#22 : Nashville

9.3K 823 53
                                    

Taylor baru saja selesai merapihkan penampilannya. Gadis berambut blonde itu menatap pantulan dirinya di cermin. Dia diam selama beberapa saat sebelum menghela nafas dan meraih ikatan rambutnya. Taylor mengikat rambut blondenya sebelum kembali menatap ke arah cermin dan menghela nafas.

Kemarin malam, Taylor menghabiskan waktunya di rumah Harry, mengobrol bersama Anne. Harry tak mengajaknya bicara sejak perjanjian mengenai perubahan kontrak itu. Taylor sejujurnya masih bingung dengan keputusan yang dia ambil. Dia mengorbankan segalanya untuk orangtuanya yang berada jauh di sana.

Taylor meraih tasnya dan mulai berjalan ke luar dari apartemen. Taylor mengunci pintu apartemennya sebelum berjalan menjauhi gedung apartemen tersebut. Baru melewati pintu gerbang, Taylor membulatkan mata melihat mobil yang sudah terparkir di hadapannya. Range Rover hitam yang sudah pasti adalah milik...

"Harry?" Taylor bergumam dan di saat bersamaan, kaca mobil itu terbuka. Benar saja. Taylor dapat melihat Harry dengan kacamata hitam yang dia kenakan. Harry tidak menatap Taylor. Tatapannya lurus ke depan.

"Masuk." Perintah Harry tegas. Taylor memutar bola matanya dan memilih untuk menurut. Taylor berjalan menuju ke sisi kanan mobil Harry dan membuka pintu mobil tersebut. Taylor masuk ke dalam mobil.

"Apa yang kau lakukan di sini? Aku pikir, kau hanya akan menjemputku jika Ibumu mau bertemu denganku." ujar Taylor seraya mengenakan sabuk pengaman. Harry tak menjawab dan melajukan mobilnya, menjauhi area apartemen Taylor.

Sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan antara Taylor dan Harry. Sebenarnya, beberapa kali Taylor ingin membuka pembicaraan tapi, sepertinya, Harry sedang tidak dalam keadaan yang baik untuk diajak bicara. Jadi, Taylor memutuskan untuk diam, sampai akhirnya Taylor baru menyadari ke mana Harry melajukan mobilnya.

Bukan ke kantor.

"Hei, ke mana kau akan membawaku?!" tanya Taylor. Harry hanya diam dan fokus menyetir. Taylor menatap ke luar kaca mobil Harry dan sesekali melirik Harry. Taylor tak tahu apa yang ada di pikiran Harry. Dia benar-benar gila. Ke mana dia akan membawa Taylor?

Tak diduga-duga, mobil Harry berhenti tepat di halaman parkir sebuah bandar udara. Taylor mengernyitkan dahinya saat Harry mulai melepaskan sabuk pengamannya. Taylor memicingkan matanya dan tak beranjak dari tempatnya sampai akhirnya, Harry melepaskan kacamata hitam yang dia kenakan. Mata hijau zamrudnya menatap ke mata biru lautan Taylor.

"Ke luar dari mobil. Pesawat akan lepas landas beberapa belas menit lagi." perintah Harry. Taylor mengernyit. "Pesawat? Lepas landas? Apa yang kau katakan? Kau tak mengatakan apapun padaku tentang pekerjaan di luar kota atau luar negeri!"

Harry memutar bola matanya. "Ini bukan perjalanan bisnis, Taylor."

"Lalu apa? Aku bahkan tak sempat berkemas atau membawa satupun pakaianku! Jika kau mengajakku pergi, seharusnya kau memberitahuku terlebih dahulu supaya aku bisa bersiap!" kata Taylor.

Harry menyeringai. "Kita akan terbang ke Nashville."

Taylor membulatkan matanya. "Apa? Nashville? Apa yang akan kita lakukan di sana?"

Seringai masih belum menghilang di bibir Harry. "Membicarakan tentang pernikahan kita tentu saja."

Taylor menganga. Harry masih memasang wajah menantangnya. Taylor menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak, tidak. Kau pasti gila! Kita baru berbicara tentang kontrak yang baru kemarin dan...." belum sempat Taylor melanjutkan ucapannya, Harry menutup mulut Taylor dengan tangannya sambil meneruskan ucapan Taylor, "...kau sudah menyetujuinya, Taylor. Jadi, apa lagi yang kau ragukan?"

"Tapi, ini terlalu cepat! Kau mau menikahi gadis yang baru kau kenal beberapa minggu? Astaga, kau bahkan belum mengenalku, begitupun sebaliknya, Harry!"

No ControlDove le storie prendono vita. Scoprilo ora