Part 12

4.8K 354 8
                                    

Hari Senin yang cerah. Para murid Achilleo Academy berangkat sekolah dengan berbagai ekspresi di wajah mereka. Ada yang tersenyum lebar, ada yang cemberut, ada yang datar, ada yang masih mengantuk, dan lain sebagainya. Seperti di kelas 10-G saat ini.

"Huuuaaaahhmm...." Ray menguap panjang. Kentara sekali ia masih sangat mengantuk pagi ini. Semalaman ia memang begadang menonton pertandingan sepak bola di kamarnya seorang diri. Sebetulnya Celmo dan Dimmy sudah berjanji akan menemani, tetapi Celmo sudah tidur duluan jauh sebelum pertandingan dimulai. Dimmy malah ketiduran saat wasit sudah meniup peluit tanda dimulainya babak pertama. Jadilah Ray menonton pertandingan sepak bola itu seorang diri. Kalau ada King, pasti ia tidak akan menonton sendirian. King tidak pernah ketiduran sejauh ini jika diajak menonton pertandingan sepak bola tengah malam. Akan tetapi, King masih harus menginap di ruang rawat semalam.

"Buset deh, Ray ... lo tidur jam berapa semalem?" tanya Dimmy, memutar tubuhnya menghadap belakang. Dimmy dan Celmo memang duduk tepat di depan tempat duduk Ray dan King.

Ray yang matanya susah dibuka hanya menggeleng. Ia tidak konsentrasi terhadap pertanyaan Dimmy saking mengantuknya. "Yang menang ... huaaahhmm ... tim kebanggan gue lah!" jawabnya dengan penuh kebanggaan.

Dimmy menaikkan sebelah alisnya sambil membuka mulutnya, ternganga kebingungan. "Hah? Gue nanya apa lo jawabnya apa. Kocak!" maki Dimmy. Celmo yang duduk di sebelahnya terbahak ditahan. Ray hanya nyengir-nyengir kebingungan, lalu menutup matanya kembali, tertidur pada posisi duduk. Dimmy hanya menggelengkan kepalanya menghadapi tingkah laku salah satu sahabatnya itu.

"Eh, ngomong-ngomong si Kingstone belom boleh sekolah ya? Kayaknya kemaren udah sehat dia," celetuk Celmo tiba-tiba. Ray langsung membuka matanya lebar-lebar. Benar juga. Ia menoleh ke bangku di sebelahnya. Kosong. Sudah hampir bel, seharusnya ada King di sana. King sudah berjanji kepada mereka bertiga akan ke sekolah hari ini, dan sepengetahuan mereka bertiga, King tidak pernah terlambat sebelumnya.

"Iya juga. Dia udah janji kan sama kita bakal masuk hari ini? Telat mungkin," ucap Dimmy, merasa heran.

"Firasat gue gak enak. Ah, moga aja gak kenapa-napa," kata Ray. Dimmy dan Celmo mengangguk, mengaminkan.


Jam istirahat telah tiba. King benar-benar tidak masuk sekolah hari ini. Bahkan saat Ray, Celmo, dan Dimmy berniat menjenguknya di ruang kesehatan, suster di sana bilang bahwa King sedang berjalan-jalan di sekitar Achilleo Academy, menghirup udara segar. Dr. Lisha juga tak kelihatan tadi.

"Astaga ... Kingstone ke mana sih?" rutuk Ray. Dimmy dan Celmo hanya saling pandang, mengedikkan bahu tanda tak tahu.

"Cari aja dah yuk sambil jalan!" ajak Dimmy. Ray dan Celmo langsung mengangguk menyetujui.


Vallen berjalan terburu-buru menuju ruang kerja ayahnya. Ada sesuatu yang ia ingin katakan. Ia berniat memohon kepada ayahnya agar ia dipindahkan ke kamar asrama lain selain kamar 212. Entah ini permohonannya yang keberapa kalinya. Dia benar-benar tidak betah berada di lingkungan 'anak-anak itu'.

Ketika ia ingin membuka pintu ruang kerja Mr. Henry, tatapan matanya tak sengaja tertuju pada sosok ayahnya dan seorang anak lelaki berjaket hitam yang ada di dalam melalui jendela. Vallen mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Ia hanya mengintip dari balik jendela. Siapa anak itu?

Mr. Henry nampak sedang berbicara serius pada lelaki itu. Lelaki yang berada di hadapannya hanya menunduk sambil sesekali mengangguk. Ah, paling anak bandel yang bikin masalah, ucap Vallen dalam hati. Saat ia ingin menyentuh knop pintu, gerakan tangannya terhenti kala melihat ayahnya yang tiba-tiba bangkit dan menghampiri lelaki itu yang juga bangkit, lalu memeluknya dengan erat. Vallen mengerutkan keningnya. Apa yang terjadi di dalam sana sebenarnya?

Achilleo AcademyWhere stories live. Discover now