15. Seperti Diamnya Air

34 22 0
                                    

On The Ground - Rosé

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

Melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 05.28 WIB membuat Senja yang kini memasuki lift jadi menekan angka lima dan satu. Gadis dengan hoodie biru dongker dan celana training hitam itu menghela nafas, mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

Sesampainya di rooftop, Senja menunjukkan kartu identitas penghuni Ridma Apartment miliknya pada dua penjaga, baru setelah itu dia diperbolehkan masuk. Bagi siapapun yang hendak masuk gedung atau mengunjungi rooftop apartemen, harus mempunyai kartu identitas penghuni, atau salah satu penghuni di apartemen harus mengakui orang tersebut. Yang tidak, tidak boleh masuk. Ini adalah peraturan wajib dari Ridma Apartment untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para penghuninya.

Tiga perempat bagian dari rooftop di apartemen ini dijadikan restoran dengan dinding kaca bening, dan atapnya adalah plafon seperti atap-atap apartemen Ridma di lantai lainnya. Sementara itu, satu perempat bagian lagi di rooftop apartemen dibiarkan begitu saja, layaknya rooftop pada umumnya, tapi masih disediakan hiasan dan beberapa tempat duduk seperti sofa panjang, kursi bar, kursi taman, dan kursi biasa.

Setelah memilih tempat duduk di dekat kaca dan memesan menu yang tersedia, Senja menyalakan ponselnya, berbalas pesan dengan Gissa yang saat itu tengah online di aplikasi WhatsApp. Beberapa menit kemudian, pesanannya datang, dua sandwich dan segelas susu. Akhirnya, gadis dengan rambut dikuncir itu menyudahi acara berbalas pesannya dengan Gissa.

"Kalau saya balik lagi itu kelamaan Pak!" Senja yang memang memilih tempat duduk tak jauh dari pintu masuk bisa mendengar ucapan tersebut, hingga membuat gadis yang hendak memakan potongan sandwich-nya itu terhenti. Keningnya sedikit mengerut, merasa familiar dengan suara itu.

"Itu kayaknya tetangga saya tuh Pak!" Karena penasaran, Senja akhirnya memilih untuk menoleh, dan terkejut ketika seorang cowok yang tengah ditahan oleh dua orang penjaga menunjuknya. "Sunset!" cowok itu, Sangga, melambaikan tangannya pada Senja. "Bantuin gue masuk dong! Kartu identitas gue ketinggalan di apartemen nih!" Sebenarnya Senja enggan untuk membantu, tapi karena kasihan dan bentuk rasa kemanusiaannya, Senja mengangguk pada dua penjaga yang menahan Sangga, hingga cowok itu diperbolehkan masuk kemudian duduk di hadapannya begitu saja. "Selamat pagi, Sunset," sapa Sangga dengan senyum lebarnya. "Tumben lo ke sini. Lagi males masak ya? Atau-"

"Hm," balas Senja sembari mengangguk dengan mulut berisi potongan sandwich, membuat Sangga mengangguk-ngangguk kemudian memesan menu yang tersedia.

"Lo-"

"Lain kali jangan panggil gue dengan sebutan Sunset. Gue nggak suka," Senja menatap Sangga datar.

"Oke," Sangga mengangguk singkat. "By the way lo-"

"Kita nggak sedeket itu, jadi berhenti bersikap seolah-olah lo akrab sama gue."

"Iya, gue tau. Gue juga ngerti kalo lo nggak nyaman sama sikap SKSD gue selama ini. Maka dari itu, gue mau ngajak lo temenan. Gimana?" Sangga tersenyum lebar, sementara Senja yang tengah mengunyah hanya menatap cowok itu datar. "Oke. Gini aja deh." Sangga mengambil dompetnya dari saku jaket jeans-nya, kemudian mengeluarkan dua buah kartu dari dalam sana dan menyodorkannya pada Senja, membuat gadis itu mau tak mau melihatnya dan membaca tulisan yang tertera. "Itu KTP dan KIM, Kartu Identitas Mahasiswa punya gue. Dulu gue lulusan Moonlight High School, dan sekarang gue mahasiswa semester satu di Moonlight Univercity. Umur gue sembilan belas tahun, gue asli orang Jakarta, rumah orang tua gue di-"

Our TwilightWhere stories live. Discover now