#3 : Boss

14.1K 1.1K 82
                                    

"Jadi, apa yang harus kukerjakan hari ini?" tanya Taylor kepada Harry setelah kedua membuat persetujuan untuk saling memanggil dengan nama panggilan masing-masing. Harry memberikan senyuman tipis kepada Taylor. "Siapa bilang kau akan mengerjakan sesuatu hari ini? Siapa yang bilang kau sudah resmi menjadi asisten pribadiku?"

Taylor mendesah pelan. "Oh, ayolah. Aku sudah mengikuti wawancara dengan karyawati-yang-tidak-kuketahui-namanya itu dengan sangat baik. Aku sudah datang lima menit lebih awal dari perjanjian. Aku sudah membeli seragam kantor baruku kemarin. Aku sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk dapat bekerja di sini."

"Apa kau sudah mempersiapkan mentalmu untuk menghadapiku?" Harry memberi pertanyaan yang membuat Taylor mengernyit. Taylor mengedarkan pandangan ke kiri-kanannya sebelum menatap Harry tajam. "Jadi, apa kau semenyeramkan yang para karyawan katakan kepadaku?" Taylor bertanya, setengah berbisik. Harry diam sebelum terkekeh. "Apa yang mereka katakan tentangku?" tanya Harry penasaran seraya meletakkan tangannya di atas meja.

"Mereka bilang, kau menyeramkan. Lebih menyeramkan dari hantu yang ada di film Anabelle."

Harry mengernyit. "Anabelle?"

Taylor memutar bola matanya. "Jangan katakan jika kau belum menonton film Anabelle! Astaga, Harry Styles! Ini tahun 2014 dan Anabelle adalah salah satu penjelas film The Conjuring! Tunggu. Jangan katakan jika kau belum menonton film The Conjuring juga!" Taylor menganga dan menggeleng-gelengkan kepala. Harry menghela nafas. "Aku bahkan tak pernah tahu jika ada film berjudul The Conjuring dan Anabelle."

Taylor berdecak dan melipat tangan di depan dada. "Sudah kuduga sebelumnya."

"Apa?" Harry bertanya penasaran.

"Kau." Taylor menunjuk Harry dan Harry cukup terkejut melihat tingkahnya. "Memang terobsesi untuk bekerja! Apa kau tak bosan terus-menerus berada di sini, menatap layar laptopmu dan kertas-kertas yang tak menarik sedikitpun itu? Jika aku menjadi kau, aku tak akan datang ke kantor. Tugasku hanya mengontrol kantor dari tempat di mana aku akan bersenang-senang."

Harry tersenyum tipis dan mulai meraih map yang ada di sisi kanan mejanya. Harry membuka map tersebut dan membaca isinya. Map itu adalah map berisikan biodata lengkap gadis duduk di hadapannya kali ini. Gadis yang akan menjadi asisten pribadinya, entah sampai kapan.

Harry kembali menutup map tersebut dan beralih menatap Taylor. Harry bertopang dagu dan menatap Taylor lekat sambil menginteruksi, "ceritakan semua tentangmu, Taylor. Sepertinya, kau pencerita yang baik."

Taylor tersenyum. "Aku memang pencerita yang baik. Aku menulis semua ceritaku dalam bentuk lagu dan merekamnya di ponselku." Harry menganggukkan kepala. "Terdengar cukup menarik. Tapi, jika kau biasa menulis lagu dan bernyanyi seperti yang kau ceritakan, kenapa kau mengambil Ekonomi dan bekerja di sini sebagai asisten pribadiku? Kenapa kau tidak mencoba peruntunganmu dalam dunia musik? Mungkin kau lebih cocok berada di sana."

"Orangtuaku tak mengizinkanku menekuni musik. Mereka hanya mengizinkanku memainkan musik di waktu senggang. Mereka bilang, musik itu bakat alami dan tak perlu terlalu ditekuni. Makanya, aku menuruti mereka untuk belajar Ekonomi dan berakhir seperti sekarang." Taylor menjelaskan. Harry kembali menganggukkan kepala.

"Dari cara bicaramu, kau tidak terdengar seperti British. Apa kau punya darah Prancis?" tanya Harry. Taylor terkekeh. "Prancis? Bagaimana kau dapat menyimpulkan jika aku mempunyai darah Prancis?"

"Pertama dari postur tubuhmu. Setahuku, gadis Bristish sangat jarang ada yang mencapai tinggi sepertimu. Tinggimu hampir sama denganku. Ah, ya, tinggiku 184 sentimeter." Taylor tersenyum, "tinggiku 180 sentimeter. Beda 4 sentimeter darimu." Harry ikut tersenyum tipis. "Pastikan kau tak pernah memakai high heels yang tingginya lebih dari 4 sentimeter, Taylor. Aku tak mau terlihat pendek saat berjalan denganmu." Taylor terkekeh.

No ControlWhere stories live. Discover now