#27 : Thinking of You

7.9K 756 48
                                    

Taylor kembali ke rumahnya sore hari, di antar oleh Abigail. Taylor mengernyitkan dahinya saat melihat mobil mewah yang sudah pasti adalah milik Harry sudah terparkir di halaman rumahnya saat mobil Abigail baru berhenti di depan area rumah Taylor.

“Kau punya tamu, Taylor?” tanya Abigail seraya melirik ke arah mobil tersebut. Taylor menganggukkan kepala. “Dia akan ikut makan malam bersama keluargaku malam ini.” Taylor melepaskan sabuk pengaman yang dia kenakan dan memeluk singkat Abigail.

“Terima kasih atas hari ini, Abi. Aku akan menghubungimu lagi nanti,” ujar Taylor sebelum meraih kantung belanjaannya dan ke luar dari mobil Abigail. Taylor melangkah memasuki area rumahnya sesekali melirik ke mobil sewaan Harry. Untuk apa Harry datang sesore ini? Bukankah dia harusnya datang malam nanti?

Taylor masuk ke dalam rumahnya dan menemukan Ibunya tengah membersihkan ruang tamu. Andrea menghentikan kegiatannya dan mendekati Taylor. “Akhirnya kau pulang. Bagaimana harimu bersama dua sahabatmu itu?” tanya Andrea seraya memberikan kecupan singkat di pipi Taylor.

Taylor menjatuhkan bokongnya di sofa. “Sangat melelahkan, Mom. Abigail dan Karlie butuh waktu berjam-jam hanya untuk membeli satu buah dress untuk masing-masing. Lalu, kami pergi ke tempat karaoke untuk mendengar seberapa bagusnya suara Abigail yang dapat memecahkan kaca di sekelilingnya.” Taylor menceritakan apa yang dia lalui dan Andrea terkekeh.

“Aku selalu tahu jika Abigail tak punya bakat di dunia tarik suara.” Komentar Andrea. Taylor menganggukkan kepalanya setuju dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

“Bagaimana jika kau mandi sekarang, Taylor? Kau tidak mau membuat seseorang menunggu, kan?” tanya Andrea seraya mengedipkan sebelah alisnya. Taylor mengernyit. “Maksudnya?” tanya Taylor heran.

“Harry sudah sampai sejak setengah jam yang lalu. Dia tengah mengobrol dengan ayahmu di halaman belakang. Tadi, dia meminta izin untuk mengajakmu makan malam bersamanya di luar. Jadi, bersiap-siaplah. Berdandan yang cantik untuknya.” Taylor menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Ibunya tersebut. Andrea menggoda Taylor.

Taylor bangkit berdiri. “Mom, pertama, jangan menggodaku seperti itu. Kedua, pasti dia hanya mengajakku makan malam untuk membicarakan pekerjaan, mengingat dia adalah bosku. Ketiga, aku tak perlu berdandan yang cantik untuknya. Jikapun ini makan malam hanya aku dan dia, ini makan malam yang sangat biasa.”

“Makan malam itu akan jadi luar biasa, nantinya. Sudah. Sana mandi dan rapikan penampilanmu. Jangan membuatku malu di hadapan Harry. Dia pria terpandang, kau tahu?” Andrea mendorong Taylor agar segera bergegas. Taylor memutar bola matanya dan bergegas menuju ke kamarnya.

*****

Taylor baru selesai mandi dengan handuk yang masih melilit di tubuhnya. Taylor membuka lemari pakaiannya dan mencari pakaian yang harus dia kenakan. Sesekali, Taylor bersiul riang. Entah kenapa, Taylor senang akan bertemu Harry sebentar lagi. Pasalnya, sudah hampir seharian penuh, Taylor tak bertemu dengan Harry.

Sesaat kemudian, Taylor diam dan mengernyit. Kenapa dia harus berpikiran bodoh seperti itu? Memangnya kenapa dia harus senang bertemu dengan Harry? Bukankah hampir tiap hari dia bertemu dengan Harry?

Taylor menggeleng-gelengkan kepalanya dan meraih salah satu dress malam yang dia punya. Dress berwarna hitam dengan sedikit sentuhan garis putih di sisi kirinya. Dress itu berlengan panjang dan pendek. Hanya mencapai lutut Taylor jadi, untuk mengakalinya, Taylor mengenakan stocking hitam.

Taylor menatap bayangan dirinya di cermin. Taylor mengernyit. Dia terlihat sangat aneh saat mengenakan dress seperti ini. Taylor berkali-kali memutar tubuhnya, melihat apakah dia pantas mengenakan pakaian seperti ini sampai akhirnya, sebuah ketukan terdengar. Taylor menghela nafas dan berjalan untuk membuka pintu tersebut.

No ControlWhere stories live. Discover now