#1 : Interview

38.1K 1.4K 102
                                    

"Mom, ini hal terbodoh yang harus kulakukan. Aku tak setuju dan maaf, kali ini aku tak akan mengikuti perintahmu." Harry Styles berkata tegas dengan tangan yang terlipat di depan dada. Tatapannya tajam, terarah pada sang Ibunda, Anne Styles yang juga tengah menatapnya tajam. Mereka berdua tengah berbicara serius, di ruang keluarga, sebelum Harry pergi untuk bekerja.

Anne mengernyitkan dahi. "Baiklah. Jika kau tak mau menurut, aku minta, dalam waktu seminggu, kau sudah membawa calon istri pilihanmu ke hadapanku. Jika tidak, mau tak mau, kau harus menerima calon istri pilihanku untukmu." Anne berujar tegas dan tenang. Harry membuka mulut dan hendak memprotes perintah Anne saat Anne memberikannya tatapan mematikan sambil berkata, "ini keputusan finalku. Waktumu satu minggu. Setelah itu, aku tak peduli, kau harus menikah tahun ini."

Anne memberi tatapan tajam terakhir kepada Harry sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan Harry di ruang keluarga tersebut. Harry menatap punggung Ibunya yang kemudian hilang dari balik pintu. Harry menarik nafas dan menghelanya perlahan. Dia memejamkan mata dan menundukkan kepala.

Satu minggu? Untuk mencari calon istri? Bagaimana bisa? Semenjak Harry memutuskan untuk mengambil alih perusahaan keluarganya setelah ayahnya, Des Styles, meninggal dunia karena kecelakaan, Harry meninggalkan kehidupan lamanya. Harry yang sekarang, bukanlah Harry yang dulu lagi. Harry yang sekarang bukanlah Harry yang sering bergonta-ganti pasangan sehari sekali. Harry yang sekarang lebih memprioritaskan pekerjaan daripada pasangan.

Jadi, bagaimana Harry bisa mendapatkan calon istri jika dalam dua tahun belakangan, dia tak pernah berpikir sedikitpun untuk mendapatkan pasangan?

Harry berbalik dan berjalan meninggalkan ruang keluarga. Harry tak mau memikirkan hal itu. Lagipula, Ibunya pasti bercanda, kan? Satu minggu? Mencari calon istri? Bagaimana mungkin? Menikah dan berpacaran jelas berbeda. Harry sudah beberapa kali berpacaran dulu dan hubungan percintaannya tak pernah berlangsung lama. Paling lama hanya tiga bulan dan setelah itu, semuanya berakhir. Kalau menikah? Bukankah menikah itu sebisa mungkin harus dipertahankan, selamanya?

*****

Harry melangkah memasuki kantornya dan beberapa karyawan langsung memberikan sapaan hangat kepadanya. Harry tak membalas mereka dan tetap berjalan menuju ke lift. Harry menekan tombol 13 dan berdiri tenang di depan lift, menunggu lift terbuka untuknya. Beberapa karyawati menatapnya dengan tatapan kagum dan beberapa karyawan menatapnya merinding. Harry sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu.

Para karyawati mengagumi ketampanannya. Secara fisik, Harry memang sangat tampan. Dia mempunyai tubuh proporsional dan bentuk wajah yang tegas. Rambutnya keriting berwarna cokelat gelap, yang selalu terlihat rapih menghiasi kepalanya. Tatapannya tajam, dengan iris mata emerald indahnya. Kemudian, bibirnya, well, siapa wanita yang tidak mau menyentuh bibir yang terlihat sangat menggairahkan itu?

Berbanding terbalik dengan para karyawati, para karyawan takut akan pembawaannya. Sejak awal bergabung dengan perusahaan keluarganya, Harry yang semula dapat dikatakan ramah dan pandai bergaul, berubah menjadi Harry yang sangat dingin dan sulit tersentuh. Harry tak akan memulai segala sesuatu duluan. Dia lebih sering mengomentari daripada memulai pembicaraan. Komentar Harry juga terkenal sangat tajam dan menusuk. Harry tak pernah main-main akan apapun yang ke luar dari mulutnya. Wajahnya selalu memancarkan hal yang sama. Keseriusan. Tak ada ekspresi lain yang muncul sesering ekspresi keseriusan.

Pintu lift terbuka dan beberapa karyawan berhambur ke luar dari dalam lift, beberapa di antara karyawan itu menyapa Harry dan sisanya hanya menundukkan kepala dan berjalan menjauh. Harry memasuki lift dan menekan tombol 13, menuju ke ruang kerjanya.

Lift akhirnya berhenti tepat di lantai 13. Harry ke luar dari lift dan segera berjalan hendak menuju ke ruang kerja sampai seorang karyawati menghentikan langkah di hadapannya. Karyawati itu terlihat gemetaran saat berada di hadapan Harry dan Harry hanya menatapnya datar. Harry menunggu karyawati itu bicara terlebih dahulu. Harry tak akan memulai pembicaraan.

No ControlWhere stories live. Discover now