Part 17

4.4K 323 2
                                    

Semenjak kejadian tanggal 28 September itu, Zee memang agak canggung bila bertemu dengan Dimmy, tetapi untungnya ia bisa menyesuaikan keadaan—tidak, mereka berdua yang bisa menyesuaikan keadaan sehingga keduanya tidak merasa canggung lagi bila berhadapan.

Dimmy yang selalu ceria dan iseng, dan Zee yang selalu berpura-pura tidak peduli, tetapi akhirnya terbawa suasana Dimmy juga, seperti biasa. Celmo selalu bersikap tidak mau peduli, seperti biasa juga. Sementara Ray, ia sudah meminta maaf atas kejadian malam itu, dan berkata bahwa ia sama sekali tidak menyadari perbuatannya. Atas kelakuannya mabuk tersebut ia dihukum oleh Mr. Andre, tidak boleh memasuki kelas selama seminggu beturut-turut. Ia harus belajar sendiri bersama guru khusus di ruang rehabilitasi Achilleo Academy.

"Gila! Sumpah! Ruang rehabilitasi serem banget!" Ray bercerita pada saat ia telah selesai melaksanakan hukumannya di ruang khusus anak-anak bermasalah.

"Serem? Katanya enak ... kata anak laen sih," Zico menanggapi.

Ray menggeleng, "Anjir! Enak apanya? Ruangannya putih semua, cuma ada sofa ama meja kecil doang! Ber-AC sih emang, kayak kelas kita, tapi AC-nya lebih dingin. Masalahnya ... gue sendirian," Ray memelas seketika. Anak hyperactive ini memang paling anti dengan suasana sepi dan sendirian.

Hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan. Ini sudah pertengahan bulan November, dan anak-anak Achilleo Academy sudah menerima rapot belajar mereka selama semester pertama ini. Sebagian orangtua juga ada yang berdatangan, tetapi sebagian lagi tidak. Seperti Celmo, contohnya.

"Cel, orangtua lo yang mana?" Dimmy iseng bertanya saat hari pengambilan rapot siswa sambil merangkul Celmo yang ada di sebelahnya. Celmo, Dimmy, dan Ray sedang menatap para orangtua murid dari jendela kelas yang duduk di dalam kelas mereka, menunggu giliran maju ke depan untuk menerima laporan belajar sekaligus bercengkerama dengan Mr. Ronald.

Celmo menatap Dimmy tajam, lalu melepaskan rangkulan anak itu dengan kasar. "Gak tau dah," jawab Celmo datar.

"Terus yang ngambil rapot lo siapa?" Ray ikut-ikutan bertanya.

Celmo menggeleng, "Gak tau kan gue bilang? Udah, gak usah banyak nanya," tegas Celmo. Raut wajah galaknya benar-benar menandakan bahwa ia kesal dan tidak menyukai topik pembicaraan mereka kali ini.

Dimmy yang baru ingat masalah pribadi Celmo hanya menutup mulutnya. Ya, saat pertama kali masuk Achilleo, Celmo diantar dengan seorang wanita yang dia bilang sebagai guru SMP-nya dulu. Celmo juga sempat bercerita keadaan keluarganya kepada Dimmy sewaktu mereka baru pertama kali bertemu atas paksaan dari Dimmy.


Setelah selesai pembagian rapot....

"Dimmy! Mama pulang dulu ya, Sayang ... jaga diri baik-baik! Jangan bandel!" Nyonya Vera—ibunda Dimmy, menghampiri anak bungsunya itu dan menciumi dahinya dengan penuh kasih sayang.

"Aduh, Ma ... udah, udah, udah!" Dimmy sedikit menjauh, malu dilihat teman-temannya yang nampak senyam-senyum menggoda menatapnya. Ternyata mamanya Dimmy itu wanita yang sangat cantik! "Ma, nilai rapot aku gimana?"

"Haha, biasa lah. Tingkatin lagi dong belajarnya! Dari dulu segini-segini aja," Dimmy hanya memamerkan cengiran bodohnya saat diomeli oleh mamanya.

"Ma! Ayo, ah!" Abris, kakak pertama Dimmy yang kebetulan ikut menghardik.

"Eh, itu kakaknya Dimmy?" Joy berbisik di telinga Zee. Zee hanya mengangguk, tidak tertarik. "Serem masa..." komentar Joy. Kali ini Zee yang mendengarnya sedikit terkikik. Bagaimana Joy tidak bilang begitu? Kakaknya Dimmy memang mirip sekali dengannya, tindikannya juga di mana-mana. Di telinga, hidung, bawah bibir, bertato pula!

Achilleo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang