Part 35

4.1K 311 3
                                    

Siang yang cerah. Anak-anak Achilleo Academy nampak sedang menikmati waktu istirahat mereka, begitu pula dengan Dimmy, Celmo, King, Ray, Joy, Elle, dan Vallen. Mereka sedang duduk bersama di kantin.

"Hari ini jadi nengokin Zee lagi?" tanya King memecah keheningan. Dimmy, Celmo, Ray, Vallen, Elle, dan Joy mengangguk bersamaan. "Jam berapa?"

"Pulang sekolah aja," jawab Vallen. King mengangguk, kembali menyeruput jus jeruknya.

"Eh, gue mau nanya deh," Elle berkata dengan raut wajah seriusnya. Sontak teman-temannya langsung menoleh ke arahnya. "Kalian ngeliat kan tentara-tentara itu? Yang ada di depan kamar rawat Zee? Mereka ngapain sih sebenernya?"

"Jagain kamarnya Zee. Kayaknya bokapnya Zee tentara," Ray menjawab asal.

Dimmy langsung menjitaknya. "Jangan sok tau deh lo, Pit! Lagian bokapnya Zee bukan tentara," protes Dimmy.

"Iya, ayahnya Zee pengusaha gitu," Joy menyetujui ucapan Dimmy. "Tapi bener deh, aku juga penasaran. Tentara-tentara itu siapa ya? Ya kali sampe manggil tentara segala buat ngejagain kamarnya."

"Tentaranya sipit-sipit semua lagi! Kecuali satu, yang keliatannya asli orang Indonesia," ujar Ray. Yang dimaksud Ray adalah Jenderal Mario.

"Terus ... mereka sebenernya ngapain dong?" Joy kembali bertanya.

"Entaran aja kita tanya," King menengahi, tidak ingin memperpanjang masalah. Sebenarnya pertanyaan tentang siapakah tentara-tentara itu dan apa maksud mereka di sana terus berputar-putar mengelilingi otak mereka semua.

Vallen terdiam, teringat sebuah hal. Ia pernah dengan sengaja membaca-baca buku rahasia Achilleo Academy yang berisi seluruh rahasia murid-murid di sana ditambah masalah-masalah mereka. Tiba-tiba ia teringat akan rahasia dan masalah yang menyebabkan Zee bisa masuk ke Achilleo Academy. 'Apa mungkin...?' Vallen bertanya-tanya dalam hati, tidak berani menebak.


Sore itu di rumah sakit tempat Zee dirawat....

Zee yang sudah sadar hanya bisa diam mendengar seluruh penjelasan kedua orangtuanya dan Jenderal Mario tentang masalah yang menimpanya. Perlahan, air mata itu kembali terjatuh dari kedua matanya. Ia menggeleng lemah.

"Mau tidak mau, kamu menjalani ini semua. Tenang, ada saya yang mengurus seluruh kebutuhan kamu," Jenderal Mario berkata dengan lembut.

Zee tetap menggeleng. "Hiks, bukan itu masalahnya ... aku gak mau ninggalin temen-temen dan orang yang aku sayang di sini. Tujuh tahun itu bukan waktu yang sebentar ... hiks, hiks..." Zee menutup seluruh wajahnya, terisak. Nyonya Selina ikut menangis, memeluk suaminya. "A-apa gak ada jalan lain? Apa gak bisa kalo aku direhab dan disidang di Indonesia aja?"

Jenderal Mario menatap Zee dengan pasrah, lalu menggeleng. "Sepertinya tidak bisa, Nona Zee. Ini merupakan satu-satunya jalan. Ketika pemimpin kemiliteran Jepang mengetahui bahwa pelakunya adalah seorang gadis di bawah umur, mereka sungguh terkejut. Bahkan seluruh angkatan militer di seluruh dunia amat kaget dengan berita ini. Yah, sejauh ini yang baru mengetahui hal ini hanyalah pihak kemiliteran saja, dan akan menjadi bahaya besar jika para wartawan dan pencari berita lainnya mengetahuinya. Oleh karena itu, kita harus ke Jepang secepatnya, Nona."

Tenggorokan Zee sungguh tercekat. Apa? Secepatnya? "Ka-kapan? Secepetnya itu kapan?" tanya Zee, terbata-bata.

"Secepatnya, setelah Nona sudah keluar dari rumah sakit ini," jawab Jenderal Mario. Zee kembali menangis. Apa? Kenapa? Kenapa harus secepat ini? Bagaimana bisa ia mengatakannya kepada sahabat-sahabatnya?

"Mama ... Mama, aku gak mau ninggalin Achilleo, Ma.... Pa, aku gak mau ninggalin Mama sama Papa..." Zee menggoyang-goyangkan lengan baju Nyonya Selina.

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang