#9 : Beautiful

10.8K 943 36
                                    

Hari itu pula, Taylor menandatangani surat perjanjiannya dengan Harry. Di surat itu, tertulis jika Taylor harus menjadi 'pacar' Harry, tanpa batas waktu dan Harry akan membantu orangtua Taylor melunasi hutang-hutangnya.

Setelah pembicaraan panjang mereka tentang perjanjian tersebut, Harry dan Taylor memutuskan untuk bersikap normal di kantor. Selama di kantor, mereka tetap saja atasan dan asisten pribadinya. Taylor hanya akan bekerja sebagai 'pacar' Harry di luar kantor. Terlebih lagi, di hadapan Ibu Harry.

"Kau bercanda? Kenapa hari ini? Aku baru saja menandatangani surat perjanjian beberapa menit yang lalu dan sekarang, kau sudah memintaku untuk menemui Ibumu? Kau pasti gila." Taylor melipat tangannya di depan dada, menggeleng-gelengkan kepala kepada Harry yang berdiri di sampingnya. Keduanya tengah berada di lift, menuju ke lantai satu.

"Aku memang gila dan kau harus menuruti perintah gilaku, Taylor. Ibuku akan memperkenalkan temannya dan sudah pasti dengan anak gadis yang akan dijodohkan denganku. Jika Ibuku tahu aku sudah mempunyai pacar yaitu kau, kemungkinan besar, dia akan membatalkan rencana semulanya dan membiarkanku bersamamu." Harry berujar tenang dan di saat bersamaan, pintu lift terbuka. Harry berjalan mendahului Taylor ke luar dari lift. Taylor mengikutinya dari belakang.

Saat mereka tengah berjalan, mereka menjadi pusat perhatian karyawan-karyawan yang berada di sana. Pasalnya, dari sekian banyak karyawan yang ada di Styles Enterprise, sangat jarang ada karyawan yang bisa berjalan sedekat itu dengan Harry. Harry sangat menjaga jarak dengan para karyawannya. Tapi, sekarang, sangat terlihat jelas kedekatan Harry dan Taylor.

"Aku benci jadi pusat perhatian." Gumam Taylor namun, Harry dapat mendengarnya dengan cukup jelas. Harry hanya tersenyum tipis.

Seorang penjaga membukakan pintu supaya Harry dan Taylor dapat ke luar dari kantor. Taylor menarik nafas, sesampainya di luar kantor, merasakan angin yang berhembus menerpa kulitnya secara langsung. Taylor mendongak, menatap ke langit dan tampaknya, sebentar lagi akan turun hujan. Langit terlihat tak bersahabat. Awan-awan hitam berada di sana, bersiap-siap beraksi. Padahal masih pukul 5 sore.

"Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan," ujar Taylor, membuka percakapan saat dia dan Harry berjalan menuju ke halaman parkir, tempat Harry memarkirkan mobilnya. Harry hanya merespon Taylor dengan anggukkan kepalanya.

Sesampainya di halaman parkir, beberapa penjaga merapat dan memberikan penghormatan kepada Harry. Harry tak meladeni mereka dan memutuskan untuk langsung menuju ke tempat di mana mobil Range Rover hitamnya terparkir. Harry merogoh saku celananya dan mengeluarkan remot kontrol yang langsung membuat pintu mobil terbuka, tanpa perlu memasukkan kunci.

Harry masuk ke dalam mobil dan Taylor hanya diam, melihat Harry yang menghilang ke dalam mobil. Harry mengatur posisi mobilnya sebelum mulai melajukannya pelan. Harry menghentikan mobilnya dekat dengan Taylor yang masih berdiri tak melakukan apapun. Harry memutar bola matanya dan membuka kaca mobilnya.

"Masuk mobil, Taylor. Aku tak memintamu untuk mematung di sana." Perintah Harry. Taylor menganggukkan kepala dan menuruti Harry.

Harry melajukan mobilnya, dengan kecepatan yang sudah dapat Taylor kirakan akan terjadi. Selama Harry mengendarai mobil, yang Taylor lakukan adalah memejamkan mata dengan mulut yang berkomat-kamit. Jari-jari tangannya menyatu. Well, dia tengah berdoa supaya Tuhan melindunginya dan tak akan terjadi apapun.

Harry menghentikan mobilnya tepat di halaman parkir sebuah salon dan diam sesaat, menunggu reaksi Taylor namun, Taylor tak memberikan reaksi apapun. Harry menoleh dan menahan tawa saat melihat Taylor yang masih berdoa.

"Tuhan mengabulkan doamu. Kita sampai dengan selamat. Kau bisa membuka mata sekarang." ujar Harry. Secara perlahan, Taylor membuka matanya dan menghela nafas lega saat menyadari Harry sudah tak lagi menyetir. Taylor menatap keadaan sekitar melalui kaca mobil Harry.

No ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang