Part 4

7.9K 585 16
                                    

Joy terlihat menemani Zee di ruang kesehatan setelah berganti pakaian.

"Gimana keadaan kamu? Udah enakan? Sakit apa?" Joy bertanya beruntun seperti mesin lokomotif.

"Udah lebih baik. Udah kok. Cuma kena maag aja," Zee menjawab dengan singkat tetapi lengkap.

Joy mengerucutkan bibirnya. "Cuma kata kamu? Gimana pun juga maag itu penyakit! Sama aja bahayanya kayak penyakit laen! Inget, dijaga ya menu makananya! Kalo makan tuh yang teratur, harus sarapan. Apalagi pas mau upacara atau olahraga. Itu tuh wajib Zee ... walaupun kamu nggak ngerasa laper, tapi tetep aja, harus sarapan! Minimal 5 suap atau roti juga ga apa-apa, yang penting perut keisi. Nih ya, tetangga aku dulu ada yang sakit maag dan itu udah akut banget. Dan sekarang? Dia udah meninggal gara-gara maagnya udah terlalu parah! Serem kan? Jadi...."

Zee menghela napas mendengar cerocosan yang keluar dari mulut Joy. Cepet banget! Bahkan Zee tidak yakin ingat apa-apa saja yang telah Joy katakan.

Tanpa sadar, Zee teringat Dimmy. Walaupun anak itu nyebelin dan banyak tanya (menurutnya), tetapi ia tak bisa menyangkal bahwa Dimmy juga mempunyai sisi baik. Ia teringat wajah khawatir milik Dimmy saat Zee menangis tadi. Ia juga teringat saat Dimmy menggandeng tangannya, merangkul pundaknya, dan senyuman lebarnya saat mereka hampir tiba di gedung Achilleo Academy. Zee segera menepis pikiran-pikiran itu. Wajahnya memanas karena teringat kembali bahwa tadi ia menangis di depan anak itu. Malunya bukan main.

"Ngerti?" pertanyaan Joy membuyarkan lamunan Zee. Zee sedikit gelagapan, lalu menjawab seadanya.

"I-iya."

"Bagus," balas Joy, merasa puas. Ia telah senang setelah menasihati Zee ini-itu dan menceritakan cerita mengerikan tentang penyakit maag. Padahal Zee sama sekali tidak memperhatikan maupun mendengarkannya.

"Oh iya, tadi urutan pertama ya? Gimana tuh berentinya?" tanya Zee, sedikit penasaran. Joy sedikit terdiam, lalu terkikik. "Lho? Kenapa lo malah ketawa..." Zee menatap Joy dengan heran.

"Hehehe, abisnya lucu! Tadi tuh aku sama Ray nabrak Mr. Joshi sampe dia kejengkang ... kasian banget deh pokoknya! Mukanya keliatan keliyengan gitu," Joy bercerita singkat. Zee hanya tertawa pelan, membayangkan wajah garangnya Mr. Joshi saat terjengkang karena ditabrak oleh Joy dan Ray.

"Oh iya, Mr. Joshi bilang bakal kasih hadiah untuk pasangan urutan pertama. Lo dapet apa?" tanya Zee lagi.

Joy nyengir seketika. Ia mengeluarkan sebatang cokelat putih Toblerone dari saku jaketnya dan memamerkannya kepada Zee. "Ayo kita makan sama-sama!"

***

Sudah seminggu lebih Zee berada di sekolah ini. Semakin lama, ia semakin terbiasa menghadapi kelakuan aneh teman-temannya. Tidak hanya di kelas 10-G, tetapi juga kelas lain.

Seperti hari ini. Nampak ruang kelas 10-G yang ramai dan tak bisa dikondisikan jika tak ada guru seperti biasa. Zee dan beberapa anak perempuan lain kelihatan sedang bercengkerama satu sama lain, membicarakan gosip-gosip terhangat satu sekolah maupun yang di luar sekolah. Walaupun Avo hanya diam mendengarkan, tetapi anak-anak lainnya tidak risih dengan keberadaannya. Anak itu memang jarang sekali berbicara. Ia hanya berbicara jika menurutnya penting saja.

"Eh, eh, tau ga? Cogan di kelas 11-B, si Kak Davian ituuu! Sumpah ganteng bangeeett!!!" cerocos Joy.

"Erte! Anjir, gans parah! Dia mirip bintang iklan di iklan cokelat Silverqueen! Future husband gue tuh, hehehe..." celetuk Adissa, yang langsung mendapat sorakan dan lemparan sedotan bekas dari anak-anak lainnya.

"Huuuu ... ngimpi!" hardik Zee. Yang lain kompak menyetujui.

"Eh, tapi Kak David lumayan juga."

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang