy melihat sebuah benda kecil yang berkelip, dan tak jauh dari situ nampak Thomas yang terbaring tak berdaya. Dimmy segera berlari dan meraih kalung itu.

"Akhirnya ketemu juga. Ayo Cel, udah ketemu nih!" Dimmy mengangkat kalung itu tinggi-tinggi agar Celmo bisa melihatnya. Celmo hanya mengangguk. Dimmy kembali berlari dan melompati tubuh Thomas yang masih setia di tempatnya. Tetapi saat ia melompat... BRUUKK!!! "Aduh..." mata Dimmy terbelalak begitu menyadari bahwa Thomas mencengkeram kakinya saat ia melompat tadi hingga ia terjatuh berdebam, bahkan sekarang juga. Bukan hanya Dimmy yang kaget, tetapi Celmo juga.

"Dimmy!" teriak Celmo.

Thomas, yang mereka kira sudah mati, kini tengah menyeringai jahat. "Mau ke mana kamu, Anak nakal?" Thomas berkata dengan sinisnya. Dimmy terlihat panik.

"Dim, tendang Dim!" teriak Celmo. Dimmy berusaha menendang orang itu dengan sebelah kakinya, seperti apa yang Celmo bilang, tetapi apa daya, kini kedua kakinya malah dicengkeram erat oleh orang sial itu. "Berengsek!" maki Celmo. Ia berlari menghampiri Dimmy dan bermaksud memukul kepala orang itu dengan sebilah kayu yang ia temukan, tetapi sayang orang itu lebih cepat. Ia segera berdiri dengan Dimmy di dekapannya dan sebuah pistol yang teracung tepat di kening Dimmy. DUUGGH!!! Dengan sekali tepisan, Celmo terjatuh ke lantai, menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Jangan pernah kalian meremehkan saya," Thomas berkata dengan tajam. Celmo terbelalak kala melihat Thomas yang mengunci kedua lengan Dimmy ke belakang dengan sebelah tangannya, ditambah pistol yang teracung tepat ke kening anak itu. "Tidak ada Kingstone, anak ini boleh juga. Mood membunuh saya sudah sampai di ubun-ubun. Bagaimana kalau kamu saya tawarkan sesuatu? Bawa King kemari, dan saya akan melepaskan anak sial ini. Atau ... kamu ingin melihat temanmu ini mati di hadapanmu?" Thomas kembali tersenyum jahat. Pilihan yang benar-benar gila!

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now