Part 13

4.7K 372 2
                                    

Buruk. Benar-benar hari yang buruk. Keesokkan harinya, Mr. Ronald mengabarkan bahwa King tidak akan berada di kelas 10-G lagi, tidak akan berada di Achilleo lagi. Ia berdusta bahwa King pindah sekolah karena perintah pamannya.

Hanya Zee, Elle, Joy, Dimmy, Celmo, dan Ray sajalah yang mengetahui masalah yang sebenarnya. Mereka sempat dipanggil ke ruang kepala sekolah dan Mr. Henry memohon kepada mereka agar mereka bungkam atas masalah ini kepada anak-anak lainnya, dan mereka sudah berjanji atas itu semua. Mereka juga baru mendengar kabar bahwa Dr. Lisha, dokter pribadi King sudah pulang sejak 3 hari yang lalu.

Zee memainkan penanya, tidak konsentrasi terhadap pelajaran. Ia terus memikirkan King. Sebenarnya apa sih yang ada di pikiran anak itu? Zee dan yang lainnya sama sekali tidak habis pikir. Zee sempat menyesal, karena sampai King pergi meninggalkan mereka ia belum sempat meminta maaf. Ia sudah mempunyai nomor telepon King yang diberikan Dimmy, tetapi ia masih ragu kapan ia akan menelepon anak itu dan meminta maaf padanya.


Saat waktu istirahat tiba....

"Eh, King pindah ke mana sih? Ke sekolah mana?" tanya Ernest begitu Mr. Ronald keluar dari kelas.

"Nggak tau. Mungkin ke kampung halaman dia?" tukas Adissa.

"Kok bisa ya secepet ini? Udah dua minggu lebih gak masuk, dan ternyata berakhir kayak gini!" ujar Zico. Raut wajah kesedihan terpancar jelas dari wajahnya.

"Berarti dua minggu yang lalu itu hari terakhir dia di kelas ini..." Shane menimpali.

"Kenapa dia gak pamit dulu sama kita? Kita kan bisa adain pesta perpisahan kecil-kecilan! Yaelah, baru dua bulan masuk Achilleo udah pindah aje," celetuk Vero dengan nada kesal. Yang lain setuju menimpali. Mereka semua sama-sama merasa sedih, kecewa, dan kehilangan. Mereka tidak akan pernah melihat seorang teman mereka yang paling misterius dan dingin lagi, yang suka berbicara frontal apa adanya tanpa memandang perasaan orang yang mendengarnya.

Zee, Joy, Celmo, Dimmy, dan Ray hanya diam tak menimpali. Mereka sudah berjanji untuk bungkam dan tidak ingin membicarakan masalah ini terlebih dahulu. "Cel, Ray, basket yok di lapangan indoor," ajak Dimmy sambil men-dribble bola basket miliknya yang sengaja ia bawa dari kamar asrama. Jika sedang dalam keadaan tak baik seperti ini, satu-satunya moodbooster-nya hanya basket. Men-dribble-nya, memasukkannya ke ring, memantulkannya ke dinding, atau bermain dengan anak lain.

Celmo dan Ray berjalan mengekori Dimmy menuju lapangan indoor yang berada di lantai bawah.

Zee memperhatikan mereka yang saling melempar bola basket satu sama lain sambil berjalan menjauhi kelas. Ia jadi teringat saat King tak sengaja melempar bola basket ke arahnya saat sedang bermain lempar-lemparan di dalam kelas. Dan hari itu jugalah kejadian buruk itu terjadi; Zee memberi King obat sakit kepala yang membuat kebiasaan buruknya kambuh.

Rasa bersalah kembali menyergap dirinya. Zee menelungkupkan wajahnya di antara kedua tangannya di atas meja. Suasana hatinya benar-benar kacau.


"Biasanya kita maen bareng Kingstone," Ray nyeletuk sambil melempar bola basket di tangannya ke arah ring. Masuk. Celmo meraih bola itu dan memantulkannya.

Dimmy melirik Ray dengan tatapan badmood. Ia sama sekali tidak ingin membicarakan itu. Entah mengapa ia merasa amat kesal jika mengingat King. Dimmy menerima operan dari Celmo, lalu melakukan lay-up dan memasukkan bola basket itu ke ring dengan sekali hentakan. Ray merebut bola dari tangan Dimmy dan memantulkannya sambil berlari keliling lapangan.

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now