#54 : Jealous

6.7K 612 13
                                    

Harry benci harus bersenang-senang ke tempat seperti ini. Bayangkan saja, Gemma memaksanya untuk menyetir ke mall. Mall jelaslah bukan tempat bersenang-senang yang bagus untuk pria, apalagi pria seperti Harry Styles yang dapat dipastikan, tidak akan pergi ke mall jika tidak ada yang memaksa, kali ini Gemma yang memaksa.

Harry juga tak tahu kenapa semenjak dia bertemu lagi dengan Taylor beberapa hari yang lalu, dia menjadi seorang penurut. Harry menuruti semua kemauan Gemma. Padahal, sebelumnya, Harry mengabaikan keberadaan Gemma di rumahnya.

Itu karena kau tahu kedekatan Taylor dan Gemma. Harry menggelengkan kepalanya saat mendengar suara itu muncul dalam kepalanya. Tidak, dia tidak peduli Taylor kembali atau tidak. Harry sudah cukup sakit hati akan kepergian Taylor satu tahun lalu, dengan hanya meninggalkan sebuah voicemail. Sampai detik ini, Harry masih menyimpan voicemail itu.

"Taylor!"

Nama Taylor seperti daya tarik tersendiri bagi Harry. Mendengar Gemma meneriakkan nama Taylor, Harry buru-buru mencari keberadaan gadis itu. Taylor berjalan mendekati mereka, dengan pria model itu di sampingnya. Well, tadi, mereka memang berpisah. Abigail dan Gemma-yang langsung menarik Harry agar ikut bersamanya-langsung menuju ke gerai pakaian sementara, Sean mengajak Taylor, entah ke mana.

"Apa yang kalian dapatkan?" tanya Gemma, melirik dua kantung plastik yang Taylor bawa dengan penuh semangat.

"Sean mengajakku ke toko CD dan kami membeli beberapa CD musisi kesukaan kami." Taylor tersenyum seraya menunjukkan plastik yang dia bawa. "Aku senang, ada seseorang yang punya selera musik sama denganku," Taylor menambahkan seraya melirik sekilas ke arah Harry yang tampak berusaha mengabaikan keberadaan mereka.

Gemma meraih kantung plastik yang Taylor bawa dan melihat isinya. "Lady Antebellum dan Tim McGraw. Country?" tanya Gemma. Taylor menganggukkan kepala antusias. "Tepat sekali."

"Kau tidak membeli pakaian atau sesuatu selain CD ini?" tanya Abigail, melirik kantung plastik yang Taylor bawa lainnya.

"Ah, ya. Aku menemani dan membantu Sean memilih kaus yang dibelinya dan aku membeli kaus untuk adikku, Austin." Taylor menjawab tenang. Abigail dan Gemma memicingkan matanya. "Kau tidak membeli pakaian untukmu sendiri?" tanya mereka bersamaan.

Taylor terkekeh dan menggeleng. "Aku kurang menyukai model pakaian di sini. Aku akan membeli pakaian, di tempat lain nanti."

"Sudah selesai shopping-nya, kan? Bisa kita pulang sekarang?" Harry menginterupsi obrolan mereka. Gemma melayangkan tatapan tajam kepada adiknya. "Bisakah kau bersabar seperti Sean? Dia bahkan tak mengeluh sedikitpun sedari tadi! Seharusnya kau belajar menjadi pria yang baik, sepertinya!" Harry memutar bola matanya. "Tidak, terima kasih. Ayo, pulang."

"Kalian bertiga bisa pulang terlebih dahulu." Kali ini, Sean yang sedari tadi diam, buka suara, sesekali melirik Harry.

"Bertiga?" Harry bertanya, bingung.

"Ya. Kau, Gemma, dan Abigail. Aku akan mengajak Taylor ke suatu tempat dan aku yang akan mengantarnya kembali ke hotel nanti." Sean menjelaskan dengan santai. Taylor menoleh ke arah Sean, memberi tatapan seakan bertanya 'kau serius?' dan Sean mengangguk sambil tersenyum manis. Harry menghela nafas, meredakan gejolak aneh saat melihat Taylor dan Sean.

"Terserah."

Harry berbalik dan melangkah menjauh begitu saja. Gemma dan Abigail berpamitan kepada Taylor dan Sean, sebelum melangkah mengikuti Harry. Gemma memperhatikan Harry dari belakang. Gemma mengangkat sebelah alisnya saat sadar jika tangan Harry mengepal dan sedikit bergetar.

*****

Taylor menganga saat sadar ke mana Sean membawanya. Sean membawanya ke sebuah stadion sepak bola, yang tengah dipadati oleh orang namun, sepertinya orang-orang yang datang ke sana bukanlah penggemar sepak bola. Taylor memicingkan mata, melihat lebih detail pakaian yang dikenakan orang-orang di sana, sebelum menyadari gambar yang tertera di sana.

No ControlWhere stories live. Discover now