Part 14

4.6K 342 7
                                    

Hari-hari tanpa King terasa berjalan begitu cepat. Anak-anak kelas 10-G sepakat akan membicarakan masalah ini lagi nanti setelah ujian akhir semester pertama dilalui, tepatnya pada awal November nanti. Kini sudah pertengahan Agustus. Para murid Achilleo Academy tengah disibukkan oleh ujian tengah semester ganjil yang berlangsung selama seminggu.

Seperti pagi ini contohnya, hari ketiga ujian tengah semester ganjil dilaksanakan. Penghuni kelas 10-G nampak sedang konsentrasi terhadap kertas-kertas soal di hadapan mereka. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (fisika, kimia, dan biologi dijadikan satu).

Zee melirik ke sana-ke mari, sibuk mencari jawaban. Teman yang bisa ditanyai jawaban maksudnya. Ia sedang frustasi dengan 5 nomor terakhir yang tak sempat ia pelajari tadi malam karena keburu ketiduran. "Sstt! Shane!" Zee dengan suara pelan dan hati-hati memanggil Shane yang berada tak jauh darinya. Shane yang menyadari panggilan Zee menoleh. Zee membentuk angka 36 dengan gerakan mulutnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Shane langsung mengecek kertas jawabannya, lalu menjawab datar, "A." Zee tersenyum puas sambil mengangguk, lalu menuliskan huruf 'A' di lembar jawabannya nomor 36.

Dimmy tidak mau kalah. Ia menendang bangku Ray yang duduk di depannya. Ray menoleh, Dimmy menunjuk kolong meja dengan isyarat matanya. Ray segera mengerti dan meraih gulungan kertas kecil yang dipegang Dimmy di bawah kolong mejanya. Saat melihat isi gulungan itu secara diam-diam... "Ebuset! Lo mau nanya apa ngerampok?" Ray berkata kaget dengan suara dikecilkan, hampir mencicit seperti tikus kejepit. Bahaya kalau sampai ketahuan pengawas, bisa-bisa lembar jawabannya disobek dan ia disuruh keluar ruangan.

Dimmy nyengir lebar, tak mempedulikan ekspresi terkejutnya Ray. Ray berdecak sebal, lalu mulai menyalin jawabannya di kertas gulungan itu, dan menyerahkannya kembali kepada Dimmy melalui kolong meja.

"Dim!" panggil seseorang. Dimmy yang telah selesai menyalin jawaban contekan itu menoleh perlahan ke belakangnya. Zico. "36 sama 37, Dim."

"36. B, 37. C," jawab Dimmy pelan.

Zico langsung membaca kembali lembar soalnya, memastikan. Sebenarnya ia bertanya hanya untuk menyamakan jawaban. "Lah, kok 36. B sih, Dim?" Zico tidak yakin.

Dimmy mengedikkan bahunya. "Mana gue tau! Lo udah untung gue kasih jawaban, pake protes! Gue aja nanya si Raynald," jawab Dimmy geregetan.

Zico mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Kok gue A sih, Dim?"

"Mana gue tau, Zico ... terserah lo deh mau jawab apaan!" hardik Dimmy, makin geregetan.

Zico beralih ke anak di sebelah Dimmy, Celmo. "Eh, Ganteng!" panggil Zico. Celmo yang hampir tidak menyadari hanya menoleh sekilas, lalu konsentrasi terhadap kertas di hadapannya lagi. Zico memutar bola matanya. "Gue manggil lo, Celmo ganteng..." Celmo langsung menoleh begitu namanya dipanggil oleh Zico. Ia baru ingat kalo Zico memang selalu memanggilnya dengan sebutan 'Ganteng', entah itu pujian atau sindiran atau ejekan atau sebagainya, yang pasti Celmo memang ganteng dari lahir. "36 emang B jawabannya?"

Celmo langsung memeriksa lembar soal dan jawabannya, lalu menjawab, "Ngaco aja lo! 36. A lah! Dapet jawaban dari mana lo bisa B? Jauh, Anjrit," jawab Celmo pelan.

Zico langsung menendang bangku Dimmy. "Apaan dah?" Dimmy langsung menoleh lagi dengan raut wajah kesal.

"Beneran gue, Dim. 36. A, bukan B!" omel Zico pelan.

Celmo yang melihat itu tertawa kecil. "Lo percaya aja lagi Co sama Dimmy," celetuk Celmo.

Dimmy langsung menggeleng mendengar itu, berusaha membela dirinya. "Gue tau dari Raynald, eh!"

Achilleo AcademyKde žijí příběhy. Začni objevovat