24. Sejarah Bahagia

19 14 0
                                    

Cinta Terakhirku - Arsy Widianto ft. Syifa Hadju

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

Kedua tangan Dewi merapikan rambut dan mengusap kepala Dewa. Dewi yang sibuk menatap rambut Dewa, dan Dewa yang fokus menatap raut serius Dewi. Cowok itu diam, menahan diri demi menunggu waktu yang tepat.

Kemudian, Dewa tersenyum penuh arti. Waktu yang tepat itu ... kini telah datang untuknya.

Saat Dewi menurunkan kedua tangan dari kepalanya, Dewa beraksi, mengacak-acak rambut tergerai Dewi, membuat gadis itu langsung cemberut dengan raut kesal. Di hadapannya, Dewa tertawa. Namun Dewi tak melakukan apa-apa, hanya merapikan rambut sembari meniup-niupnya.

Melihat respon saudarinya, Dewa jadi berhenti tertawa, menatap bingung Dewi, "Kok lo nggak ngamuk?" Jeda sejenak. "Isi pikiran lo juga kosong."

Dewi menoleh, menatap Dewa penuh intimidasi. "Lo suka sama Senja?"

"Hah?"

Dewi duduk mendekat, memajukan kepala, "Lo suka sama Senja?"

Dewa tertawa. "Ngaco lo!"

"Kalo enggak, ngapain lo jadi kalem banget waktu di deket Senja?"

"Ya ... biar dia nyaman di deket gue."

Dewi terkekeh sedikit sinis. "Lo yang ngerasa nggak nyaman di deket Senja, ngalemin diri biar Senja ngerasa nyaman di deket lo? Seriously? Nggak salah?"

Dengan polosnya Dewa menggeleng, "Enggak."

"Mending lo jujur deh sama gue. Kenapa lo yang cerewet nggak bisa diem jadi kalem kalo di deket Senja?"

"Biar Senja nyaman di deket gue. Itu bagian dari sifat gentleman gue dong."

"Bohong!"

"Gini deh, kalo–"

"Lo naksir kan sama Senja? Ngaku nggak?"

"Gue nggak naksir Senja. Serius."

Dewi terdiam meneliti raut Dewa. "Lo emang keliatan serius. Tapi gue ragu. Siapa tau aja kan lo ... tiba-tiba jadi pakar acting profesional?"

🌥️🌥️

Seorang wanita paruh baya berjas putih tertawa kecil. "Rileks sedikit, Senja. Kamu tau terlalu tegang tidak baik untuk kesehatan."

Senja menghela nafas berat. "Senja juga lagi usaha, Dokter Rea."

Rea terkekeh. "Tenang, okay?"

Senja menggeleng. "Baca aja hasilnya, Dokter."

"Kamu harus tenang dulu. Saya tidak ingin kamu pingsan setelah mendengar hasilnya."

Mata Senja melebar. Gadis itu panik. "Dokter Rea!"

"Tenang, Senja. Rileks, ok?"

Senja menarik nafas, mencoba menenangkan pikiran dan meminimalisir degup jantungnya. "Oke. Senja siap."

Rea mengarahkan pandangannya pada map kertas plastik putih, lalu menyerahkannya pada Senja, yang dibuka gadis itu dengan cepat. "Saya sudah memeriksanya beberapa kali, dan hasilnya, semua baik." Wanita itu tersenyum. "Tidak ada cacat sedikit pun, kaki kamu sudah pulih. Kaki kamu sembuh total, Senja. Selamat ya. Perjuangan kamu bertahun-tahun ini sudah berbuah manis. Saya bangga sama kamu."

Our TwilightWhere stories live. Discover now