#47 : Disappointed

6.5K 606 9
                                    

Taylor menatap foto yang baru saja dia pajang di atas meja riasnya. Foto itu adalah foto Taylor bersama Harry, beberapa hari lalu. Saat mereka tengah berada di taman rekreasi. Mereka mengambil foto bersama di salah satu photobox yang ada di sana. Di foto itu, Taylor dan Harry memasang wajah lucu. Taylor tertawa kecil saat mengingat saat mereka mengambil foto tersebut.

Taylor duduk di tepi ranjangnya. Senyuman menghiasi paras cantik gadis berambut blonde tersebut. Tak terasa, waktu berjalan dengan sangat cepat. Sudah hampir empat bulan Taylor menjadi asisten pribadi Harry Styles.

Menjadi asisten pribadi Harry bukanlah hal yang baik pada awalnya. Taylor masih mengingat jelas, di hari pertamanya bekerja, dia harus mengerjakan tugas sampai malam. Tugas yang sangat banyak dan melelahkan.

Namun, lambat laun, sikap Harry mulai berubah menjadi Harry yang jauh lebih baik dan bersahabat walaupun, sikap angkuhnya masih mendominasi. Tapi, sejujurnya, Taylor tak pernah senyaman ini berada di dekat seorang pria. Taylor belum pernah merasa tak ingin jauh dari seorang pria seperti ini. Harry seperti narkoba untuk Taylor. Taylor selalu merasa membutuhkan Harry di sisinya.

Akhir-akhir ini, Harry seakan mencegah Taylor untuk datang ke Styles Enterprise. Jika dihitung-hitung, ini sudah hampir seminggu Taylor tidak datang ke Styles Enterprise. Tiap pagi, Harry selalu datang dan mengajaknya pergi ke berbagai tempat rekreasi, menghabiskan waktu hanya berdua. Taylor sempat bertanya kepada Harry, kenapa mereka tidak bekerja, seperti biasa dan jawaban Harry selalu sama: "aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."

Tak berapa lama kemudian, ketukan pintu terdengar. Taylor melirik jam yang ada di dindingnya. Baru pukul 7 pagi. Biasanya, Harry akan datang pukul 9 pagi. Apakah Harry datang lebih awal kali ini?

Taylor segera berjalan menuju ke pintu dan membukanya secara perlahan. Taylor membulatkan mata saat mendapati orang lain, selain Harry yang ada di depan pintunya. Seorang wanita paruh baya namun, masih tampak cantik untuk seusianya.

"Mrs-maksudku, Mom Anne?"

Anne Styles tersenyum dan dengan lembut berkata, "boleh aku masuk, Taylor?" Tanpa basa-basi, Taylor menganggukkan kepala dan mempersilahkan Anne masuk ke dalam apartemennya. Taylor mempersilahkan Anne duduk di sofa sementara, dia mulai melangkah menuju ke dapur untuk membuatkan minuman.

Tak butuh waktu yang lama, Taylor sudah muncul kembali dengan secangkir teh yang langsung dia letakkan di atas meja yang berhadapan dengan tempat duduk Anne. Anne tersenyum dan berkata, "terima kasih, Taylor."

Taylor ikut duduk di sofa yang lain, di sisi tenggara Anne. Taylor masih terlihat terkejut atas kedatangan Anne yang tiba-tiba. Taylor menarik nafas, menghelanya perlahan sebelum bertanya, "bagaimana kau bisa mengetahui apartemenku?"

"Tak sulit untuk mencaritahu semuanya." jawab Anne tenang.

Taylor mengangguk, mengerti. "Apa yang membuatmu datang menemuiku, ehm?" Taylor bertanya ragu-ragu. Sejujurnya, tak sopan bertanya seperti itu tapi, Taylor benar-benar tak dapat menahan diri untuk tidak bertanya.

"Aku merindukanmu dan sejujurnya, aku mencari Harry," Taylor memicingkan matanya mendengar jawaban Anne. Mencari Harry? Memangnya, Harry ke mana? Bukankah Harry masih di rumahnya pada pukul seperti ini? Bukankah Anne seharusnya tak perlu repot-repot mencari Harry karena Harry berada satu atap dengannya.

Anne menghela nafas. "Sudah hampir satu minggu Harry tak pulang ke rumah. Apa dia tidak berada di sini?" tanya Anne. Taylor menggeleng. Apa? Sudah seminggu Harry tak pulang ke rumahnya? Apa yang terjadi?

"Maaf, Mom. Aku tak tahu jika Harry tak pulang ke rumah. Aku pikir, dia kembali ke rumah tiap harinya. Dia memang pernah menginap beberapa kali di sini tapi, dia selalu bilang, kau sudah mengizinkannya." Taylor menundukkan kepala, menyesal sekaligus kecewa. Kenapa Harry tak memberitahunya sejak awal?

No ControlWhere stories live. Discover now