#45 : Another Option

7.3K 655 10
                                    

Keesokan harinya, Harry langsung berangkat menuju ke Styles Enterprise setelah menginap di apartemen Taylor. Harry mandi di rumah Taylor dan untungnya, dia selalu membawa beberapa pakaian ganti di dalam mobilnya jadi, tak ada yang perlu di khawatirkan. Mustahil, kan, seorang CEO datang ke kantornya dalam keadaan belum mandi?

Mobil Harry berhenti tepat di halaman parkir Styles Enterprise. Mata Harry memicing saat dia melihat sebuah mobil yang sudah sangat dia kenali terparkir tak jauh darinya. Harry memejamkan mata. Itu mobil Ibunya, Anne. Harry dapat menebak apa yang akan terjadi di dalam sana nantinya.

"Harry?"

Taylor memanggil Harry dengan heran. Harry diam saja setelah memarkirkan mobil. Dia menatap lurus ke depan. Membuat Taylor heran.

Harry akhirnya menoleh ke arah Taylor dan memberi gadisnya itu senyuman tipis sebelum melepas sabuk pengamannya. "Tay, kau tunggu di sini, okay? Jangan pergi ke manapun sampai aku kembali. Aku akan kembali secepatnya." Perintah Harry. Taylor mengernyit. "Kenapa aku harus menunggumu di sini?" tanya Taylor, merasa aneh.

Namun, Harry tak menjawab pertanyaan Taylor. Pria itu sudah membuka pintu dan ke luar dari mobil. Kemudian, Harry sempat melemparkan senyuman manisnya kepada Taylor dari luar mobil, sebelum melangkah cepat memasuki Styles Enterprise. Meninggalkan Taylor yang benar-benar bingung atas sikap Harry.

Harry melangkah cepat, mengabaikan sapaan para karyawannya. Harry menekan tombol angka tiga belas di depan lift dan segera masuk ke dalam lift saat lift terbuka. Harry kembali menekan tombol tiga belas yang ada di dalam lift dan memejamkan mata. Berusaha menerka-nerka apa yang akan terjadi hari ini. Berharap semua terkaannya itu salah.

Lift berhenti tepat di lantai tiga belas. Harry bergegas menuju ke ruangannya dan saat membuka pintu, Harry sudah mendapati sang Ibu yang duduk di tempatnya biasa duduk. Harry menghela nafas dan berjalan memasuki ruangan, seraya menutup pintu secara perlahan.

"Walaupun kau CEO di sini, bukan berarti kau bisa datang seenaknya, Harry." ujar Anne, dingin. Harry tak menghiraukan ucapan Ibunya tersebut. Harry melangkah mendekat dan tanpa meminta izin, dia menarik kursi yang berhadapan dengan Anne. Mata Harry menatap tajam ke arah sang Ibu.

Anne menatap Harry dengan tatapan yang sulit di artikan. "Ke mana kau pergi? Di mana kau tidur?" tanya Anne.

"Apartemen Taylor." jawab Harry, tanpa pikir panjang.

Anne mengangguk-anggukkan kepala. "Lalu, apalagi yang kau berikan padanya, supaya kau dapat menginap semalaman di sana? Apa dia memintamu membayar uang sewa apartemennya tiap bulan?" Anne bertanya sinis. Harry, masih dengan wajah tenang menjawab, "dia tidak meminta apapun dariku."

"Kau sudah memberitahunya tentang pilihan yang kuberikan kemarin, kan? Waktunya tinggal enam hari lagi. Kuharap, dia memilih pilihan yang tepat." Anne berujar santai.

"Aku tak akan membiarkannya pergi. Jika kau memintanya pergi, aku akan pergi bersamanya." Harry berujar tegas dan Anne mengangkat sebelah alisnya. "Kau tidak akan pergi ke manapun, Harry. Kau akan tetap berada di sini, sebagai CEO Styles Enterprise dan sepertinya, perjodohanmu itu memang harus tetap dilanjutkan. Lihat, kan? Kau hanya akan terus memilih gadis yang salah jika aku tak campur tangan."

"Aku tak mau."

"Mau tak mau, kau harus melakukannya. Aku memaksa dan kau tahu, kan, aku bisa mendapatkan apapun yang kumau?" Anne mengancam. Harry tersenyum sinis. "Begitupun aku. Aku juga bisa mendapatkan apapun yang kumau, Mom." Harry balas mengancam.

"Jangan bermain-main denganku, Harry. Aku memang memintamu untuk menikah tahun ini tapi, aku tak akan mengizinkan kau menikah dengan gadis yang hanya memanfaatkanmu. Memanfaatkan hartamu." Anne menekankan. Harry mengangguk. "Taylor bukan gadis seperti itu dan dia tak memanfaatkan aku ataupun hartaku."

Anne memejamkan mata. Berdebat dengan Harry, memang sama persis seperti berdebat dengan dirinya sendiri. Harry mewarisi sifat keras kepala Anne dan Anne menyesal, kenapa harus sifat keras kepala itu yang diwariskan kepada Harry?

"Kalau begitu, kali ini, kau yang kuberi pilihan. Kau mau tetap menjadi CEO Styles Enterprise dan meninggalkan gadis itu atau kau pergi bersama gadis itu dan aku akan menggantikan posisimu dengan John?" Harry menahan nafas. Pilihan dan pilihan lagi. Harry benci dihadapkan dengan pilihan seperti ini.

"Dad tak akan suka jika John yang mengambil alih Styles Enterprise." Harry berujar dingin. John adalah adik dari ayah Harry. John juga seorang pengusaha, seperti ayah Harry. Bedanya, John adalah pengusaha yang kurang berkomitmen. Keyakinannya mudah sekali goyah hanya karena masalah sepele. Dia murah terpengaruh orang lain.

"Aku tak peduli Des akan menyukainya atau tidak. Dia tak akan berkomentar apapun. Dia sudah berada di surga sekarang jadi, jangan bawa-bawa nama dia, Harry." Suara Anne terdengar sangat halus, namun mematikan.

Anne bangkit dari duduknya. "Aku tahu pilihanmu, Harry. Kalau begitu, nikmatilah pilihanmu yang hanya bersifat sementara itu." Anne berjalan meninggalkan Harry di ruangannya.

*****

Taylor melirik jam yang ada di layar ponselnya. Sudah satu jam berlalu dan Harry belum juga ke luar, menemuinya. Taylor mulai bosan. Taylor benci tak melakukan apapun. Tadi, Taylor sempat menyalakan stereo yang ada di mobil Harry tapi, entah kenapa, tak ada acara yang menarik untuk di dengarkan oleh Taylor.

Mata Taylor yang semula menatap ke luar kaca dengan penuh kebosanan, mendadak memicing saat melihat sosok yang dikenalinya tengah berjalan ke luar dari Styles Enterprise dan berjalan menuju ke sebuah mobil yang berada tak jauh dari mobil Harry.

Bukankah itu Mom Anne? Taylor bertanya dalam hati.

Tak lama setelah mobil yang dinaiki Anne berjalan menjauh, Harry muncul dari dalam Styles Enterprise dan berjalan mendekat. Harry membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam mobil. Taylor menatapnya penuh tanda tanya. "Kau baik-baik saja?" tanya Taylor. Harry menoleh ke arahnya dan mengangguk.

"Ibumu datang?" tanya Taylor lagi. Harry lagi-lagi menganggukkan kepala, matanya terlihat sangat letih. Taylor menghela nafas. "Aku tak tahu apa yang terjadi padamu, Harry tapi, kau tak pandai berbohong. Pasti sesuatu terjadi, kan?" tanya Taylor, meminta kejujuran. Harry mengalihkan tatapannya dan fokus ke depan.

"Tay...bagaimana jika kita bersenang-senang?" tanya Harry, seakan berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kita harus bekerja, kan?" tanya Taylor, tak mengerti.

"Untuk hari ini saja, tak apa, kan, kita melupakan masalah kantor? Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, Taylor."  Tanpa menunggu persetujuan Taylor, Harry sudah menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobilnya, menjauhi area Styles Enterprise.







----

Chapter selanjutnya sampai tamat berada dalam mode privat.

No ControlWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu