Part 19

4K 322 2
                                    

Sebelum mereka memasuki markas para mafia itu yang sepertinya memang bekas pabrik, Dimmy memberi instruksi kepada para anggotanya. Mereka semua berjongkok melingkar secara diam-diam di belakang sebuah mobil van yang terparkir di halamannya.

"Oke, sekarang kita bagi-bagi tugas. Kita bakal berkelompok dua-dua, dan ada yang satu kelompok tiga orang. Elle, Zico, Ernest, kalian bertiga tugas di luar, jaga-jaga siapa tau ada orang lain di lingkungan sekitar. Ray, lo sama Joy setelah ikut gue ke dalem, kalian bertugas di ruang depan deket pintu keluar, tetep ngawasin ruangan itu dan berusaha cari ruangan yang ada King di dalemnya. Gue..." Dimmy menatap tiga orang lagi yang masih belum dikelompokannya. Masih ada Celmo, Vallen, dan Zee. 'Gue gak mungkin sekelompok sama Celmo. Nanti Vallen sama Zee gimana? Masa cewek berdua? Celmo gak akan gue satuin dengan Vallen, karena Celmo itu keras wataknya, gak mungkin sama Vallen yang kayaknya gak bakal bisa ngebantu apa-apa, Celmo bakal kerepotan. Kalo gue sekelompok sama Zee ... nggak, bahaya. Gue gak pernah bisa ngelampiasin amarah gue di depan dia, bisa-bisa gue k.o duluan. Apa harus?'

"Dim! Cepet, Dim! Gue sama siapa?" Celmo membuyarkan lamunan Dimmy.

Dimmy mengepalkan tangannya dengan erat. "Ehm, lo sama ... sama Mackenzee, dan gue sama Vallen," jawab Dimmy akhirnya. "Kita yang bertugas di dalem harus konsentrasi sama King, cari dia sampe dapet, dan sebisa mungkin hindarin musuh. Gue gak tau ada berapa ruangan di dalem, yang pasti Ray-Joy bakal tugas di bagian depan, Lo sama Zee bagian tengah, dan gue sama Vallen di bagian belakang. Manfaatin ini sebaik-baiknya sebagai alat komunikasi kita, dan kalo ada apa-apa, langsung cari bantuan!" lanjut Dimmy akhirnya memutuskan sembari menunjuk walky-talky mini miliknya.

Celmo yang mendengar keputusan itu terkejut. Ia menatap Zee yang juga menatapnya, lalu kembali menatap Dimmy. "Gak bisa gitu, Dim! Lo yang sama Zee, biar gue sama Vallen," Celmo berkata dengan tegas.

Dimmy langsung menggeleng. "Gapapa, lo sama dia—"

"Dimmy, gak bisa, elah!" Celmo bersikeras.

Zee yang melihat perdebatan itu mengepalkan kedua tangannya. Ada apa dengan mereka berdua? 'Kenapa Celmo gak mau sekelompok sama gue? Apa dia meragukan kemampuan gue kalo sekelompok sama dia? Terus kenapa Dimmy juga kayaknya nolak sekelompok sama gue? Mereka kenapa sih?' Zee berkata dalam hati, jadi khawatir sendiri.

"Gue gak mau tau lagi ya, Cel. Gue leader di sini, jadi lo cuma perlu ngikutin apa yang gue bilang. Ini keputusan gue. Udah, kita berangkat sekarang, siap di posisi kalian masing-masing!" Dimmy bangkit dengan kehati-hatian, menatap sekitar. Yang lain mengangguk dengan yakin. Celmo hanya terdiam mendengar perkataan Dimmy. Ia tahu, sebenarnya Dimmy sama sekali tidak rela apabila ia bersama dengan Zee.

Zico berlari sambil merapat dengan dinding menuju pintu belakang, berpatroli di sana. Elle di sisi kanan, dan Ernest di sisi kirinya. Ray dan Joy berjalan duluan ke dalam, memeriksa. Sepi. Di mana para mafia itu? Setelah Ray-Joy, Celmo-Zee masuk, merapat ke dinding. Sebelum mereka berdua memasuki bagian tengah, Celmo mengenakan masker hitamnya dan Zee sempat melirik Ray dan Joy yang bersembunyi dekat lemari penyimpanan barang, entah benda apa di dalam sana, mengintai setiap sudut ruangan. Saat Dimmy dan Vallen ingin memasuki tempat itu....

"Dim, lo tau kan gue gak bisa apa-apa? Penampilan gue juga kayak gini, pasti mencolok banget. Kita bisa ketauan," Vallen berkata khawatir sembari menggenggam erat pergelangan tangan Dimmy. Dimmy menatap Vallen dari atas hingga bawah, lalu berjongkok dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah jaket sport berwarna hitam dan sebuah karet dapur.

"Pake jaket gue aja nih. Dan ini, kuncir rambut lo pake karet ini," Dimmy menyerahkan jaketnya. Vallen segera mengenakannya dan tak lupa menguncir rambutnya dengan karet dapur yang juga diberikan Dimmy. Jaketnya agak kebesaran, tetapi tak masalah baginya. Vallen dapat mencium aroma vanilla yang menguar dari jaket tersebut. Aroma tubuh Dimmy. Vallen sedikit berdebar memikirkan hal itu, tetapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Ia harus konsentrasi terhadap masalah King!

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang