#16 : Jasmine

10.3K 862 10
                                    

“Harry?”

Harry menahan nafas sesaat, menyadari siapa yang berada di hadapannya saat ini. Taylor memperhatikan Harry dengan bingung, sebelum mengikuti ke mana arah tatapan Harry. Taylor mengernyit saat mendapati seorang gadis latin berambut hitam pekat. Dia terlihat sangat cantik.

“Jasmine.”

Taylor melirik kembali ke arah Harry yang masih berdiam di tempatnya. Jasmine. Kata itu ke luar dari mulut Harry, bersamaan dengan raut wajahnya yang tiba-tiba saja berubah. Taylor tak tahu harus berkata apa. Gadis itu melangkah mendekat hingga akhirnya, sampai tepat di hadapan Harry.

“Lama tak bertemu, Harry,” gadis itu berujar dengan senyuman manis di bibirnya. Harry menarik nafas, menghembuskannya perlahan sebelum bertanya dengan dingin, “apa yang kau lakukan di London?”

Senyuman Jasmine perlahan memudar. “Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau tak mau memberikanku pelukan selamat datang?” Jasmine merentangkan tangannya dan mulai kembali tersenyum. Harry menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak, terima kasih. Aku tak pernah ingin kau kembali. Well, aku harus pergi. Bye.”

Harry berbalik dan berjalan menjauh. Taylor masih berdiri di sana bingung selama beberapa detik sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusul Harry, mengingat Taylor tak tahu jalan menuju kembali. Taylor masih sangat asing dengan jalanan kota London.

“Harry!”

Taylor memanggil Harry yang berjalan sangat cepat. Langkah kaki Harry terhenti dan dia menoleh ke belakang. Mendapati Taylor yang tengah membungkuk, mengatur pernafasan. Rasanya seperti baru berlari marathon bagi Taylor, saat dia harus mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Harry.

Harry menghela nafas dan berjalan menghampiri Taylor. Taylor menegakkan tubuhnya, masih dengan nafas tersengal-sengal. “Kau berjalan terlalu cepat.” Gerutu Taylor.

“Kau yang berjalan terlalu lama. Kau lamban.” Harry melipat tangan di depan dada.

“Kenapa kita harus pergi? Kau bersikap tidak sopan pada gadis itu.” ujar Taylor, ikut melipat tangan di depan dada.

“Karena aku tak mau berhubungan lagi dengannya. Aku akan mengantarmu pulang,” Harry hendak berbalik dan melanjutkan langkahnya namun, Taylor dengan cepat meraih lengan Harry dan menahannya. Harry kembali menoleh. Taylor memasang wajah memelas. “Harry, please, aku masih mau melihat-lihat stand lainnya. Tak ada festival lagi minggu depan.”

Harry menggeleng. “Aku akan mengantarmu pulang. Apa itu terdengar kurang jelas di telingamu?”

Taylor mengerucutkan bibir dan melepaskan tangannya yang semula memegang lengan kekar Harry. “Tak perlu mengantarku, Harry. Aku akan pulang sendiri. Terima kasih sudah mengantar dan menemaniku sampai di sini. Aku akan melihat-lihat stand yang lain sendiri. Sampai bertemu besok.”

Kali ini, Taylor yang berbalik dan berjalan cepat sebelum akhirnya, menghilang dari pandangan Harry, ke dalam kerumunan orang yang ada di festival tersebut. Harry menahan nafas dan menghelanya cepat sebelum memutuskan untuk berbalik dan mengabaikan tingkah kekanak-kanakan Taylor.

*****

Taylor mendengus saat menyadari baterai ponselnya habis dan menyebabkan ponselnya mati. Sudah hampir dua jam Taylor berkeliling di sekitar festival, seorang diri. Sudah lama Taylor tidak pergi ke festival dan Taylor selalu senang berada di festival. Setidaknya, berada di festival bisa membuatnya tidak kesepian.

Festival masih tampak penuh sesak dan Taylor mulai merasa cukup. Taylor melihat jam yang terpaut di dinding salah satu stand dan menunjukkan pukul 9 malam. Dia harus bekerja besok dan Taylor harus menemukan jalan kembali ke apartemennya, mengingat Taylor tak tahu di mana dia berada sekarang.

No ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang